Bocah Donggala Ngemis di Jalan Raya: 'Kangen' Air Es
Perjalanan sejauh sekitar 15 kilometer (KM) dari Palu, ke Desa Labuan Bajo, Kecamatan Banawa, Donggala, Sulawesi Tengah (Sulteng)
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
Kondisi terkini pasca gempa tsunami di Kota Palu, Kabupaten Donggala dan di Sigi perlahan-lahan kembali memulih.
Aktivitas ekonomi yang lumpuh selama lima hari, mulai menggeliat, Kamis (4/10). Palu dan Donggala mulai "tersenyum".
Sebagian warga Palu memang masih mengeluhkan pemerataan distribusi bantuan makanan, tenda, dan obat-obatan. Mereka juga rindu ingin minum air dingin atau air es.
"Pokoknya pertama kalau menyala listrik nanti, saya cari itu air es. Karena ini lima hari tidak minum air es," ujar Abdul Rahmat (24), warga Jl Ratulangi, Kelurahan Talise, Mantikolore, Donggala, Kamis (4/10).
Jawaban serupa disampaikan beberapa warga lain, ketika ditanya "Apa yang paling mereka rindukan dan apa yang yang segara dicari saat pulih?"
Suhu di Donggala, Palu, dan Sigi memang terasa sangat panas. Cahaya matahari terasa sudah snagat menyengat dari pukul 09.00 wita. Suhu di pagi hari menjelang siang ini, serasa seperti sudah pukul 13.00 wita di musim kemarau di Makassar, Sulawesi Selatan.
"Di sini dua suhu-ji, Bang, kalau bukan itu suhu panas atau panas sekali, makanya kalau sudah normal listriknya saya cari air es, bila perlu mandi," ujar Rahmat.
Rahmat menceritakan, terakhir kali dia mencicipi nikmatnya air bercampur es batu saat beberapa jam sebelum gempa terjadi di Donggala dan Palu, Jumat (28/9) siang.
Pascagempa, Rahmat beberapa kali menghayal mencicipi air kemasan gelas yang didapatnya dari prajurit TNI di tiap posko atau beberapa emperan toko.
"Jadi bang, kalau minum air gelas itu menghayal saja kalau ada es didalam," tambah Rahmat sembari menawarkan air gelas kemasan ke Tribun. (tribun timur/rul/coz)