Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Tak Merokok Jauh dari Penyakit Jantung Koroner, Dari Talk Show di Rumah Sakit Siloam Manado

Puluhan masyarakat dan pasien Rumah Sakit Siloam Manado mengikuti talk show ‘Merdekakan Dirimu dari Kolesterol, Diabetes dan Gangguan Ginjal’.

Penulis: Christian_Wayongkere | Editor: David_Kusuma
Tribun manado / Christian Wayongkere
Puluhan masyarakat dan pasien Rumah Sakit Siloam Manado mengikuti talk show ‘Merdekakan Dirimu dari Kolesterol, Diabetes dan Gangguan Ginjal’. 

Saat ini penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyebab kematian utama di dunia.

Di Indonesia sendiri termasud tingkat kedua berdasarkan data tahun 2014 dari kementrian kesehatan.

Menurutnya jantung koroner memiliki beberapa faktor risiko yang seharusnya bisa dicegah, karena jantung koroner itu dimulai prosesnya dari semenjak manusia lahir dan berlanjut terus sampai sudah tua.

"Jadi harusnya kita bisa jaga itu waktu kita masih muda. Jadi ada beberapa faktor yang mengakibatkan sakit jantung koroner antara lain merokok, tekanan darah tinggi, diabetes, kolestrol, alkohol, obesitas atau kegemukan, kurangnya aktifitas fisik atau olahraga, usia, dan faktor riwayat keluarga," terangnya.

Dari sekian banyak penyebab datangnya penyakit jantung koroner sebagian besar bisa dikomunikasikan dan menjaganya agar tidak terjadi.

Penyakit ini dapat diketahui ketika muncul keluhan yang dengan sendirinya dapat kita ketahui, berupa nyeri di dada terutama dada sebelah kiri terasa seperti tertindih benda berat ataupun lemas atau tertekan.

Ciri-ciri lainnya biasanya muncul waktu aktivitas fisik atau ada stres emosional nyerinya bisa menjalar ke lengan sebelah kiri atau naik keleher. "Keadaan ini berlangsung rata-rata selama 5-10 menit dan kemudian ingin beristirahat," tambahnya.

Munculnya keluhan seperti itu baru awalnya, ada keluhan yang makin berat seperti nyerinya semakin lama atau gerak aktivitas ringanpun sudah sakit.

Untuk pasien-pasien yang sudah ada faktor risiko sebaiknya cari tahu apakah sakit jantung koroner, ada atau tidak.

Kata dr Benny ada beberapa pemeriksaan yang sebetulnya bisa kita lakukan, paling sederhana bisa mulai dengan pemeriksaan EKG atau rekam jantung.

Pemeriksaan ini paling sederhana dan tidak akurat, akan positif kalau pasien sudah sakit berat. "Tingkat akurasi 30 persen 70 tidak terangkap EKG," tambahnya lagi.

Selanjutnya pemeriksaan foto rontgen. Ini juga tidak akurat, ketiga pemeriksaan tread mill bisa mendiagnosa pasien mengidap penyakit koroner. Dalam proses ini jantung diberi beban kerja maksimal akan dilihat apakah EKG-nya berubah atau tidak.

Cara ini jauh lebih akurat dengan tingkat akurasi 70 persen. Keempat pemeriksaan USG jantung melihat jantung bengkat atau tidak. Melalui cara ini dilihat apakah fungsi pompa masih bagus atau tidak, dinding jantung bocor atau tidak.

Pemeriksaan seperti ini biasanya ketika ada keluhan pasien yang sesak nafas.

Selanjutnya pemeriksaan citiscan, pemeriksaan akurat di atas 90 persen, keluhan nyeri badan, usia lanjut dan faktor risiko banyak.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved