RSCM Bantah Ucapan Prabowo: TKN Sebut Capres 02 Salah Terus
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta menegaskan bahwa pelayanan hemodialisis (cuci darah)
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA – Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta menegaskan bahwa pelayanan hemodialisis (cuci darah) selalu mengutamakan mutu pelayanan dan keselamatan pasien, sehingga tidak ada selang untuk cuci darah dipergunakan 40 pasien penyakit ginjal.
"Pelayanan hemodialisis di RSCM menggunakan selang dan dialiser satu kali pakai (single use)," ujar Direktur Medik dan Keperawatan RSCM, Dr Sumaryono, Rabu(2/1).
Sumaryono menjelaskan dalam prosesnya, peralatan untuk hemodialisis memerlukan tiga komponen utama yakni mesin hemodialisis, selang hemodialisis (blood tubing) dan dialiser (artificial kidney) atau ginjal buatan.
Pihak RSCM pun memaparkan cara kerja mesin dialisis yang dianggap tidak memilki kontak langsung dengan darah pasien.
Karena tidak terpapar, mesin tersebut bisa digunakan pula untuk pasien lainnya. "Mesin dialisis berfungsi sebagai pengatur proses dialisis dan tidak ada kontak langsung dengan darah pasien, mesin dialisis digunakan bergantian untuk beberapa pasien," kata Sumaryono.
Lanjut Sumaryono, komponen penting lainnya untuk proses cuci darah juga memerlukan selang hemodialisis. Selang tersebut memiliki kegunaan untuk mengalirkan darah dari tubuh pasien ke dialiser atau ginjal buatan, kemudian mengembalikan darah yang sudah didialisis atau dicuci kembali pada tubuh pasien.
"Selang hemodialisis hanya digunakan untuk satu pasien, demikian juga dengan di RSCM," ujar Sumaryono.
Kemudian ada pula komponen ketiga yang tidak kalah penting dalam proses cuci darah bagi pasien ginjal yakni dialiser atau ginjal buatan. Dialiser merupakan ginjal buatan yang berfungsi untuk membersihkan darah dan toksin sisa metabolisme tubuh.
Penggunaan ginjal buatan tersebut bisa dipakai sekali maupun berulangkali, namun pada pasien yang sama. Tentunya penggunaan berulangkali terhadap pasien yang sama itu juga harus melalui proses sterilisasi dan uji kelayakan sesuai standar ilmu kedokteran.
"Dialiser pada proses hemodialisis, dapat digunakan satu kali atau berulang kali pada pasien yang sama, setelah dilakukan proses sterilisasi dan uji kelayakan," kata Sumaryono.
Lebih lanjut RSCM kembali menekankan bahwa penggunaan dua dari tiga komponen utama dalam peralatan hemodialisis dilakukan secara single use atau hanya sekali pakai. "RSCM menggunakan sekali pakai (single use), baik untuk selang hemodialisis maupun dialiser," kata Sumaryono.
Pernyataan pihak RSCM itu memiliki makna bahwa hanya mesin dialisis yang bisa digunakan bergantian dengan pasien lain karena mesin ini tidak memiliki kontak lagsung dengan darah pasien. Bukan selang hemodialisis maupun dialiser.
Calon Presiden Nomor Urut 02 Prabowo Subianto sebelumya menyebut dirinya mendapatkan laporan mengejutkan mengenai kondisi alat kesehatan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo(RSCM), Jakarta. Prabowo mengatakan, satu selang alat cuci darah pernah dipakai oleh 40 orang.
Cerita ini disampaikan Prabowo dalam ceramah akhir tahun yang digelar di kediamannya di Bukit Hambalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
"Saya dapat laporan di RSCM ada alat pencuci darah ginjal, harusnya itu punya saluran-saluran dari plastik, dari karet, dari alat-alat dipakai satu orang satu kali, saya dengar di RSCM hari ini dipakai 40 orang," kata Prabowo.
Prabowo menjelaskan, penderita sakit ginjal sangat bergantung pada pencucian darah. Ia menambahkan, jika satu alat tersebut dipakai 40 orang, si penderita akan mendapat berbagai macam penyakit.
"Jadi orang sakit ginjal, dia harus hidup dari pencucian darah. Jadi kalau ke RSCM, alat dipakai 40 orang, dia bisa dapat macam-macam penyakit. Hepatitis A, B, C, dia bisa dapat malaria, dia bisa dapat HIV," terang Prabowo. Pernyataannya pun disambut ekspresi terkejut dari sejumlah peserta yang hadir dalam ceramah.

KPCDI: Tidak Ada Laporan
Ketua Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI), Toni Samosir mengatakan selama ini pihaknya belum mendapatkan adanya laporan pasien cuci darah yang menggunakan selang yang sama dengan 40 orang lainnya secara bergantian.
"Selama ini di RS lain maupun di RSCM tidak ada yang menggunakan selang 40 orang secara bergantian, tidak ada laporan ke kami juga," ujar Toni.
Karena itulah lanjut Toni, KPCDI tidak mau ikut-ikutan soal adanya polemik selang cuci darah pasien penyakit ginjal yang awalnya disebut Prabowo dan direspon pihak RSCM. "Biarlah ini diselesaikan pak Prabowo dan RSCM,"kata Toni.
Menurut Toni ada isu yang lebih penting soal nasib pasien penyakit ginjal yang menjalani cuci darah atau hemodialisis ketimbang memperdebatkan masalah selang. Salah satu yang sangat penting adalah soal rujukan berjenjang, akses obat-obatan dan lembaga donor organ.
"KPCDI tidak concern soal isu selang. KPCDI concern soal isu rujukan berjenjang pasien, akses obat-obatan, lembaga donor organ, karena di Indonesia ini belum ada lembaga donor organ,"kata Toni.
Sementara itu Politikus PDI Perjuangan, Charles Honoris menjelaskan bahwa ucapan Prabowo Subianto yang mengaku mendapat laporan bahwa selang cuci darah di RSCM dipakai 40 orang, polanya sama dengan hoax yang pernah dia sebarkan dalam kasus Ratna Sarumpaet.
"Prabowo mengaku dapat laporan dan belum diklarifikasi kebenarannya, tapi sudah disebarkan ke publik bahwa seolah-olah itu fakta," ujar Charles.
Menurut dia, ucapan Prabowo kali ini bahkan lebih parah karena dia bukan saja telah merendahkan RSCM Jakarta sebagai salah satu rumah sakit terbaik di Indonesia, tetapi telah melecehkan profesi dan sumpah jabatan dokter.
"Bahwa seolah-olah ribuan dokter yang bekerja di RSCM begitu jahat sehingga mengabaikan risiko penularan penyakit dari penggunaan selang cuci darah yang sama untuk 40 orang," ujar Charles.
Seandainya Prabowo sering berobat di dalam negeri, menurut Charles barangkali dia tidak akan lekas percaya terhadap laporan konyol yang sangat merendahkan dokter dan dunia medis di Indonesia itu. "Dunia kedokteran dan pelayanan kesehatan di Indonesia tidaklah seburuk dipikirkan Prabowo," ujarnya.
Charles mengatakan sekarang sudah Tahun Baru 2019 sehingga sebaiknya Prabowo juga menggunakan cara-cara kampanye baru yang mendidik publik, yakni dengan adu ide, adu program dan adu rekam jejak.
"Bukan dengan terus menerus menakut-nakuti rakyat dengan hoaks seperti yang sudah-sudah, dan ketika sudah muncul gelombang protes, baru minta maaf. Hoaks itu bisa dicegah dengan tertib klarifikasi, bukan diselesaikan dengan minta maaf berkali-kali," ujar Charles.
Juru Bicara TKN Jokowi-Ma'ruf, Ace Hasan Syadzily mengaku heran kepada Prabowo yang kerap selalu salah menerima informasi.
"Prabowo salah melulu informasinya. Ini salah satu kebohongan. Dan ini merupakan kesalahan fatal yang selalu disampaikan Prabowo, namun tanpa diklarifikasi informasi itu sebelumnya. Prabowo bukan figur yang hati-hati dalam menyampaikan sesuatu. Seharusnya dia cross check dulu kebenaran informasi soal selang cuci darah di RSCM," kata Ace. (Tribun Network/fit/nis/wly)