Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kegiatan Belajar Mengajar Masih Terganggu: BNPB Minta Anggaran Tambahan

Gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah tak hanya menimbulkan korban jiwa. Namun, bencana alam yang merenggut nyawa

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
Internet
Pasca gempa Donggala, Rumah Sakit Terapung Kstaria Airlangga (RSTKA) merapat di pelabuhan Donggala untuk melayani masyarakat 

TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah tak hanya menimbulkan korban jiwa. Namun, bencana alam yang merenggut nyawa lebih dari 1.000 orang itu membuat korban mengalami trauma.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Willem Rampangile, mengatakan trauma dialami oleh para guru dan siswa yang terdampak bencana alam.

"Ada kendala. Guru-guru sebagian terdampak dan trauma, termasuk murid-muridnya dan orang tuanya yang belum mengizinkan anaknya," kata Willem.

Padahal, kata dia, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy sudah mengingatkan supaya kegiatan belajar dan mengajar tetap berjalan seperti semula. "Untuk pendidikan, mendikbud segera meminta agar murid-murid mulai masuk sekolah,"ujar Willem.

BNPB juga membutuhkan dana tambahan untuk merampungkan proses tanggap darurat di Kota Palu dan Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah.

Willem Rampangilei mengatakan pihaknya meminta tambahan sebesar Rp 500 miliar kepada Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

"Kami mengusulkan tambahan anggaran Rp 500 miliar ke Kemenkeu untuk tahap awal," ujarnya.
Untuk masa tanggap darurat, pihaknya memastikan tanggap darurat berlangsung selama 14 hari setelah terjadi gempabumi dan tsunami di Provinsi Sulawesi Tengah.

Sehingga, kata dia, waktu tanggap darurat akan berakhir pada 11 Oktober 2018. Satu hari sebelumnya, pihaknya akan memutuskan apakah tanggap darurat di Palu-Donggala diteruskan atau tidak.

Namun, dia mengatakan, berdasarkan koordinasinya dengan Badan SAR Nasional (Basarnas), tanggal 11 Oktober 2018 dipastikan sebagai hari terakhir evakuasi terhadap para korban. "Tanggal 10 akan kami evaluasi. Apakah dilanjutkan atau tidak. Basarnas mengatakan hanya sampai tanggal 11 Oktober," tambahnya.

Sebelumnya diketahui, Kementerian Keuangan (Kemenkeu RI) telah mencairkan dana sebesar Rp 560 miliar sebagai dana kedaruratan penanganan gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah, pada Senin 1 Oktober 2018 lalu. Dana kebutuhan penanganan tersebut lalu dikelola oleh BNPB.

1948 Orang Meninggal

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan sebanyak 835 orang hilang akibat gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah. Mereka yang hilang diduga tertimbun reruntuhan bangunan maupun lumpur akibat gempa dan tsunami Sulawesi Tengah.

"Korban hilang hingga H+11 mencapai 835 orang," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho.
Jumlah tersebut didapat dari informasi masyarakat yang melaporkan kerabatnya yang hilang ke perangkat desa setempat.

Menurut Sutopo, jumlah tersebut masih sangat mungkin bertambah.
"Data itu sangat dinamis, masih mungkin bertambah ke depannya," kata Sutopo.

Namun demikian, hingga saat ini upaya pencarian korban masih terus dilakukan. Tim SAR gabungan, TNI, Polri, LSM, dan masyarakat setempat masih terus melakukan evakuasi, pencarian, dan penyelamatan.

Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved