Jokowi: Ada Kompor Manas-manasi: Jadi Biang Pemecah Belah Warga
Fenomena permusuhan antarwarga akibat perbedaan pilihan politik dan berita bohong (hoaks).
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, PALEMBANG – Fenomena permusuhan antarwarga akibat perbedaan pilihan politik dan berita bohong (hoaks) membuat Presiden Joko Widodo merasa prihatin. Ia mengingatkan pada saat ini ada pihak yang sengaja memanas-manasi situasi untuk memecah belah persatuan bangsa.
"Saya kadang-kadang geleng-geleng kepala. Ini satu kampung, satu RT atau RW, tidak saling sapa gara-gara pilihan bupati, gubernur, atau presiden. Ada majelis taklim gara-gara pilihan presiden tidak saling menyapa," kata Joko Widodo (Jokowi) saat menyampaikan sambutan setelah menerima gelar adat Rajo Balaq Mangku Nagara di Griya Agung, Palembang, Minggu (25/11) pagi.
Jokowi mengatakan dirinya kadang heran melihat perbedaan pilihan politik bisa membuat sesama saudara saling tak bertegur sapa, padahal pemilihan bupati, gubernur, presiden, dan wali kota rutin berlangsung setiap lima tahun.
"Kita ini saudara, sebangsa, dan setanah air. Jangan lupakan itu. Ini karena banyak kompor, karena dipanas-panasi, dikompor-kompori, jadi panas semuanya," katanya.
Menurutnya, jangan sampai perbedaan pilihan politik antarwarga memicu sebuah konflik. "Jangan sampai ada gesekan sekecil apapun, jangan sampai ada konflik," tambah Jokowi.
Ia mengatakan berbagai perbedaan yang ada di Indonesia merupakan anugerah Allah yang harus disyukuri.
"Sudah menjadi sunnatullah, sudah menjadi garis, kita ini bermacam-macam, berbeda-beda, dan berwarna-warni. Tapi kalau kita bisa menyatukan, ini akan menjadi aset terbesar, energi besar, bagi bangsa ini maju ke depan," katanya.
Sebelumnya, Jokowi dan Ny Iriani mendapat gelar kehormatan adat Komering. Dalam acara itu Jokowi mengenakan busana tradisional adat berwarna abu-abu lengkap dengan kain songket dan tanjak khas Komering.
Ia mendapatkan gelar kehormatan Raja Balagh Mangku Nagara. Pemberian gelar dipimpin langsung Majelis Tinggi Masyarakat Adat Komering, H Romli Mustika Ratu.
Acara disaksikan ratusan masyarakat yang berasal dari beragam paguyuban suku, seperti Komering, Batak, Tionghoa, dan lain sebagainya.
Gelar atau Jajuluk Raja Balak Mangku Nagara yang diberikan memiliki makna seorang raja agung memegang kekuasaan tertinggi Indonesia dipersembahkan sebagai pelampiasan hati nurani masyarakat Sumsel.
Sedang Ibu Negara, Iriana Joko Widodo diberi gelar Ratu Indoman, bermakna memberikan perlindungan bagi keluarga dan masyarakat, bunda tercinta, pengayom rakyat tak terlepas dari keramahan.
"Saya dan ibu memaknai gelar yang dianugerahkan ini sebagai pesan, harapan, dan tanggung jawab untuk selalu mengangkat adat Komering," ujar Jokowi.
Keluaga kehormatan
Gubernur Sumsel, Herman Deru mengatakan pemberian gelar ini sebagai upaya melastarikan adat Sumsel. Ia menambahkan gelar adat tersebut diberikan kepada Presiden dan Ibu Negara berdasarkan musyawarah dan rapat adat 20 November di Palembang.
"Pemberian adok atau jajuluk atau gelar memberikan makna simbolik masyarakat Komering Sumatera Selatan menghormati seseorang yang telah berjasa kepada agama, bangsa, dan negara," katanya. Pemberian gelar adat itu juga bermakna Presiden Jokowi dan Ibu Negara telah diangkat sebagai keluarga kehormatan dan bagian dari masyarakat Komering.
Upacara pemberian gelar adat diawali dengan nabuh jajuluk. Jokowi didampingi sesepuh adat bakas rek bay naik ke singgasana melalui titian agung berupa tiga lembar tikar berlapis kain putih sepanjang empat meter, kemudian duduk bersama dengan iringan topuk tabuh/kulintang.
Selanjutnya Menak Penghulu naik ke panggung menyampaikan hasil Musyawarah Penyimbang Adat Komering, yang diawali dengan pemukulan gong lima kali.
Tetua adat menyampaikan kepada warga dan tamu undangan gelar adat akan diberikan kepada Presiden atas jasa dan sumbangsih Presiden kepada masyarakat Sumatera Selatan, khususnya Masyarakat Komering.
Tetua adat bertanya apakah tamu undangan setuju dan tiada berkeberatan mengenai pemberian gelar tersebut, dan semua menjawab ya puun alias setuju. Majelis Adat mengambil tempat, Presiden dipersilakan berdiri pada dulang bunga dan para sesepuh adat naik mengelilingi Presiden.
Upacara pemberian adat dimulai dengan pisaan, kemudian gelar disebutkan dengan iringan gong tujuh kali. Presiden diberi kepundang dan rumpok, sementara Ibu Negara disemati kerudung/selendang. (sripo/tribunsumsel)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/manado/foto/bank/originals/merahkan-sumsel.jpg)