Ricardo Sengkeh Pahlawan dan Martir: Unsrat Terima Mahasiswa Korban Gempa
Ricardo Sengkeh, Senior Sales Executive Hotel Mercure Palu yang jadi korban gempa telah dimakamkan, Jumat (5/10/2018).
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID - Ricardo Sengkeh, Senior Sales Executive Hotel Mercure Palu yang jadi korban gempa telah dimakamkan, Jumat (5/10/2018). Uskup Manado Mgr Benedictus Estephanus Rolly Untu memimpin khotbah dalam Misa Requiem almarhum.
Yang memimpin misa tengah malam sampai pagi dini hari Ketua Komisi Kepemudaan Keuskupan Manado, Pastor Hendro Kandowangko dan turut mendampingi Pastor Paroki Laikit Pastor Bertje Karundeng.
Dalam khotbahnya Uskup Rolly juga menceritakan soal fakta yang diceritakan orang soal Ricardo. Ricardo, kata Uskup, sebenarnya sudah selamat.
"Tapi Ricardo mengorbankan diri sendiri demi menyelamatkan teman-temannya. Nilai yang ia sendiri kembangkan dan ditunjukkannya saat tidak disangka-sangka," katanya.
Bagi Uskup itu bukan hanya nilai kepahlawanan tapi kemartiran. Seperti tokoh yang diperingati Gereja Katolik pada tanggal 4 Oktober yaitu Fransiskus Asasi (yang lahir tahun 1182).
"Ia orang kaya tapi berubah hidupnya. Yesus berbicara untuk membangun gereja dan Fransiskus tergerak, ia mengambil barang milik orang tuanya dan dijual untuk itu," katanya.
Ia mengatakan, akhirnya Fransiskus diajak membangun gereja yang hidup, untuk memperhatikan orang miskin. Saat orang tuanya datang, Fransiskus ada dengan uskup.
"Fransiskus lalu membuka bajunya dan uskup memberikan jubah gembala. Baju coklat untuk miskin dan solider," katanya.
Ricardo, katanya, serupa dengan Fransiskus membuka dirinya untuk menyelamatkan. Itu, katanya, jauh lebih berharga dari kekayaan yang orang cari. "Kehadiran dan kemartiran. Inilah kekayaan yang dimiliki," katanya.
Ia mengatakan seperti Ayub berkata “Tuhan memberi, Tuhan mengambil, terpujilah nama Tuhan”. Iman, katanya, diteguhkan dengan itu. "Nilai-nilai Injili dan Kristiani dan jalan salib yang dimiliki Ricardo dengan menyelamatkan orang, semua demi bahagia abadinya di surga," katanya.
Misa berlangsung di rumah duka keluarga Sengkeh-Koloay, Desa Dimembe, Kabupaten Minahasa Utara. Uskup Rolly dalam khotbahnya mengatakan, semua menyatukan diri dalan ekaristi, pengorbanan Kristus yang ada di salib. Semua menyadari dalam iman, hidup dan mati, semua milik Kristus.
"Kita berkumpul untuk mereka yang meninggal, juga bagi mereka yang menderita. Ada doa dari para uskup bukan hanya di Indonesia bahkan dari Paus Fransiskus," katanya.
Ia mengatakan sebagai orang beriman harus diimani bahwa ada kehidupan sesudah kematian. Yesus berkuasa akan kematian bahkan bangkit pada hari ketiga.
"Dalam peristiwa pembangkitan seorang pemuda, Yesus mau menunjukkan kasih Tuhan bersama walaupun kepada orang yang masih muda. Cinta Tuhan itu abadi pada awal, sekarang ini dan selama-lamanya," katanya.
Ia mengatakan kematian tidak dapat memisahkan. Dari kaca mata manusia Ricardo dipanggil dalam usia muda tapi kasih setia Tuhan itu abadi. Tuhan memberikan yang terbaik.

Unsrat Terima Mahasiswa Korban Bencana