Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sulut ‘Darurat’ Kekerasan Anak: Rahang Bayi di Bitung Patah Dipukul Ayah

Kekerasan terhadap anak masih jadi momok di Sulawesi Utara. Masih segar di ingatan kita, peristiwa kematian

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO/CHINTYA RANTUNG
Ayah Tiri Aniaya Bocah Brilian di Bitung: Tersangka Cemburu Wajah Korban 

TRIBUNMANADO.CO.ID, BITUNG – Kekerasan terhadap anak masih jadi momok di Sulawesi Utara. Masih segar di ingatan kita, peristiwa kematian Daud Solambela, bocah 7 tahun yang diduga dianiaya sang ayah kandung pada Agustus 2018.

Sebulan kemudian Jessica Mananohas (9), meninggal akibat diduga dibakar ibu kandung.
Jumat (6/12/2018) malam, Kota Bitung digemparkan peristiwa penganiayaan bayi berumur 8 bulan.

Adalah Brilian Latuheru, bayi asal Kampung Klabat, Kelurahan Sagerat Weru Dua, Kecamatan Matuari, Kota Bitung. Kini Bril, sapaan sang bayi, harus menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Menembo-nembo, Kota Bitung. Informasi teranyar, si bayi mengalami patah tulang rahang.

Dokter menyarankan kepada Ceny Latuheru, ibu kandung Bril, agar segera membawa si kecil ke RSUP Prof Kandou untuk menjalani operasi tulang rahang.
Berdasarkan pemeriksaan tim medis dari hasil foto rontgen, ada keretakan (patah) tulang di bagian rahang si kecil. Dokter kemudian memvonis Bril alami patah tulang rahang.

Demikian dikatakan Ceny kepada Tribunmanado.co.id saat dikonfirmasi Senin, (10/12/2018). "Hasil rontgen rahang Brill patah. Lanjut dia, perawatan akan kembali dilakukan di RSUP Malalayang. “Tapi kami belum mengurus kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS (Kesehatan). Akibat rahang patah, Bril hanya bisa makan bubur,” kata Ceny.

“Besok, Oma saya akan mengurus BPJS. Untuk mempercepat proses operasi karena menurut dokter tulang Bril masih lembut, jadi tidak boleh lama. Kalau sudah lewat satu bulan sudah susah," kata Ceny.

Diceritakannya, oma, nenek Ceny, juga sempat ke Polsek Matuari untuk melakukan tanda tangan dan pada waktu itu ketemu dengan pelaku, Muhammad Laode (24). “Menurut cerita sang oma, Muhammad (pelaku) sempat menanyakan kabar Brill dan saya. Tapi oma hanya menjawab, sekarang kondisi Bril rahang patah akibat perbuatan kamu dan Ceny sementara merawatnya di rumah sakit," ujar Ceny menirukan cerita omanya.

"Saya tidak ingin kembali menjalani hubungan dengan pelaku kekerasan pada anak saya. Karena jodoh di tangan Tuhan, kita manusia hanya artis dan Tuhan sutradaranya,” ujar dia.
“Walaupun saya dan Muhammad (pelaku) memiliki anak, saya masih sanggup mengurus dan menjaganya, tanpa ada dia, saya bisa,” tutur Ceny.

Ceny sudah menyampaikan kepada adiknya yang menjenguk di rumah sakit supaya sampaikan ke pelaku di Polsek Matuari agar jalani hukuman karena ini negara hukum. Ia juga berpesan supaya pelaku bertobat. “Mantan suami boleh ada, tapi kalau mantan anak itu tidak akan pernah ada," sebutnya dengan mata berkaca-kaca.

Dikatan Ceny, dari pihak orangtua Muhamad memberi tahu lewat via telepon dan bilang, biarkan Muhammad dipenjara. Orangtua pelaku mengharapkan Muhammad bertobat dan mengakui kesalahannya.

Sebelumnya diberitakan, Bril mengalami luka-luka pada bagian mulut, rahang, mata dan dagu setelah diduga dipukul Muhammad, ayah tirinya. Peristiwa terjadi di Kampung Klabat pada Jumat (7/12/2018) pukul 21.30 Wita. Akibat penganiayaan itu, pipi Bril bengkak dan darah terus keluar dari mulutnya.

Kasus ini berawal saat Laode terlibat cekcok mulut dengan istrinya, Ceny di dalam rumah. Tak berapa lama Ceny keluar rumah untuk memanggil omanya. "Saat saya mau keluar untuk memanggil oma di acara perayaan Natal tak jauh dari rumah, tiba-tiba saya dengan suara bentakan, cacian, dan bunyi pukulan terhadap anak saya, Brill. Saya masuk kembali ke dalam rumah dan melihat mulut anak saya sudah berlumuran darah," kata Ceny, Sabtu (8/12/2018).

Saat itu korban langsung dilarikan ke RSUD Manembo-Nembo Bitung. Dari pengamatan Tribunmanado.co.id, selama pengobatan di ruangan Instalasi Ruangan Darurat (IGD), Bril terlihat terus menangis kesakitan. Tak lama setelah kejadian, ibu korban juga langsung melaporkan kasus ini ke polisi.

"Hasil visum ternyata gusinya robek. Akibatnya anak saya kesulitan saat makan. Darah masih terus
keluar dari mulutnya sejak tadi malam," ujarnya.
Ceny terlihat berusaha menyuapi korban, Brillian
berusaha menelan makanan namun terlihat kesulitam, beberapa kali ia kemudian menangis menahan sakit.

Menurut Ceny, kekerasan yang dilakukan Laode bukan kali pertama. Kekerasan sudah dimulai saat ia mengandung anak kedua (anak kandung pelaku).
Saat itu ia terlibat percekcokan dan tersangka memukul dirinya dalam keadaan hamil.

"Sudah sering dia memukul, waktu saya hamil saja dia pukul. Ada saksinya. Kemudian Bril pada Sabtu pekan lalu matanya kirinya lebam biru, terus dagunya luka bekas gigitan. Saya sempat tanya dia (tersangka),
tapi dia sempat tidak mengaku memukul dan menggigit," ujarnya.

Bril, lanjutnya, kerap jadi sasaran kemarahan karena tersangka benci lihat Bril yang mirip ayah kandungnya.
"Waktu saya dipukul saat hamil, polisi sempat datang mau tangkap dia. Tapi dia kabur. Terus saya saat itu memutuskan berdamai saja, karena mengingat ada anak-anak. Saat itu saya maafkan dia dengan harapan dia berubah. Tapi kali ini saya tidak maafkan!" ujarnya.

Sementara setelah menerima laporan, Polsek Matuari polisi tak membutuhkan waktu lama untuk menangkap tersangka. Laode kemudian langsung digelandang ke Mapolsek Matuari.

Kapolsek Matuari Kompol Fery Manoppo melalui Penyidik Yohanis Lambe membenarkan penangkapan tersangka. "Saat ini tersangka sudah ditahan di Polsek Matuari, tersangka diancam lima tahun penjara dan denda Rp 72 juta, " ujarnya.

Muhamad saat diwawancarai Tribun Manado mengaku dirinya saat intu emosi dan melampiaskan kepada anak tirinya. "Waktu itu saya dan istri sementara berkelahi dan beradu mulut. Lalu anak (Brillian) menangis. Saat itu saya emosi dan langsung tampar anak saya," katanya.

Saat diwawancara ia sempat menanyakan kondisi dan keberadaan Bril. "Bagaimana kabar anak saya? Sekarang dia di rumah sakit mana? Ada bersama dengan ibunya?" ujarnya.

Emosi Tak Terkontrol Pengaruhi Perilaku

Kasus kekerasan yang melibatkan pelaku orang terdekat termasuk orangtua semakin meningkat.

Ada dua faktor penyebab orangtua melakukan perilaku menyimpang tersebut. Dari sudut pandang psikologis, ada faktor internal dan ekternal yang menyebabkan seseorang melakukan perilaku yang merugikan orang lain.

Faktor internal berhubungan dengan kepribadian, emosi, dorongan agresif yang tidak terkontrol mempengaruhi perilaku.

Sedang faktor eksternal, yaitu masalah keluarga, ekonomi dan tekanan hidup.
Anak dalam kondisi ketidakberdayaan mudah menjadi pelampiasan emosi dari orangtua. Padahal mustinya anak mendapatkan perlindungan dari orangtua bukan kekerasan.

Jull Minta Hukum Berat Pelaku

Ketua Komisi Perlindungan Anak Sulut, Jull Takaliung mengatakan, kekerasan pada anak perlu perhatian serius. Secara ekonomi, keluarga tergantung pada pelaku, apalagi dia punya bayi kecil adik dari Brilian.

Perlu ada pendampingan. Karena menurut info terbaru, komitmen dan aksinya belum kelihatan agar supaya anak ini selamat.

Menurutnya, kewajiban negara adalah menyelamatkan anak, apalagi dengan kondisi keluarga tidak mampu. Meminta dari Pemerintah Kota Bitung untuk memberikan perhatian.

"Terkait dengan pelaku yang keberadaannya memiliki hubungan dekat korban, sesuai dengan hukum yaitu UU Nomor 35 tahun 2014, dimana pelaku harus menerima hukuman pemberatan yaitu ditambah sepertiga karena orang dewasa sampai menganiaya dan memiliki hubungan dekat dengan korban," sebutnya.

Dikatakannya, LPA mengharapkan hukum harus ditegakkan hukum terhadap pelaku kejahatan terhadap anak. "Yang paling penting keluarga dapat mendapat bantuan serius berupa BPJS untuk penanganan operasi korban," katanya. (art/chi)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved