Kisah Penumpasan G30S PKI, Ketika Semua tak Terkontrol, Kolonel Dibunuh, Keadaan Sempat Kacau
Beberapa minggu setelahnya, memang masih terjadi pelawanan oleh Pemuda Rakyat, namun ini hanyalah insiden-insiden yang tak terkait satu sama lain.
Ketika Pangdam Brigjen Suryo tiba di Salatiga dan masuk ke markas tentara, pasukan pendukung Gestapu segera mengepung.
Kepada Suryo, pemimpin pasukan itu berkata, “Jenderal, saya harus menangkap Anda.”
Setelah berdebat sejenak, Brigjen Suryo berhasil meyakinkan kepala pasukan yang sedang bingung itu dan memerintahkannya tetap di situ bersama tentaranya.
Kemudian Brigjen Suryo pun dibiarkannya pergi ke Semarang.
Nasib mujur Brigjen Suryo ternyata tidak dialami oleh Kolonel Katamso.
Ketika briefing di Magelang baru saja usai, anak buahnya yang membelot dan mendukung Gestapu berhasil menguasai Yogyakarta.
Pemimpinnya, Mayor Mulyono, memerintahkan untuk menangkap Katamso dan stafnya, Letkol Sugiyono. Keduanya kemudian dibunuh.
Setelah komandan dihabisi, pasukan pembelot membagi-bagikan senjata kepada sipil yang mendukung mereka.
PKI mengumpulkan 25 ribu anggotanya untuk berpawai mendukung Gestapu.
Meski sempat unjuk kekuatan pada saat-saat awal, keyakinan diri pasukan pendukung Gestapu segera merosot bersamaan dengan tersiarnya berita dari Jakarta bahwa Mayjen Soeharto telah menguasai keadaan.
Pemimpin Gestapu di Yogyakarta memilih melarikan diri ke daerah Merbabu. Pasukannya tercerai-berai.
Sementara itu, di Semarang, Brigjen Suryo pun segera menguasai keadaan.
Sesuai pertemuan di Magelang dan membebaskan diri dari kepungan pasukan pendukung Gestapu di Salatiga pada 2 Oktober, ia telah merebut kembali kepemimpinan dan menguasai kota Semarang.
Kolonel Suhirman dan sebagian pasukannya melarikan diri ke luar kota.
Pada 5 Oktober, Semarang dan Yogyakarta sudah dikuasai oleh tentara yang loyal pada Soeharto.