Cerita Mantan Pedagang Borobudur, Pernah Ada Orang Rambutnya Putih Lari Sambil Teriak Air-air
Dulunya, cerita Siti, ia pedagang di dalam komplek Borobudur dengan penghasilan kotor Rp 25.000.
Ia meletakkannya pada meja di depan rumahnya.
Ia sudah menunggu para pelari melintas sejak pukul 05.00 WIB.
Tempo singkat, puluhan gelas itu ludes diminum para pelari.
Siti ikut berpartisipasi seperti ini sejak lomba serupa di 2017.
Ia juga menyajikan 2 kardus air mineral cuma-cuma bagi para pelari.
Bedanya, ajang lari kali ini disertai cuaca panas. Minuman pun seketika ludes.
“Kalau ada yang ambil (air yang disuguhkannya), rasanya senang sekali,” kata Siti.
Semua berawal dari perlombaan serupa di 2015.
Ketika itu, seorang pelari berambut putih uban melintas di depan rumahnya sambil teriak meminta air.
Anak-anaknya menyarankan dirinya untuk memberi air di marathon di tahun-tahun berikutnya.
Siti berkesempatan mewujudkan itu di Borobudur Marathon 2017. Tahun ini, ia kembali memberi air serupa ke para pelari.
Ia mengeluarkan Rp 65.000 hanya untuk 2 kardus itu.
“Ditambah ngojek untuk membeli air,” katanya.
Sejatinya, Borobudur sangat lekat dengan dirinya.
Itulah mengapa, semua even yang terkait dengan Borobudur cukup membuatnya melibatkan diri dengan beragam cara yang ia bisa.