Manado Pernah Dilanda Tsunami Setinggi 20 Meter, Mitigasi Bencana Belum Memadai
Manado pernah ditelan tsunami pada 1837. Kala itu, gelombang tsunami setinggi hampir 20 meter memorak morandakan pesisir pantai Manado
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: David_Kusuma
TRIBUN MANADO.CO.ID, MANADO - Berada di tiga lempeng yakni Pacific, Eurasia dan Hindia membuat Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) rawan bencana gempa dan tsunami.
Catatan Tribun Manado, Manado pernah ditelan tsunami pada 1837. Tsunami pada tahun 1837 berupa gelombang air laut besar didahului gempa bumi berkekuatan 8 Skala Richter di Teluk Manado pada kedalaman 11 km, berjarak 150 km dari arah Pantai Manado
Kala itu, gelombang tsunami setinggi hampir 20 meter memorak morandakan pesisir pantai Manado.
Peristiwa maut itu mengantar Manado menjadi tuan rumah hajatan tsunami drill pada beberapa tahun lalu yang dihadiri Presiden SBY.
Menyandang predikat daerah berisiko namun program mitigasi bencana di Sulut belum maksimal. Hal itu nampak dari belum adanya rambu jalur evakuasi di lokasi rawan tsunami.
Adanya rambu memudahkan proses penyelamatan diri warga sekiranya terjadi bencana tsunami.
Program tsunami drill masih sangat minim. Akibatnya warga pesisir pantai yang rawan tsunami hanya beroleh teori penyelamatan tapi minim praktik.
Kaban BPBD Sulut Joy Oroh melalui Kabid Kedaruratan John Wungow mengatakan, rambu direncanakan segera dipasang. "Rambu rencananya akan kita pasang di sejumlah
daerah rawan tsunami," kata dia kepada Tribun Manado Selasa (2/10) di kantor BPBD Sulut.
Menurut Wungow, program sosialisasi mitigasi tsunami rutin dilakukan pihaknya di lokasi rawan. Sosialisasi dilakukan terhadap warga serta anak sekolah.
"Mereka diajar tentang bagaimana cara menghadapi bencana, langkah awalnya dan seterusnya step by step, juga bagaimana mengelola emosi agar tidak panik," kata dia.
Beber dia, semua gedung bertingkat diwajibkan membuat jalur evakuasi. Pengelola gedung diwajibkan pula membuat SOP bencana. "Semua gedung harus demikian," kata dia.
Kini pihak BPBD sementara mensosialisasikan pelajaran mitigasi lewat medsos.
Dengan cara itu diharapkan warga, utamanya generasi milenial bisa mendapat pengetahuan awal mengenai pelajaran mitigasi.
Dikatakan John, pihaknya juga terus merawat peralatan tsunami yang dimiliki.
Setiap tanggal 26, sirene itu dibunyikan. "Agar alatnya tetap berfungsi," kata dia.
Sebut dia, alat tersebut dibunyikan jika ada peringatan tsunami dari BMKG. (Art)