Bocah Donggala Ngemis di Jalan Raya: 'Kangen' Air Es
Perjalanan sejauh sekitar 15 kilometer (KM) dari Palu, ke Desa Labuan Bajo, Kecamatan Banawa, Donggala, Sulawesi Tengah (Sulteng)
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
Laporan langsung jurnalis Tribun Timur dari Donggala, Darul Amri Lobubun
TRIBUNMANADO.CO.ID, DONGGALA - Perjalanan sejauh sekitar 15 kilometer (KM) dari Palu, ke Desa Labuan Bajo, Kecamatan Banawa, Donggala, Sulawesi Tengah (Sulteng), Kamis (4/10) ini, terasa lebih jauh. Sepanjang jalan, di sisi kiri-kanan jalan hanya tampak puing-puing kehancuran bangunan.
Sesekali, anak-anak di pesisir Donggala terlihat bermain di bibir pantai. Tentu mereka harus lebih hati-hati karena balok, dahan, ranting pohon, dan rongsokan bangunan masih mengepung mereka. Tapi, suasana itu tak menghalangi para bocah untuk senyum, riang gembira.
Yah, senyum anak-anak pesisir Donggala memang sudah tersungging. Seakan mereka berusaha melupakan mimpi buruk 28 September petang.
Selain puing rumah yang menjadi lahan kebahagian anak pesisir, sebelah barat Kota Palu jalan Poros Donggala-Palu, itu juga menyajikan senyum anak pesisir.
Di antara sisi jalan poros tiap kampung dilewati para pengendara, anak-anak dan pemuda kampung berdiri menengadahkan kotak sumbangan.
"Pak...pak... seadanya, Pak. Kami lapar!" kata bocah berkopiah hitam itu. Bocah itu tetap berusaha tersenyum.
Setiap putaran roda motor yang kami tumpangi (bersama fotografer Tribun Timur Sanovra Jr) menatapi jalan berasal sejarak 10 meter, ada saja bocah dan pemuda yang menengadahkan kotak permintaan sumbangan.
Mereka berdiri di antara lajur kendaraan roda empat dan roda dua yang melaju, ditambah lagi dengan debu tebal. Tapi, senyum itu tetap mereka persembahkan.
Anak-anak dan para pemuda itu tidak mau untuk diwawancarai. Mereka hanya inginkan sumbangan. Sesekali mereka minta foto dan menunjukkan senyum itu.
Fauziah (50) warga Desa Tosale, Kecamatan Banawa Selatan, Donggala, sekeluarga berburu makanan di sebuah kontainer.
"Ini, Pak, kami cuma mengambil tepung saja untuk buat roti agar bisa makan," ujar Fauziah.
Fauziah bersama dua ponakannya dan sepupunya beserta warga yang lainnya, harus menjebol kontainer dengan alat seadanya agar bisa mendapat tepung.
"Kami belum dapat bantuan logistik dari pemerintah. Ini kami ambil bukan semuanya, karena warga yang lain juga akan mengambil tepung," kata Fauziah.
Seperti diketahui, saat ini audah berton-ton bantuan logistik dari seluruh daerah di Indonesia mulai berdatangan untuk membantu korban gempa Sulteng. Namun, logistik belum dibagi secara merata.
Warga pesisir Donggala berharap, tim penyalur logistik agar bisa menyalurkan kebutihan berupa makanan siap saji, pakaian, obat-obatan dan tenda.

'Kangen' Air Es
Kondisi terkini pasca gempa tsunami di Kota Palu, Kabupaten Donggala dan di Sigi perlahan-lahan kembali memulih.
Aktivitas ekonomi yang lumpuh selama lima hari, mulai menggeliat, Kamis (4/10). Palu dan Donggala mulai "tersenyum".
Sebagian warga Palu memang masih mengeluhkan pemerataan distribusi bantuan makanan, tenda, dan obat-obatan. Mereka juga rindu ingin minum air dingin atau air es.
"Pokoknya pertama kalau menyala listrik nanti, saya cari itu air es. Karena ini lima hari tidak minum air es," ujar Abdul Rahmat (24), warga Jl Ratulangi, Kelurahan Talise, Mantikolore, Donggala, Kamis (4/10).
Jawaban serupa disampaikan beberapa warga lain, ketika ditanya "Apa yang paling mereka rindukan dan apa yang yang segara dicari saat pulih?"
Suhu di Donggala, Palu, dan Sigi memang terasa sangat panas. Cahaya matahari terasa sudah snagat menyengat dari pukul 09.00 wita. Suhu di pagi hari menjelang siang ini, serasa seperti sudah pukul 13.00 wita di musim kemarau di Makassar, Sulawesi Selatan.
"Di sini dua suhu-ji, Bang, kalau bukan itu suhu panas atau panas sekali, makanya kalau sudah normal listriknya saya cari air es, bila perlu mandi," ujar Rahmat.
Rahmat menceritakan, terakhir kali dia mencicipi nikmatnya air bercampur es batu saat beberapa jam sebelum gempa terjadi di Donggala dan Palu, Jumat (28/9) siang.
Pascagempa, Rahmat beberapa kali menghayal mencicipi air kemasan gelas yang didapatnya dari prajurit TNI di tiap posko atau beberapa emperan toko.
"Jadi bang, kalau minum air gelas itu menghayal saja kalau ada es didalam," tambah Rahmat sembari menawarkan air gelas kemasan ke Tribun. (tribun timur/rul/coz)