Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Biografi Tokoh Dunia

Mahatma Gandhi, Sang 'Jiwa Agung' Pecinta Damai

2 Oktober Dunia merayakan kelahiran seorang tokoh pencinta damai yang selalu menginspirasi dunia.

Editor:
Lapham's Quarterly
Mahatma Gandhi spinning yarn, in the late 1920s 

Namun, seiring berjalannya waktu, perasaannya berubah menjadi nafsu, yang kemudian dia akui dengan penyesalan dalam otobiografinya.

Gandhi mengaku tidak bisa lebih berkonsentrasi di sekolah karena pikirannya terfokus pada istri barunya.

Dia dikaruniai lima orang anak, namun salah satunya meninggal dunia. Sang istri juga menjadi aktivis sosial sepertinya.

Menjadi pengacara

Mahatma Gandhi (tengah)
Mahatma Gandhi (tengah) (Kompas.com)

Di usia 18 tahun pada 1888, Gandhi berlayar ke London, Inggris, untuk belajar hukum, sesuai dengan permintaan orangtuanya.

Dia mendapat kesempatan belajar hukum di Inner Temple di London. Di sana, Gandhi mempelajari hukum dan yurisprudensi dengan tujuan menjadi pengacara. Pria muda India itu kesulitan beradaptasi dengan transisi ke budaya Barat.

Dia meninggalkan aktivitas buruknya selama remaja dengan terlibat pada gerakan vegetarian dan bertemu dengan Theosophical Society, yang kemudian mendorong mintanya pada agama.

Dia menyelesaikan studinya dengan sukses dan menjadi pengacara pada Juni 1891. Kemudian, Gandhi kembali ke India.

Sampai di India, dia mengetahui sang ibu telah meninggal beberapa pekan sebelumnya.

Gandhi kesulitan untuk memulai pijakannya sebagai pengacara. Menangani kasus pertamanya, dia canggung ketika memeriksa seorang saksi.

Dia melarikan diri dari ruang sidang, setelah mengembalikan uang kliennya.

Mengadu nasib di Afrika Selatan

Sulit menemukan pekerjaan di India, Gandhi memperoleh kontrak satu tahun terkait layanan hukum di Afrika Selatan. Pada April 1893, dia berlayar ke Duban, negara bagian Natal.

Menghabiskan tahun-tahun di Afrika Selatan, terbukti menjadi pengalaman spiritual dan politik yang mendalam bagi Gandhi.

Bersama dengan orang kulit berwarna lainnya, dia menjadi sasaran diskriminasi, seperti diminta untuk pindah dari kelas satu kereta api, meski dia memiliki tiket resmi.

Baca: David Ben Gurion, Pendiri Negara Israel

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved