Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Legenda Asal usul Kota Roma

Legenda Asal-usul Kota Roma: Ketika Dua Anak Kembar Remus dan Romulus Berebut jadi Raja

Kisah Asal-usul Kota Roma: Ketika Dua Anak Kembar Remus dan Romulus Berebut Menjadi Raja

Editor: Aldi Ponge
Remus dan Romulus, anak kembar yang disusui oleh serigala. 

“Berikanlah kepadaku benda yang kaupakai di lengan kiri,” kata gadis itu kepada orang Sabin. Benda itu, sebuah gelang emas. Permintaan itu disanggupi.

Tarpeja membuka pintu kota. Orang-orang Sabin masuk. Tapi mereka bukan cuma memakai gelang emas dilengan kiri, tapi juga perisai. Perisai itu mereka lemparkan kepada gadis pengkhianat itu, sehingga Tarpeja meninggal karena tertimbun perisai.

Konon inilah sebabnya karang di tempat benteng itu berdiri disebut Karang Tarpeja. Bertahun-tahun kemudian menjadi kebiasaan untuk melemparkan pengkhiant-pengkhianat dari atas karang tersebut.

Berdamai  berkat puteri dan isteri

Di dalam orang-orang Romawi bertempur melawan orang-orang Sabin. Ketika itulah wanita-wanita Sabin yang dulu diculik ikut campur tangan.

Mereka diperlakukan dengan baik oleh suami-suami mereka sehingga sekarang mereka melemparkan dirinya diantara orang-orang Romawi dan orang-orang Sabin, supaja ayah mereka dari saudara-saudara mereka tidak saling bunuh dengan suami mereka.

Ini benar-benar di luar dugaan kedua pihak yang bertempur, sehingga mereka berhenti keheranan. Perundingan pun dilakukan dan mereka berdamai untuk berkumpul sebagai suatu bangsa.  Orang-orang Romawipun bertambah dalam jumlah maupun kekuatan.

Pada masa Romulus, kepala keluarga merupakan tuan atas isteri dan anak-anaknya, seperti halnya ia adalah tuan dari pedang dan rumahnya. Kekuasaan benar—benar absolut.

la boleh berbuat sesuka hati terhadap isteri dan anak-anaknya bahkan boleh menjuai mereka sebagai budak bila ia mau. Kalau ia membunuh merekapun tidak ada undang-udnang yang melarangnya-

Sekelompok keluarga yang berasal dari leluhur yang sama disebut gens. Mereka dikepalai seorang pater. Kata pater dikenal juga di Indonesia, artinya bapak.

Kaum patricier adalah kaum ningrat Romawi. Mereka dikelompokkan dalam 3 golongan besar yang disebut tribus. Tiap tribus terdiri dari 10 kelompok lebih kecil yang disebut curiae.

Ada golongan penduduk lain yang disebut plebeyer (plebs, dalam bahasa Latin artinya rakyat jelata). Mereka adalah orang-orang yang datang lebih kemudian dari golongan patricier. Mereka banyak yang bekerja di perkebunan.

Selain itu ada budak-budak yang jumlahnya tidak terlalu banyak, yang dipekerjakan sebagai  pembantu rumah tangga dan juga ada budak-budak yang sudah dimerdekakan yang disebut liberti.

Dagang tidak boleh, jadi backing boleh

Tidak semua orang patriciet, hartawan. Tapi menurut anggapan mereka mencari uang dengan berdagang adalah hina bagi seorang patricter- Meskipun demikian mereka dapat berdagang dengan cara lain yang dianggap tidak menyentuh derajat mereka, yaitu dengan perantaraan kaum client.

Sumber: Grid.ID
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved