Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Bankir Optimistis Capai Target KUR di 2018

Bank besar optimistis mampu mencapai target realisasi penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) di akhir tahun.

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
kompas.com
Nasabah menarik dana di ATM BRI. 

Efeknya dollar AS menguat, sehingga mata uang emerging market tertekan. Dana asing pun berisiko keluar. Di sisi lain, yield obligasi AS naik, sehingga menarik banyak dana kembali ke AS.
Dari dalam negeri, neraca berjalan masih defisit dan cadangan devisa menipis. "Banyak investor asing rebalancing portofolio dan keluar dari pasar domestik," papar Hans, Minggu (28/10).

Masih net sell

Analis Panin Sekuritas William Hartanto menilai, meski di tengah net sell, sejumlah investor asing masih terlihat mengoleksi saham tertentu. Tapi jumlahnya tak sebesar yang melakukan aksi jual.
Kata William, aksi jual asing juga karena investor masih ragu berinvestasi di Indonesia gara-gara melihat kondisi ekonomi. "Saat asing panik dan melakukan penjualan besar-besaran, indeks turun," papar dia.

Tapi, analis Semesta Indovest Aditya Perdana Putra menilai, koreksi IHSG bukan karena keluarnya dana asing. Indeks turun lebih dipengaruhi faktor eksternal dan fundamental domestik.
Kata Aditya, saat ini, kepemilikan asing mulai naik. Sebab saham Indonesia sudah mendekati level bottom.

Masih ada potensi dana asing lanjut keluar hingga akhir tahun ini. Menurut Aditya, apabila pertumbuhan kinerja emiten terbilang kecil, investor asing masih akan keluar. Prediksi dia, akhir tahun, indeks di level 6.100 dengan support level 5.800.

William menilai, saat ini aksi jual asing tidak terlalu besar lagi. Jika The Fed kembali mengerek suku bunga, investor di AS mungkin khawatir terjadi resesi. Dus, asing akan kembali melirik negara berkembang. IHSG akhir tahun ini di perkirakan di level 6.300-6.500.

Menurut Hans, investor domestik tak perlu panik meski asing net sell. Setelah sentimen global berlalu, asing akan kembali. Dia menyarankan beli saat harga turun untuk JSMR, BBNI, BMRI, WIKA dan PTPP.

Analis Binaartha Sekuritas M Nafan Aji menyebut, pemerintah masih mampu menjaga fundamental makroekonomi. Kinerja sejumlah emiten di kuartal III-2018 juga rata-rata di atas ekspektasi.

"Hingga akhir tahun, asing masih akan masuk pada saham-saham big caps berfundamental bagus," kata dia.
Ia merekomendasikan ASII, BBCA, BBRI, BMRI, GGRM, ICBP, INCO, INTP, SMGR, SRIL dan WTON. ?

Rupiah
Rupiah (kontan)

Pendapatan Naik Tipis, Laba Bersih TLKM Turun 20%

Kinerja PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) selama sembilan bulan di tahun ini belum solid. Per September, laba bersih turun 20% year on year (yoy) menjadi Rp 14,23 trilliun. Padahal, pendapatan naik 2,26% menjadi Rp 99,203 triliun.

Penurunan laba terutama disebabkan kenaikan beban operasional yang mencapai Rp 33,432 trilliun. Tahun lalu, pengeluaran pada pos itu hanya Rp 27 trilliun. Kenaikan beban operasional paling besar terjadi pada pos operasi dan pemeliharaan, mencapai Rp 17,49 trilliun.

Direktur Keuangan TLKM Harry M Zein mengatakan, meski laba sembilan bulan turun, kinerja TLKM termasuk membaik. Tahun ini, industri telekomunikasi memang lesu. "Tren pelemahan industri sudah berakhir di semester satu dan mulai membaik di kuartal tiga," ujar Hary, Senin (29/10).

Secara kuartalan, pencapaian TLKM memang membaik. Pendapatan triwulan III tumbuh 8,8% dibandingkan triwulan II-2018. Laba bersih juga naik 86,7% dibandingkan kuartal sebelumnya.

Menurut Harry, perbaikan ini hasil dari upaya perusahaan ini memperkuat bisnis mobile, di samping terus menumbuhkan segmen fixed line. "Kami juga mengelola biaya secara efektif," ungkap dia.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved