Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Hasil Investasi Asuransi Jiwa Minus 96%: Begini Penyebabnya

Hasil investasi asuransi jiwa masih menunjukkan tren negatif. Kondisi pasar modal yang fluktuatif

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
kontan
Ilustrasi saham 

TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Hasil investasi asuransi jiwa masih menunjukkan tren negatif. Kondisi pasar modal yang fluktuatif dan pemilihan instrumen investasi mempengaruhi kinerja hasil investasi industri ini memerah di sisa tahun ini.

Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat, per September 2018 hasil investasi industri asuransi jiwa minus 96,1% menjadi Rp 1,28 triliun. Padahal, September tahun lalu, hasil investasi masih positif di angka Rp 32,53 triliun. 

Kendati begitu,  asosiasi mencatat hasil investasi cenderung membaik dari bulan sebelumnya, yang mencapai minus 135%.  “Tapi sekarang bisa berada di bawah 100%. Ini menunjukkan kinerja industri asuransi semakin positif,” kata Ketua Bersama AAJI Wiroyo Karsono, Jumat (7/12).

Menurutnya, penurunan hasil investasi karena total investasi atau dana kelolaan mengalami perlambatan 0,02% menjadi Rp 457,55 triliun dibandingkan periode yang sama di tahun lalu sebesar Rp 457,64 triliun. Penurunan tersebut, tidak lepas dari pergerakan pasar modal yang melambat serta kekhawatiran investor terhadap pengaruh ekonomi global.

Mayoritas penempatan dana investasi industri asuransi jiwa masih didominasi pada instrumen reksadana dan instrumen saham. Dengan melemahnya kondisi pasar saham belakangan ini ikut mempengaruhi kinerja investasi menjadi merah.

Sampai September 2018, porsi dan investasi asuransi jiwa yang parkir ke keranjang reksadana mencapai 33%, naik 0,4% year on year (yoy). Pada saat  sama, penempatan dana di instrumen saham sebesar 32,4%, atau meningkat sekitar 11,5% secara tahunan. Sedangkan sisanya ke instrumen surat berharga dan deposito.

“Tenang saja, pasar modal Indonesia mempunyai fundamental yang baik dan investasi merupakan produk jangka panjang, jadi bisa kembali positif,” jelasnya.

Premi naik tipis

Direktur Capital Life Robin Winata mengatakan, hasil investasi perusahaan masih menunjukkan pertumbuhan positif. Masih ada optimisme bahwa hasil investasi Capital Life bisa tumbuh 10% hingga 11% dibandingkan tahun lalu.
Ini karena Capital Life bekerja berdasarkan risk tolerance. "Capital Life menghindari instrumen berbasis ekuitas dan memperbesar porsi instrumen
deposito serta obligasi," ujar Robin.

Pada periode yang sama, industri asuransi meraih total pendapatan premi sebesar
Rp 140,94 triliun, atau meningkat 1,2% yoy. Peningkatan itu ditopang pertumbuhan premi bisnis baru yang meningkat 6,4% menjadi Rp 89,58 triliun.

Sedangkan premi lanjutan menurun 6,8% menjadi Rp 51,36 triliun. Total premi AAJI ini beda tipis dari versi OJK yang tercatat Rp 141,1 triliun.                

Kinerja Industri Asuransi Jiwa Kuartal III-2018

Kuartal III-2017

 
Kuartal III-2018

 
YoY (%)

 
Total Premi

 
177,42

 
149,87

 
1,2

 
Hasil Investasi

 
32,53

 
1,28

 
-96.1

 
Ket: dalam Rp triliun                                           Sumber: AAJI

Ilustrasi cara bisnis asuransi lewat ponsel
Ilustrasi cara bisnis asuransi lewat ponsel (kompas.com)

 
Catat Pertumbuhan

PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk atawa Tugu Insurance mencatatkan pertumbuhan penerimaan premi bruto yang cukup baik. Perusahaan asuransi umum ini sukses meraih pertumbuhan premi di angka dua digit.

Presiden Direktur Tugu Insurance Indra Baruna mengatakan, sampai Oktober 2018, perusahaannya meraih premi bruto sebesar US$ 155,84 juta. Jumlah tersebut mengalami peningkatan 18,12% dibandingkan periode yang di tahun lalu yakni US$ 131,93 juta.

Dengan pencapaian tersebut, perseroan ini makin optimis meraih pertumbuhan kinerja pada tahun depan. Tugu Insurance akan memperkuat operasional bisnis di segmen ritel dengan menambah sejumlah kantor cabang, dan point of sales and services (POSS).

Selama 37 tahun beroperasi, perseroan ini juga fokus melayani nasabah korporasi, khususnya di sektor migas. Namun, kata dia, sejak pertengahan 2018, Tugu Insurance mulai menggenjot pasar ritel yang merupakan pasar potensial. Indra melihat pasar ritel saat ini belum seluruhnya digarap.

"Maka dari itu dalam waktu dekat akan memperkenalkan beberapa produk baru lainnya kepada masyarakat. Saat ini, kami sedang menyiapkan berbagai produk ritel lainnya dengan mengajukan izin kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) selaku regulator,’’ papar Indra dalam pernyataan pers, Kamis (6/12).

Sejak mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia pada Mei 2018, Tugu Insurance yang yang memiliki saham mayoritas sebesar 58,50%, terus berupaya untuk mengembangkan lini produk dan layanan melalui ekspansi ke pasar ritel.

Adapun dalam  Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang berlangsung di Jakarta, Kamis (6/12), para pemegang saham Tugu Insurance sepakat merombak susunan anggota Dewan Komisaris. Di antaranya Koeshartanto diangakt sebagai Presiden Komisaris perseroan menggantikan Arief Budiman yang telah mengundurkan diri.

"Jabatan Koeshartanto sebagai Presiden Komisaris Tugu Insurance akan berlaku efektif sejak tanggal ditetapkannya Hasil Penilaian Kemampuan dan Kepatuhan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK)," kata Indra.

Menurutnya, Koeshartanto yang juga menjabat sebagai Direktur Sumber Daya Manusia PT Pertamina sejak April 2018, dinilai memiliki komitmen mendorong bisnis Tugu Insurance menggarap bisnis ritel dan memperkuat segmen korporasi. (Ferrika Sari)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved