GP Ansor Ajak Kerja Sama GMIM: Miangas Titik Awal Kirab Satu Negeri
Pulau Miangas, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara dipercayakan sebagai titik awal Kirab Satu Negeri.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO – Pulau Miangas, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara dipercayakan sebagai titik awal Kirab Satu Negeri. Gerakan nasional ini dibuka serentak di lima titik terdepan Indonesia, yakni Merauke-Papua, Rote-NTT, Miangas-Sulut, Nunukan-Kalimantan Utara dan Sabang-Aceh, Minggu (16/9/2018).
Kirab Satu Negeri yang digagas Gerakan Pemuda (GP) Ansor bertujuan merajut kembali semangat kebersamaan dalam bingkai NKRI.
Mereka yang terlibat berasal dari berbagai parpol. Bahkan, ada pengurus yang berasal dari Partai Gerindra, partai oposisi pemerintah. "Di samping saya berasal dari Partai Gerindra yang mencalonkan Prabowo (Subianto), lainnya berasal dari PKB. Jadi sangat beragam, " kata Sekjen PP GP Ansor Abdul Rochman saat bertandang ke Kantor Tribun Manado di Jalan AA Maramis, Manado, Minggu (16/9/2018) sore.
Menurut Abdul, bisa saja ada yang menuding jikalau ini
gerakan pesanan capres tertentu. Beragamnya aliran politik dari para pengurus sudah menjawab tudingan itu.
"Ini gerakan murni untuk mengajak semua anak
bangsa bersatu, menghargai keberagaman dan menghargai konsensus bersama yakni Pancasila dan UUD 45," kata dia. Dalam konteks pilpres, menurut dia, kegiatan ini bisa menjadi peneduh situasi politik yang gaduh.
Ansor juga menggagas Global Unity Forum. Event international, Global Unity Forum bakal digelar pada 25 Oktober 2018. Acara ini rangkaian kegiatan Kirab Satu Negeri yang diselenggarakan GP Ansor.
Sekjen menyatakan, event tersebut akan menghadirkan sejumlah peserta dari luar negeri. "Kami undang para peserta dari luar negeri, sejauh ini yang sudah memastikan hadir adalah Bahrain, " kata dia.
Dikatakan Abdul, forum akan membahas warisan kearifan peradaban Indonesia. Sebut dia, para tokoh agama Indonesia di waktu lampau mampu meresapi roh dari agama, yakni cinta kasih.
"Hal itu menumbuhkan kerukunan di antara umat beragama di Indonesia. Ini akan kami sodorkan sebagai suatu warisan kepada dunia," beber dia.
Menurut Abdul, para peserta akan mengadakan deklarasi bersama mengenai kedamaian global. Dibebernya, puncak acara akan berlangsung 26 Oktober di Yogyakarta. Direncanakan Presiden Jokowi akan menerima bendera merah putih pada acara tersebut. "Pak Presiden sangat antusias dengan ajang tersebut, " kata dia.
Dari Miangas, Tribun Manado jadi tempat berikut yang disambangi peserta Kirab Satu Negeri. Kedatangan tersebut untuk mensosialisasikan hajatan akbar itu. Rombongan dipimpin Sekjen PP GP Ansor Abdul Rochman.
Mereka disambut Pemred Tribun Manado Sigit Sugiharto
serta Redaktur Edi Sukasah. Pertemuan berlangsung penuh keakraban. Abdul menyebut mereka dari Miangas langsung menuju kantor Tribun Manado. "Dari bandara kami langsung kemari, " kata dia.
Menurut Abdul kedatangan mereka untuk mensosialisasikan kegiatan tersebut. Kegiatan itu bertujuan merawat kebersamaan dan konsolidasi kebangsaan. "Pesan yang hendak kita sampaikan, kita meski berbeda beda adalah satu Indonesia, " kata dia.
Di akhir pertemuan, Sigit menerima piagam amanat kebangsaan GP Ansor dari Yusra Alhabsyi, Ketua PW Ansor Sulut. Sigit juga diberi kepercayaan membubuhkan dukungan terhadap kegiatan itu.
GP Ansor ingin berkerja sama dengan Gereja Mesehi Injili di Minahasa (GMIM) dalam rangkaian kegiatan Kirab Satu Negeri di Sulut.
Ketua PW Ansor Sulut, Yusra Alhabsyi menyatakan, kerja sama tentang kemah antarumat beragama. "Rencananya kami akan mendatangi GMIM pada 17 September, mendengarkan orasi kebangsaan dari Ketua Sinode (Pendeta Dr Hein Arina), " katanya.
Sekretaris Panitia Lokal, Gafur menambahkan, kegiatan di Sulut diawali upacara di Miangas dan dilanjutkan dengan media visit. "Besok kami ke Polda, Pemprov Sulut, Seminari Pineleng, Sinode GMIM lantas ke Minahasa dan bertemu Pemkab setempat," ujar dia. Lanjut dia, pada 18 september, rombongan menuju ke Boltim (lihat grafis).
Ketua Umum GP Ansor, Yaqut Cholil Qoumas secara resmi melepas peserta Kirab Satu Negeri pada upacara di Tugu Pepera, Merauke, Papua, Minggu kemarin.
Kirab Satu Negeri yang diikuti 1.945 peserta ini direncanakan berakhir di Kota Yogyakarta pada 26 Oktober 2018 ditandai apel kebangsaan yang melibatkan sekitar 100 ribu anggota Banser dan dihadiri Presiden RI Joko Widodo.
"Pagi ini, kita memulai langkah pertama kita dalam Kirab Satu Negeri dari lima titik terdepan Indonesia, yakni Merauke, Rote, Miangas, Nunukan, dan Sabang," kata Yaqut.
Ia mengatakan kirab bendera Merah Putih oleh Ansor yang akan melintasi seluruh provinsi digelar untuk mengingatkan kembali warga bangsa ikrar bertanah air, berbangsa, dan berbahasa yang satu, yakni Indonesia.
Ia mengaku telah berulang kali memperingatkan tentang ancaman dari sekelompok kecil orang yang ingin mengubah atau merusak konsensus kebangsaan Indonesia.
Ia juga mengaku telah memperingatkan ancaman dari pihak-pihak yang menggunakan agama sebagai alat politik dan menjadikan agama sebagai sumber konflik. Sayangnya, dalam situasi seperti ini, mayoritas rakyat yang cinta damai justru memilih diam.
"Kita ingin semua orang, mayoritas masyarakat yang toleran dan cinta persatuan, berani bersuara, tidak lagi memilih diam. Kita ingin Indonesia yang majemuk, terapi hidup rukun dan damai ini menjadi inspirasi dan teladan bagi dunia," katanya.
Yaqut menegaskan, Kirab Satu Negeri tidak terkait dengan pemilihan presiden, apalagi dukung mendukung capres-cawapres. "Kirab ini murni kegiatan untuk membangkitkan kembali rasa kebangsaan, perasaan satu Indonesia," kata Yaqut.
Menurut Yaqut, kirab ini juga bukan bentuk konsolidasi terkait dengan dipilihnya Rais Aam PBNU KH Ma'ruf Amin sebagai cawapres pendamping Jokowi.
Anggota DPR RI dari Fraksi PKB ini menegaskan kirab bendera ini dilatarbelakangi keprihatinan atas keberadaan kelompok yang berniat mengubah atau merusak konsensus kebangsaan Indonesia serta menggunakan agama sebagai alat politik dan sumber konflik.
"Gejala ini sudah kami tangkap sejak Pilkada DKI yang lalu, jauh sebelum Kiai Ma'ruf Amin ditetapkan sebagai cawapres Pak Jokowi," kata Yaqut.
Dalam rangkaian kirab ini juga akan digelar pembentangan bendera merah putih sepanjang 1,5 kilometer di wilayah perbatasan RI dengan Papua Nugini di Skouw, Jayapura, pada Senin (17/9).

Gus Yaqut Ajak Warga Tak Diam
KETUA Umum Pimpinan Pusat (PP) GP Ansor,
Yaqut Cholil Qoumas mengajak seluruh elemen bangsa tak diam menghadapi sekelompok pihak yang berupaya mengoyak persatuan Indonesia saat ini. Yaqut meminta masyarakat memiliki kesadaran bersama dan bergerak guna membentengi gerakan mereka.
"Kita ingin semua orang, mayoritas masyarakat yang toleran dan cinta persatuan, berani bersuara, tidak lagi memilih diam," tegas Gus Yaqut, sapaannya, di acara pemberangkatan tim Kirab Satu Negeri di Tugu Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera), Jalan Raya Mandala, Merauke melalui rilis ke tribunmanado.co.id, Minggu kemarin.
Gus Yaqut mengungkapkan, pihaknya telah seringkali memperingatkan kepada warga bangsa tentang adanya ancaman dari sekelompok kecil orang yang ingin mengubah atau merusak konsensus kebangsaan. Selain itu, dia juga melihat ada pihak-pihak yang menggunakan agama sebagai alat politik dan sumber konflik. Jika ini dibiarkan, lanjutnya, sangat membahayakan keutuhan bangsa yang berdiri di atas kemajemukan.
Dalam situasi ini, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945 harus tetap kokoh jadi pengikat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Agama juga harus dijadikan rahmah, atau sumber kasih sayang dan perdamaian, sebagaimana telah dipraktikkan berabad-abad oleh nenek moyang bangsa Indonesia.
Kirab Satu Negeri yang digelar Pimpinan Pusat GP Ansor, salah satunya dilatarbelakangi persoalan tersebut. Dia yakin, semua rakyat Indonesia setuju dan mendukung tujuan-tujuan mulia ini. Karena, meskipun berbeda-beda suku, etnis, agama, bahasa, budaya, selera dan seterusnya, namun hakikatnya mempunyai lebih banyak kesamaan.
"Kita ini sama menghirup udara dari kolong langit Indonesia. Sama minum dari air bumi pertiwi; sama lahir, tumbuh dan mati di tanah nusantara; sama ingin membela agama, bangsa dan negeri dalam satu tarikan napas. Kita ini sama Indonesia," ujar Gus Yaqut.
Dia juga menjelaskan, tim Kirab Satu Negeri bertema "Bela Agama Bangsa Negeri yang membawa Bendera Merah Putih berkeliling seluruh wilayah Indonesia serentak bertolak dari lima titik terluar hari ini.
Upacara Singkat tapi Bermakna
Upacara pelepasan Kirab Satu Negeri di Miangas, Minggu (16/9) berlangsung super singkat. Hanya 7 menit.
Meski demikian berlangsung khidmat.
Sekretaris Panitia Lokal, Gafur mengatakan, pesawat
yang membawa rombongan hanya diberi waktu sekira 20 menit. "Dalam waktu yang sesingkat itu kami harus menyiapkan segala sesuatunya, dari personel hingga bendera" kata dia.
Dikatakannya, upacara berlangsung di depan Bandara Miangas, diawali dengan 17 anggota Banser yang membawa bendera Merah Putih.
Kemudian masuk inspektur upacara yakni Sekjen PP GP Ansor Abdul Rochman serta komandan upacara. Lantas diadakan pengibaran bendera diiringi lagu Indonesia Raya.
"Kemudian diadakan penyerahan simbolis bendera Merah Putih dari inspektur upacara kepada seorang peserta," kata dia.
Dalam waktu yang super singkat itu, masih pula sempatnya inspektur upacara memberi taklimat. Dikatakannya, upacara itu juga diikuti masyarakat.
Hadir pula camat serta unsur lainnya.
Ketua PW Ansor Sulut Yusra Alhabsyi mengatakan, waktu kala itu memang kesip hingga mereka melaksanakan upacara kirab dengan singkat.

Semangat Persatuan Harus Terawat
Goinpeace Tumbel, pengamat politik dari Unima mengatakan, pemilihan presiden hanyalah instrumen untuk melahirkan kepemimpinan nasional yang bersifat periodik setiap lima tahun.
Yang lebih utama dari pilpres adalah visi membangun ke-Indonesiaan yang di dalamnya mengandung spirit. Semangat persatuan di atas segalanya.
Hal tersebut merupakan panggilan konstitusional bagi setiap warga bangsa dan negara Indonesia. Karenanya upaya setiap elemen bangsa yang bergerak untuk menumbuhkan, mengembangkan, mengelola negeri ini dalam perspektif persatuan dan kebangsaan NKRI sudah merupakan kewajiban.
Pilpres harus dibangun dan disemangati dalam kerangka NKRI. Semangat tersebut harus terbangun dalam visi dan misi setiap paslon capres dan cawapres pada Pilpres 2019.
Artinya, semangat persatuan harus dirawat, dikelola oleh semua elemen termasuk dalam perhelatan Pilpres 2019.
Semuanya Bersaudara
Menjaga persatuan di Sulut suatu keharusan bagi Boba Bolsel 2018 bernama Diah Nur Cahyani.
Sebagai penganut Muslim, gadis yang akrab disapa Diah ini, tidak merasa sendirian di antara kaum mayoritas yang ada di Sulut.
Mahasiswa Fakultas Hukum Unsrat ini mengaku bahwa dirinya merasa enjoy saja bahkan senang bergaul dengan masyarakat dari beragam budaya.
"Karena saya yakin warga Sulut mendukung penuh semboyan torang samua basudara, artinya tidak memandang dia beragama apa, pekerjaannya apa , kaya atau miskin kita semua tetap bersaudara," ungkap anak ketiga dari tiga bersaudara ini, Minggu (16/9/2018).
Diah juga yakin dengan tingkat toleransi di Sulut sudah tidak perlu diragukan lagi. "Toleransi antarumat beragama di Sulut khususnya di Kota Manado saat ini sangat bagus. Meskipun beda agama tapi tidak mempermasalahkan hal tersebut," ujar pemilik akun instagram @diahnung.

Sekjen ‘Curhat’ soal Indonesia Kini
Peserta hajatan Kirab Satu Negeri yang diselenggarakan GP Ansor mendatangi kantor Tribun Manado, Minggu (16/9/2018) sore.
Kedatangan mereka untuk mensosialisasikan hajatan akbar. Rombongan dipimpin langsung oleh Sekjen PP GP Ansor Abdul Rochman.
Nampak pula Ketua PW Ansor Sulut Yusra Alhabsyi, Sekretaris Ansor Sulut Ismail Maga, Korwil Wilayah Sulut Saleh Ramli serta pengurus dan anggota Ansor lainnya.
Mereka disambut Pemimpin Redaksi Tribun Manado Sigit Sugiharto dan Redaktur Edi Sukasah. Pertemuan berlangsung penuh keakraban.
Abdul yang juga ketua panitia hajatan itu mengatakan, Kirab Satu Negeri diadakan untuk merajut kembali kebersamaan dan konsolidasi kebangsaan. "Pesannya kita ini satu Indonesia, meski beda suku, agama serta pilihan politik, kita satu Indonesia," kata dia.
Menurutnya, kegiatan itu terasa pas dalam konteks kekinian dimana muncul upaya segelintir pihak untuk merubah konsensus bersama.
"Ada keinginan sejumlah pihak untuk merubah Pancasila dan UUD 45, kami juga melihat agama kini jadi alat politik hingga jadi sumber konflik, ada pula fenomena dimana konflik Timur Tengah coba dibawa kemari lewat berbagai kabar bohong," kata dia.
Ungkap dia, ajang itu juga hendak mengajak single majority yang selama ini diam untuk menyuarakan semangat kebersamaan dalam kebangsaan.
Dikatakannya, kegiatan bermula di lima titik yakni Miangas, Merauke, Rote, Nunukan dan Sabang.
Abdul menyatakan, kegiatan itu akan berlangsung selama 41 hari.
"Akan ada 1.000 kegiatan bertema kebangsaan di 167 kabupaten kota dengan melibatkan sekira 100 juta orang," kata dia. Beberapa kegiatan unik dan ditargetkan beroleh rekor MURI. Seperti kegiatan jahit bendera merah putih yang melibatkan 1.945 ibu muda.
"Ada pula kegiatan pengibaran bendera merah putih sepanjang 1.500 meter di perbatasan Indonesia dan Papua Nugini, pengibaran bendera bawah laut, jalan sehat, bersih pantai serta lomba pidato Bung Karno untuk anak," kata dia.
Abdul berharap Tribun Manado dapat menyiarkan semangat kebangsaan dalam setiap pemberitaannya.
"Dari kegiatan di Miangas kami langsung ke Tribun Manado. Karena kami sangat mengharapkan bantuan Tribun Manado," kata dia.
Pemred Tribun Manado Sigit Sugiharto mengapresiasi kegiatan tersebut. Menurut Sigit, Tribun memiliki semangat yang sama dengan GP Ansor untuk memberitakan kedamaian. "Kami support kegiatan ini, " kata dia. (eas/fin/tribun/cnn/art)