Hasil Survei LSI: PDI-P Berpotensi Jadi Pemenang di Pileg 2019, Golkar Turun Gara-gara Kasus Ini
Hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menunjukkan PDI-Perjuangan berpotensi menjadi pemenang
TRIBUNMANADO.CO.ID - Hasil survei LSI Denny JA menunjukkan PDI-Perjuangan berpotensi menjadi pemenang pemilihan legislatif (Pileg) di tahun 2019.
Survei ini dilakukan pada tanggal 12-19 Agustus 2018 dengan melibatkan 1.200 responden di 33 provinsi Indonesia.
Adapun pertanyaan yang diajukan kepada responden adalah apabila pemilu legislatif dilakukan hari ini, partai manakah yang akan dipilih.
Dari 1.200 responden, sebanyak 24,8 persen memilih PDI-P.
Baca: Hasil Forensik Autopsi Jenazah 7 Perwira TNI AD Korban G30S 1965, Tak Ada Cungkil Mata
"PDIP potensial menjadi partai pertama memenangkan pemilu dua kali berturut-turut. Sejak reformasi, dari empat kali pemilu tidak ada satu pun parpol yang memenangi pemilu dua kali secara berturut-turut," ujar Peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfaraby dalam rilis survei di kantornya, Jakarta, Rabu (12/9/2018).
Adjie mencatat, pada Pemilu 1999, PDI-P menjadi pemenang dengan perolehan suara sebesar 33,7 persen. Pada Pemilu 2004, PDI-P kalah dari Partai Golkar yang mendapatkan perolehan suara 21,6 persen.
Kemudian Pemilu 2009 dimenangkan oleh Partai Demokrat. PDI-P kembali menjadi pemenang pada Pemilu 2014.
"PDI-P berpotensi keluar dari kutukan juara bertahan partai-partai pemenang pemilu di era reformasi," paparnya.
Di sisi lain, Adjie memaparkan, Gerindra berpotensi menempati posisi kedua dalam Pemilu 2019 dengan dukungan sebesar 13,1 persen. Sementara Golkar berada di peringkat ketiga dengan dukungan sebesar 11,3 persen.
"Gerindra potensial menjadi partai pertama runner-up di luar PDI-P dan Golkar. Dalam empat kali pemilu era reformasi, posisi runner-up tak pernah diperoleh oleh partai di luar PDI-P dan Golkar," ujar Adjie.
Baca: Tak Disadari, 5 Jenis Indra Keenam Ini Sudah Anda Miliki, Coba Praktikkan!
Sementara Golkar terancam tak masuk pada peringkat dua besar pemenang Pemilu 2019. Sebab, pada survei ini, elektabilitas Golkar berada di bawah PDI-P dan Gerindra.
"Posisi Golkar saat ini akan menjadi yang terburuk dalam sejarah pemilu partai Golkar di era reformasi. Dalam empat kali pemilu, Golkar selalu masuk dalam dua besar pemenang," papar dia.
Sementara itu, elektabilitas PKB sebesar 6,7 persen, Demokrat 5,2 persen, PKS 3,9 persen dan PPP sebesar 3,2 persen.
Sementara elektabilitas Nasdem, Perindo, PAN, Hanura, PBB, PSI, Berkarya, Garuda dan PKPI berada di bawah 2,2 persen.
Kendati demikian, kata Adjie, masih ada 25,2 persen pemilih yang belum menentukan pilihannya pada Pemilu 2019. Oleh karena itu, ia menilai masih ada upaya bagi partai-partai untuk mengubah peta dukungan jelang Pileg 2019.
Elektabilitas Golkar Turun
LSI Denny JA menunjukkan Partai Golkar terancam tak masuk peringkat dua besar pemenang Pemilu 2019 untuk pertama kalinya.
Survei ini dilakukan pada tanggal 12-19 Agustus 2018 dengan melibatkan 1.200 responden di 33 provinsi Indonesia.
Adapun pertanyaan yang diajukan kepada responden adalah apabila pemilu legislatif dilakukan hari ini, partai manakah yang akan dipilih.
Dari 1200 responden, sebanyak 24,8 persen memilih PDI-P dan Gerindra sebesar 13,1 persen. Sedangkan Golkar sebesar 11,3 persen.
Peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfaraby memaparkan, Golkar selama empat kali pemilu di era Reformasi selalu berada pada peringkat dua besar.
Kini, Golkar terancam keluar dari peringkat dua besar itu.
"Perubahan dukungan dan posisi Golkar dikarenakan dua faktor utama. Warisan kasus mantan Ketua Umum Golkar Setya Novanto (kasus korupsi KTP elektronik) dan kasus korupsi baru PLTU Riau membebani partai Golkar," kata Adjie dalam rilis survei di kantornya, Jakarta, Rabu (12/9/2018).
Menurut Adjie, sentimen negatif ini terakumulasi dan berdampak buruk pada elektabilitas Golkar jelang Pemilu 2019.
Ia melihat sentimen negatif dari dua kasus itu tak diimbangi dengan upaya Golkar membangun sentimen positif.
"Kedua, karena tak ada satupun kader atau tokoh yang identik dengan Golkar menjadi capres dan cawapres di Pemilu 2019," paparnya.
Di sisi lain, ia melihat PDI-P dan Gerindra semakin kuat. Pasalnya, keduanya mengusung calon presiden yang terasosiasi dengan partai masing-masing.
PDI-P mengusung kadernya Joko Widodo, sementara Gerindra mengusung Ketua Umum Prabowo Subianto.
"Faktor kepemimpinan partai juga memainkan peranan penting. PDI-P mempunyai Megawati Soekarnoputri yang kuat leadership-nya dan legitimasi dari kadernya. Begitupun Gerindra mempunyai Prabowo," kata dia.
Sehingga, PDI-P dan Gerindra mampu memaksimalkan semua potensi partainya.
Adjie juga menuturkan, kedua partai itu terlihat sebagai partai yang minim konflik internal dan sentimen negatif.
"Harus ada perubahan dan gebrakan luar biasa untuk menciptakan efek elektoral positif terhadap Partai Golkar," katanya.
Kendati demikian, kata Adjie, Golkar masih bisa merebut 25,2 persen pemilih yang belum menentukan pilihannya pada Pemilu 2019.
Oleh karena itu, ia menilai masih ada upaya bagi Golkar dan partai lainnya untuk mengubah peta dukungan jelang Pemilu 2019.
Margin of error dalam survei ini adalah plus minus 2,9 persen. Artinya, data survei bisa bertambah atau berkurang sebesar 2,9 persen
Pengumpulan data melalui wawancara tatap muka dengan kuesioner. Survei menggunakan metode multistage random sampling.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Survei LSI: PDIP Berpotensi Jadi Pemenang Pileg 2019", https://nasional.kompas.com/read/2018/09/12/15234261/survei-lsi-pdip-berpotensi-jadi-pemenang-pileg-2019. dan Survei LSI: Elektabilitas Golkar Turun Gara-gara Kasus Novanto dan PLTU Riau", https://nasional.kompas.com/read/2018/09/12/15285261/survei-lsi-elektabilitas-golkar-turun-gara-gara-kasus-novanto-dan-pltu-riau.
Penulis : Dylan Aprialdo Rachman