Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

CIA Rilis Dalang Pembunuh Khashoggi: Wapres AS Janji Kejar Pelakunya untuk Tanggung Jawab

Kasus pembunuhan Jamal Khashoggi, jurnalis The Washington Post kembali jadi pembicaraan dunia.

Editor: Lodie_Tombeg
Aljazeera.com
Wapres AS Mike Pence berbicara di KTT Asean di Singapura. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, PORT MORESBY - Kasus pembunuhan Jamal Khashoggi, jurnalis The Washington Post kembali jadi pembicaraan dunia. Hasil penyelidikan CIA, badan intelijen Amerika Serikat, warga Arab Saudi yang telah menetap di AS itu tewas dicekik di Kantor Konsulat Saudi di Istanbul Turki. Dalangnya, Pangeran Saudi Mohammed bin Salman (MBS).

Wakil Presiden AS Mike Pence bakal membuat para pelaku pembunuhan jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pernyataan tersebut disampaikan Pence dalam Forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Port Moresby, Papua Niugini.

Diberitakan AFP Sabtu (17/11/2018), Pence menyebut pembunuhan yang dilakukan terhadap Khashoggi merupakan sebuah bencana. 

"AS bertekad membawa mereka yang terlibat dalam pembunuhan itu untuk bertanggung jawab. Kami mengikuti fakta yang ada," tegasnya.

Komentar wapres 59 tahun itu keluar setelah beredar laporan Badan Intelijen Pusat (CIA) meyakini perintah membunuh Khashoggi datang dari Putra Mahkota Mohammed bin Salman.

Dalam laporan tersebut, Khashoggi dipancing oleh adik MBS, Pangeran Khalid bin Salman, yang juga menjabat sebagai Duta Besar Saudi untuk AS.

Dalam telepon tersebut, Khashoggi diminta untuk mendatangi gedung Konsulat Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober untuk mengurus dokumen pernikahannya.

Pence melanjutkan meski dia berjanji bakal membawa para pelaku ke pengadilan, dia juga menyatakan AS tetap berusaha mempertahankan hubungan dengan Riyadh.

Dalam pernyataan resmi Kamis (15/11/2018), Saudi mengatakan Khashoggi dibunuh oleh lima orang menggunakan suntikan obat bius dosis tinggi.

Setelah itu para pelaku memutilasi jenazah Khashoggi dan menyerahkannya kepada seorang agen yang telah menunggu di luar gedung.

Riyadh juga menegaskan bahwa MBS tak ada sangkut pautnya dengan pembunuhan kolumnis The Washington Post tersebut. Kantor jaksa Saudi menyatakan, perintah untuk membawa paksa Khashoggi diberikan Wakil Kepala Intelijen Jenderal Ahmed al-Assiri.

Assiri membentuk tim beranggotakan 15 orang yang dibagi ke dalam tiga kelompok kecil. Tim negosiasi, tim logistik, dan tim intelijen. Mereka terbang ke Istanbul, Turki, untuk membujuk jurnalis berusia 59 tahun tersebut agar bersedia kembali ke Riyadh.

"Namun karena negosiasi gagal, kepala tim negosiator memerintahkan untuk membunuh Khashoggi," demikian pernyataan kantor jaksa penuntut. Keterangan Saudi dibantah kolumnis Hurriyet Abdulkadir Selvi yang menyatakan telah mendengarkan rekaman yang dipunyai otoritas Turki.

Dalam rekaman pertama berdurasi sekitar tujuh menit, terdapat suara Khashoggi yang meronta karena merasa tercekik dengan dugaan pelaku membunuhnya dengan tali atau kantong plastik.

Kemudian dalam rekaman kedua yang terjadi sebelum Khashoggi masuk, para pelaku berdiskusi tentang cara untuk membunuhnya.

Dalam diskusi tersebut, mereka meninjau kembali langkah-langkah yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Termasuk mengingatkan lagi akan tugas setiap pelaku.

Pangeran Arab Saudi Mohammed bin Salman
Pangeran Arab Saudi Mohammed bin Salman (kompas.com)

CIA: MBS Perintahkan untuk Bunuh Khashoggi

Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat ( CIA) dilaporkan menemukan fakta terkait pembunuhan jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi.

Dalam temuan CIA yang dikemukakan seorang pejabat anonim, perintah untuk membunuh Khashoggi datang langsung dari Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman ( MBS).

Diwartakan The Washington Post via The Guardian Sabtu (17/11/2018), CIA menyimpulkan MBS yang memerintahkan pembunuhan itu setelah meneliti berbagai data intelijen.

Termasuk percakapan telepon antara Khashoggi dengan Pangeran Khalid bin Salman, adik MBS, yang menjabat sebagai Duta Besar Saudi untuk AS.

Dalam telepon itu, Khalid meminta Khashoggi untuk datang ke Konsulat Saudi di Istanbul, Turki, untuk mengurus dokumen pernikahannya.

Sumber itu berkata kepada The Post, Khalid menelepon Khashoggi berdasarkan arahan dari kakaknya, meski tak diungkapkan apakah dia tahu jika Khashoggi dibunuh. Khalid langsung membantah laporan yang dikeluarkan The Post melalui kicauannya di Twitter.

Dia menegaskan kontak terakhirnya dengan Khashoggi terjadi 26 Oktober 2017. Saat itu, dubes berusia 30 tahun itu tak menyarankan kolumnis The Post tersebut untuk datang ke Istanbul guna mengurus dokumennya.

Di twit kedua, Khalid mengunggah paragraf berisi respon yang memperkuat alibinya dengan mempersilakan aparat mengecek teleponnya.

"Ini adalah tuduhan serius yang dibuat oleh sumber anonim tersebut. Saat ini, kami mempersiapkan respon," demikian penjelasan Khalid di Twitter. Laporan yang dikeluarkan CIA tidak selaras dengan pernyataan Kantor Jaksa Penuntut Saudi bahwa MBS tak memerintahkan pembunuhan Khashoggi.

Kantor jaksa Saudi menyatakan, perintah untuk membawa paksa Khashoggi diberikan Wakil Kepala Intelijen Jenderal Ahmed al-Assiri. Assiri membentuk tim beranggotakan 15 orang yang dibagi ke dalam tiga kelompok kecil.

Tim negosiasi, tim logistik, dan tim intelijen. Mereka terbang ke Istanbul, Turki, untuk membujuk kolumnis media Amerika Serikat (AS) The Washington Post itu agar bersedia kembali ke Riyadh.

"Namun karena negosiasi gagal, kepala tim negosiator memerintahkan untuk membunuh Khashoggi," demikian pernyataan kantor jaksa penuntut.

Diwartakan CNN, lima orang diperintahkan untuk mengikat Khashoggi dan memberikannya suntikan obat bius dalam jumlah besar sehingga dia tewas.

Setelah itu, tim tersebut memutilasi jenazah Khashoggi, dan memberikannya kepada seorang agen yang sudah menunggu di luar gedung. 15 pelaku itu dipimpin Maher Abdulaziz Mutreb yang dilaporkan merupakan pengawal MBS. The New York Times memberitakan Mutreb menelepon untuk melaporkan isinya.

"Pergi, katakan kepada bos Anda bahwa operasi telah berhasil diselesaikan," demikian ucapan Mutreb yang sering tertangkap kamera berada di samping MBS.

Pejabat intelijen Turki percaya perkataan "bos Anda" merujuk kepada MBS, dan Mutreb saat itu sedang menelepon salah satu asisten sang putra mahkota.

Jamal Khashoggi
Jamal Khashoggi (Aljazeera.com/Lefteris Pitarakis/AP)

AS Berencana Hentikan Penjualan Senjata ke Saudi

Kelompok bipartisan Senat Amerika Serikat (AS) berencana mengajukan undang-undang untuk menghukum Arab Saudi.

Rancangan itu muncul beberapa jam setelah sanksi kepada 17 warga Saudi yang terlibat pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi diterbitkan. Diwartakan Al Jazeera Jumat (16/11/2018), rancangan peraturan itu dipromosikan masing-masing oleh tiga senator dari Partai Republik dan Demokrat. 

Jika disahkan, undang-undang itu bakal menghentikan penjualan senjata ke Saudi, dan melarang pengisian bahan bakar bagi kepentingan koalisi pimpinan Saudi di konflik Yaman.

Peraturan itu juga mengancam bakal menghukum segala bentuk upaya menghalangi penyaluran bantuan ke Yaman, dan para pendukung kelompok Houthi. Proposal itu muncul setelah Senat menyuarakan ketidakpuasan dengan Kongres terkait konflik Yaman yang berlangsung sejak 2015, dan menelan korban 10.000 orang itu.

Rasa frustrasi itu mencapai puncak dengan kasus pembunuhan Khashoggi di Konsulat Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober. Senator Bob Menendez dari Komite Hubungan Luar Negeri mengatakan, keputusan Gedung Putih menjatuhkan sanksi kepada 17 orang warga Saudi belum cukup.

"Kami bersikap tegas dalam proposal ini untuk mengawasi penjualan senjata maupun dukungan bahan bakar," ujarnya dalam rilis resmi dikutip Middle East Eye. Senator Bob Corker dari Republik mengapresiasi sikap pemerintahan Presiden Donald Trump sebagai langkah yang signifikan.

Namun, dia berharap tindakan tambahan diberlakukan karena dia sangat memperhatikan langkah yang bakal diambil oleh Riyadh. "Saya rasa, ada harga yang harus dibayar dalam kejadian ini," kata politisi yang juga Ketua Komite Hubungan Luar Negeri itu.

Senator Tim Kaine dari Virginia, tempat Khashoggi tinggal, menduga pemerintahan Trump tengah mengikuti "permainan" Saudi. "ini adalah pembunuhan dengan negara terlibat di dalamnya. Tentunya harus adalah transparansi dalam penyelidikannya," keluh Kaine.

Adapun Senator Lindsey Graham dari Republik menyatakan peraturan itu sangat penting agar Saudi tetap bersikap terbuka baik dalam konflik Yaman maupun kasus Khashoggi.

Khashoggi tewas dibunuh ketika hendak mengurus dokumen pernikahannya dengan si tunangan, Hatice Cengiz, di konsulat Istanbul.

Sumber dari penyelidik Turki menuturkan jenazah Khashoggi dimutilasi dan dilenyapkan menggunakan cairan asam menjadi cairan dan dilarutkan ke saluran air.

Kamis (15/11/2018), Kantor Jaksa Penuntut Saudi menyatakan bahwa Khashoggi tewas karena suntikan obat bius dalam dosis tinggi.

Kantor jaksa menegaskan pembunuhan jurnalis berusia 59 tahun itu tak ada kaitannya dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS).

Kantor jaksa mengatakan, perintah untuk membawa paksa Khashoggi datang dari Wakil Kepala Intelijen Jenderal Ahmed al-Assiri. Assiri membentuk tim beranggotakan 15 orang yang dibagi ke dalam tiga kelompok kecil. Tim negosiasi, tim logistik, dan tim intelijen.

"Namun karena negosiasi gagal, kepala tim negosiator memerintahkan untuk membunuh Khashoggi," demikian pernyataan kantor jaksa penuntut.

Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin berkata, sanksi itu menerpa mantan penasihat MBS Saud al-Qahtani dan Maher Abdulaziz Mutreb, pengawal si putra mahkota. *

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Wapres AS Berjanji Bakal Bikin Pembunuh Khashoggi Bertanggung Jawab"

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved