Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Pengungsi Korban Gempa Hanya Makan Pisang

Korban gempa bumi yang hidup pengungsian kini merana. Mereka harus makan seadanya karena stok logistik sangat tipis.

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
AFP PHOTO / MUHAMMAD RIFKI
Korban gempa Palu dibopong oleh tim penyelamat, korban gempa Palu dan Donggala sudah mencapai 832 orang. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Korban gempa bumi yang hidup pengungsian kini merana. Mereka harus makan seadanya karena stok logistik sangat tipis.

Salah satunya Hamsi, korban gempa bumi di Perbukitan Bumi Harapan, Desa Minahasa, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. Ia dan ratusan pengungsi masih bertahan di Bukit Harapan dan sangat membutuhkan makanan dan minuman.

"Belum ada bantuan sampai di Donggala, karena akses dari Palu masih terputus. Mobil saya yang terparkir di daerah bagian Perkotaan kabupaten Donggala, entah bagaimana nasibnya, " kata Hamsi.

Hamsi menceritakan sejak beberapa hari ini dirinya dan pengungsi lainnya hanya makan seadanya. Mereka mengambil pisang, ubi dan pepaya dari kebun-kebun warga yang ada di sekitar lokasi pengungsian.

"Pascagempa beberapa hari ini, kami hanya memakan pisang, ubi, dan pepaya warga yang ada di kebun. Hasil kebun warga yang kami makan tanpa harus dimasak terlebih dahulu, karena tidak ada peralatan dapur," kata Hamsi.

Sementara itu sanga anak bernama Erwin mengaku cemas. Saat kejadian, kedua orang tuanya berkunjung ke Kabupaten Donggala, menemui keluarga yang ada disana.

"Sehari sebelum gampa menghantam Donggala dan Palu, Sulawesi Tengah, kedua orang tua saya mengunjungi sanak keluarga di sana. Saat kejadian, mereka langsung mengungsi di daerah ketinggian di Desa Minahasa, Kabupaten Donggala," kata Erwin.

Setelah mengetahui keberadaan kedua orang tuanya, Erwin kemudian berangkat ke Kabupaten Donggala. Ia ikut bersama Yayasan Manusia Indoenesia Kota Parepare yang hendak menyalurkan bantuan dari sumbangan warga Kota Parepare, Sulawesi Selatan. Bantuan itu berupa makanan, minuman,pakaian, popok bayi, dan pembalut wanita ke Palu dan Donggala.

Hal serupa juga dialami warga Desa Tolase, Kecamatan Banawa Selatan, Kabupaten Donggala, saat ini mereka masih kekurangan pasokan makanan. Mereka hanya bisa pasrah di tenda pengusian. Pengungsi di desa itu didominasi lansia dan anak-anak.

Mereka hanya mengandalkan kayu bakar dan pelita sebagai penerangan. Ibu Afia mengatakan, hingga saat ini sebagian besar bantuan diarahkan ke Palu padahal mereka mengaku juga sangat membutuhkan.

"Kami berharap bantuan juga diarahkan kesini kasian. Kami di sini sangat kekurangan di pengungsian karena sudah tidak ada tempat tinggal," katanya.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merinci sejumlah kebutuhan yang saat ini dibutuhkan para korban bencana gempa dan tsunami di Palu, Donggala, Sigi, Mamuju dan sejumlah wilayah lain di Sulawesi Tengah.

Kebutuhan itu antara lain BBM, solar, premium untuk genset. Lalu air minum, air bersih, dan tangki air.

Selain itu para korban juga membutuhkan obat-obatan seperti betadine, alkohol pembersih luka, P3K, obat batuk, paracetamol, kantong mayat, kaim kafan, ambulans darurat, tandu, kursi roda, kruk (alat bantu jalan), dan tenaga medis untuk kebutuhan rumah sakit lapangan. Selain itu, para korban juga membutuhkan tenda pengungsi, terpal, selimut, veltbed, alat penerangan dan genset.

Untuk perlengkapan sekolah, para korban membutuhkan seragam sekolah, kaus kaki, sepatu, dan alat tulis. Mereka juga membutuhkan sejumlah pakaian mulai dari pakaian balita, pakaian dewasa, sarung, dan perlengkapan salat.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved