Keluarga Kekaisaran Jepang Makin Menyusut, Putri Ayako Lepas Gelar Demi Menikahi Orang Biasa
Putri Ayako mengikuti jejak kakak perempuannya, Noriko yang memutuskan melepas gelar kerajaan setelah menikahi orang biasa pada 2014 lalu.
"Mereka tidak ingin keluarga kekaisaran Jepang berkembang terlalu besar, mereka tidak menginginkan biaya keuangan (yang tinggi), sehingga mereka membuat berbagai macam peraturan yang ketat," katanya.
"Dalam arti jenis peraturan semacam itu menjadi bumerang, sekarang kekaisaran Jepang punya masalah dengan jumlah keluarga kerajaan yang menyusut."
Adanya sejumlah kelompok atau geng besar pasca-perang juga secara dramatis 'memangkas' pohon keluarga kekaisaran Jepang.
Sebagian besar rumah-rumah bangsawan di Jepang juga sudah dibabat habis.
Hanya keluarga dekat Kaisar Hirohito dan saudara-saudaranya-lah yang diperbolehkan untuk tetap menjadi bangsawan.
Hal ini dapat berarti, sebenarnya tidak ada calon pelamar bergelar bangsawan untuk para putri Jepang.
Sehingga mereka dihadapkan dengan pilihan menikah dengan kerabat dalam keluarga kekaisaran, atau tidak menikah sama sekali, untuk tetap memegang gelar kerajaan.
"Ada pilihan yang membuat jumlah keluarga kekaisaran Jepangmenyusut, jadi itu menciptakan berbagai macam masalah."
"Mereka sebenarnya tidak punya banyak pilihan," kata Dr Richardson.
"Mungkin ada harapan bahwa mereka tidak akan menikah sampai ada beberapa pilihan [dalam keluarga kerajaan]."
Namun, hal ini tentu memakan waktu yang sangat lama.
Meski demikian, peraturan pernikahan ini tidak berlaku bagi pangeran mahkota.
Pangeran kekaisaran Jepang boleh menikahi siapapun yang mereka suka dan memberikan status kerajaan kepada sang istri.
Anak laki-laki yang berasal dari pernikahan tersebut, bukan anak perempuan, yang bisa masuk daftar urutan pewaris tahta kekaisaran Jepang.
Aturan suksesi ini pun menjamin keberlanjutan tahta kekaisaran Jepang di masa depan hanya jika anak yang lahir berjenis kelamin laki-laki.
