Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Inilah Momen Kecil Bermakna Sebelum Teks Sumpah Pemuda 1928 Dibacakan

Dibalik peristiwa sumpah pemuda 28 Oktober 1928 yang bersejarah bagi bangsa Indonesia, ada sebuah momen kecil

Editor: Aldi Ponge
Majalah Hai edisi 1992
Momen Kecil Bermakna Sebelum Teks Sumpah Pemuda 1928 Dibacakan 

Pagi di Oost Java Bioscoop, Koningsplein Noord (Medan Merdeka Utara 14, sudah dibongkar).

Sementara malam hari digelar di Indonesische Clubgebouw.

Yang hadir dalam kongres kedua kali ini memang lebih banyak.

Tak hanya utusan organisasi pemuda, tapi juga ada utusan dari organisasi orang dewasa, anggota Volksraad, wartawan, sampai ke perorangan pun datang.

Jumlahnya diperkirakan 750 orang.

Diorama Kongres Pemuda di Museum Sumpah Pemuda, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat
Diorama Kongres Pemuda di Museum Sumpah Pemuda, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat (KOMPAS/PRIYOMBODO)

Di kongres inilah sejumlah pidato hebat berkumandang.

Soegondo Djojopuspito mengurai sejarah perjuangan bangsa Indonesia.

"Perangilah pengaruh bercerai berai dan majulah terus ke arah Indonesia bersatu yang kita cintai," seri Soegondo.

Mohammad Jamin muncul dengan pidato lewat rangkaian kalimat yang cermat dalam naskah yang berjudul "Persatuan dan Kebangsaan Indonesia."

Ada satu hal kecil yang cukup bermakna saat itu.

Sebagai lambang persatuan, para pemuda melepas semua bentuk penutup kepala. Entah itu topi, ikat kepala, atau blangkon.

Mereka memutuskan memakai peci hitam sebagai ciri bangsa Indonesia.

Sugondo Djojopuspito akhirnya membacakan rumusan keputusan kongres.

Suratkabar Pemoeda Soematra kemudian menyebar luaskan secara lengkap hasilnya.

Di tiap peringatan Hari Sumpah Pemuda, ikrar (demikianlah
sebetulnya ia disebut) hingga berubah menjadi 'sumpah' itu berkumandang kembali.

Halaman
123
Sumber: Surya
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved