Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

OJK: Dana Pensiun Masih Kebal Fluktuasi Pasar Modal

Di tengah kondisi pasar modal yang masih tertekan, industri dana pensiun (dapen) masih bisa membukukan kinerja yang lebih baik

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
kompas.com
OJK 

Dua gerai baru tersebut bakal melengkapi total gerai Ramayana Lestari hingga akhir 2018 menjadi 121 gerai. "Rencana ada dua gerai (baru) yaitu di luar Jabodetabek pada akhir tahun 2018," ujar Setyadi Surya, Sekretaris Perusahaan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk saat dihubungi KONTAN, Senin (15/10).

Pada paruh pertama tahun ini, Ramayana Lestari sudah menghadirkan tiga gerai baru. Dua gerai hadir pada April 2018, yakni di Plaza Cibubur (Jawa Barat) dan Bekasi Trade Center (Bekasi, Jawa Barat). Satu gerai lagi dibuka pada Mei 2018 di Grand Cakung, Jakarta Timur.

Selain gerai Ramayana reguler, Ramayana Lestari memiliki gerai Ramayana Prime. Gerai Ramayana Prime misalnya hadir di City Plaza Jatinegara dan Plaza Cibubur.

Sementara mengintip materi paparan publik yang rilis di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Agustus 2018, total jumlah gerai Ramayana Lestari per 30 Juni 2018 menjadi 119 gerai.

Perinciannya, 79 gerai di Jawa dan 40 gerai di luar Jawa. Adapun total luas seluruh gerai mereka mencapai 998.394 meter persegi (m²) (lihat tabel).

Meski ekspansi gerai masih berjalan, Ramayana Lestari juga menerapkan strategi evaluasi. Secara berkesinambungan, perusahaan berkode saham RALS di BEI tersebut bakal menelaah kinerja setiap gerai.

Pada saat yang bersamaan, Ramayana Lestari berupaya menjaga efisiensi biaya dan mencari alternatif barang yang lebih murah. Itu adalah ikhtiar mereka untuk mengatasi kondisi daya beli masyarakat yang masih terasa lemah.

Sampai tutup tahun 2018, Ramayana Lestari menargetkan penjualan Rp 8,2 triliun. "Same-store sales growth (SSG) sampai September tumbuh 2,4% dan (sales) growth 4,5%," kata Setyadi.

Dalam catatan pemberitaan KONTAN, Ramayana Lestari mengalokasikan dana belanja modal alias capital expenditure (capex) Rp 300 miliar di tahun ini.

Sekitar Rp 150 miliar-Rp 175 miliar untuk menambah gerai baru. Lantas, Rp 100 miliar untuk mempercantik gerai lama.

Asuransi
Asuransi (kompas.com)

Laju Bisnis Reasuransi Masih Tertekan

Kinerja hasil underwriting industri reasuransi merosot tajam. Kenaikan beban klaim dan beban biaya, menjadi penyebab penurunan hasil underwriting industri reasuransi.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sampai dengan Agustus 2018, industri reasuransi mencatat hasil underwriting sebesar Rp 474,71 miliar. Angka tersebut turun 38% dibanding periode yang sama di tahun lalu yakni Rp 765,70 miliar.

Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Dody AS Dalimuthe menilai, penurunan hasil underwriting industri reasuransi karena terbebani oleh kenaikan pendapatan premi, beban klaim dan beban biaya.

Artinya "Jika klaim semakin besar, berdampak pada hasil underwriting industri reasuransi yang kecil," kata Dody kepada KONTAN, Senin (15/10).

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved