Gempa Sulteng
Tangis Istri, Anak dan Keluarga Frangky Kowaas Pecah saat Menjemput Jenazah di Bandara Sam Ratulangi
Isak Tangis seketika pecah saat peti berwarna coklat diletakkan di pelataran belakang VIP Bandara Sam Ratulangi, Provinsi Sulawesi Utara
Penulis: Christian_Wayongkere | Editor: David_Kusuma
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Isak Tangis seketika pecah saat peti berwarna coklat diletakkan di pelataran belakang VIP Bandara Sam Ratulangi, Provinsi Sulawesi Utara, Rabu (3/10/2018).
Peti jenazah almarhum Franky Kowaas atlet dan legenda olahraga ekstrem di Sulut, diletakkan berdampingan dengan almarhum Laurens Kowaas ponakan Franky.
Keduanya menjadi korban meninggal dunia, peristiwa bencana alam gempa bumi bermagnitudo 7.4 SR disertai gelombang Tsunami di Palu dan Donggala Provinsi Sulteng.
Franky, Laurens dan bersama atlet paralayang Sulut, Petra Mandagi dan Gleen Mononutu, mengikut kejuaraan cross country di Palu pada Jumat (28/9/2018).
Ratusan lebih massa menyemut di lokasi penjemputan mendiang Kengkang sapaan Franky Kowaas. Mulai dari ormas adat, kelompok pencinta, petualang alam bebas serta pelaku olahraga ekstrem lainnya.
Pesawat Hercules tipe H nomor 1316 yang mengangkut jenazah landing tepat pukul 13.22 Wita. Duluan keluar 150 pengungsi asal Palu dan sekitarnya, kemudian menyusul istri korban Nenvie Tagah.
Menggenakan jaket kontingen Sulut berwarna Biru, memakai kacamata hitam dan topi Nenvie langsung menyambangi ketiga anaknya buah pernikahan dengan almarhum Franky Kowaas.
Ketiga anaknya Lauhien, Liemmei dan Lingkan serta ibunya Selvie Sakeon. Peluk haru hingga ciuman kasih sayang diberikan sang ibu secara silih berganti, tanda rindu lima hari berpisah dengan anak-anak terobati.
Tak ada ekspresi sedih dari wajah Nenvie, berbeda dengan anaknya Liemmei yang terus menitikkan air mata.
Nenvie sang istri nampak sudah lega dan tenang bisa menemukan sang suami yang menjadi korban musibah bencana alam.
"Nanti sebentar ya," jawab Nenvie kepada wartawan.
Dari pelataran VIP Bandara Sam Ratulangi jenazah Kengkang diarak ratusan roda dua dan roda empat, menuju rumah duka jalan stadion Klabat Ranotana lingkungan IV Kecamatan Sario Kota Manado untuk disemayamkan.
Sosok Kengkang dikenal sebagai pemberani dan suka tantangan. Selain itu pria kelahiran 18 Juli 1961 itu merupakan pencetus atau lahirnya sejumlah olahraga ekstrem di Sulut, seperti raffting atau arum jeram dan lainnya.
Kini jasa dan pengabdian Kengkang, Petra dan Gleen tinggal kenangan. Apa yang telah mereka torehnya menjadi motivasi dan pemicu semangat baru bagi generasi penerus.(crz)