Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Ini Cuplikan Sejarah dari Uskup Suwatan Tentang Yubileum 150 Tahun Gereja Katolik

Gereja Katolik Keuskupan Manado merayakan Yubileum 150 tahun Gereja katolik kembali, tumbuh dan berkembang di wilayah Keuskupan Manado

Penulis: | Editor: David_Kusuma
istimewa
kopian isi Surat Daniel Mandagi 

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Gereja Katolik Keuskupan Manado merayakan Yubileum 150 tahun Gereja katolik kembali, tumbuh dan berkembang di wilayah Keuskupan Manado (tepatnya Minahasa).

Uskup Emeritus Manado, Mgr Josef Suwatan MSC punya cuplikan sejarah

"Dalam buku "400 Jaren Missie in Nederlandsch Indie" yang terbit tahun 1934 dikatakan Misi Katolik mulai berkembang dengan bagus di tanah Minahasa yang indah dalam abad ke-16,” katanya.

“Tapi sejak jaman VOC, tanah Minahasa menjadi daerah tertutup bagi para misionaris Katolik. Namun sekitar pertengahan abad ke-19 sejumlah serdadu Katolik yang menerima Sakramen Permandian dan menjadi Katolik di Jawa. Mereka kemudian kembali ke Minahasa, daerah asalnya. Maka untuk kepentingan pelayanan rohami dan keluarga-keluarga serdadu katolik inilah Gubernur Jenderal di Batavia mengijinkan seorang pastor datang berkunjung ke Manado (juga di Ambon)," katanya lagi.

Yang pertama adalah Pastor Casper de Hesele Pr Beliau bertugas tahun 1853. Lalu pada tahun 1868 Pastor J De Vries SJ telah membabtis sebanyak 254 orang di pelbagai tempat di Minahasa (Kema, Amongena, Manado, Kakas, Ratahan, Tetengesan, Semanpan, Liwutung, Romoong, Kawangkoan, Sonder), sesuai catatan Buku Permandian di Keuskupan Manado. Rentetan pembabtisan itu dimulai dengan pembabtisan 23 orang di Kema tanggal 14 September 1868.

Sejak saat itu Gereja Katolik di keuskupan kita secara terus menerus telah hidup dam berkembang tak terputus-putus sampai keadaannya sekarang ini.

Dari Catatan Tulisan Tangan Bapak Daniel Mandagi

Secara kebetulan, Pastor J. Wagey Pr, Pastor Paroki Sonder tanggal 19 Maret 1993 mendapat dari Guru Jemaat Tincep, Bapak Jopi Kojo, suatu dokumen berharga, yaitu tulisan tangan dari Bapak Daniel Mandagi, yang bercerita tentang kedatangan Pastor Yohanes De Vries SJ tahun 1868 dan tentang perkembangan umat Katolik di Stasi Langowan sampai tahun 1924. Dokumen bersejarah itu tersebut diserahkan kepada Bapak Uskup Manado pada hari Senin 29 Maret 1993

"Agaknya Bapak Daniel Mandagi menuliskan pengalaman dan pengetahuan "Sejarah Stasi Langoan" atas permintaan Pastor (siapa?) Karena pada halaman pertama ditulis pastor dalam bahasa Belanda "Geschiedenis Van de Statie Langoan."

Kapan catatan ini ditulis? Tidak ada catatan tentang tanggal penulisannya, tetapi isi tulisan berhenti pada peristiwa didirikannya "Kongregasi Santa Maria" tahun 1924. Jadi Bapak Daniel Mandagi waktu itu berusia kira-kira 20 tahun (sekurang-kurangnya begitu, karena beliau waktu itu sudah jadi bapak keluarga yang sudah dapat pendidikan militer di Jawa)," katanya

Apa isi tulisan tersebut? Pada bagian atas kiri dan kertas tertulis singkatan B. Z. o. h. H. v. J. = Bernind Zij overal het heilig Hart van Jezus (Dikasihilah di mana-mana Hati Kudus Yesus)

Suatu seruan doa dan cita-cita yang biasa diucapkan para anggota Tarekat MSC. Ada lagi suatu singkatan yang selalu mendahului kata "Oeskoep", yaitu s.p.t = Sri Paduka Tuan. Begitulah orang dahulu menyapa Bapak Uskup.

"Judul yang diberikan Bapak D Mandagi pada bagian tengah atas dari tulisannya adalah peringatan. Berarti apa yang dituliskannya adalah suatu "peringatan, maksudnya sesuatu yang sudah terjadi dan perlu kita ingat. Dengan kata lain ia mau menuliskan "sejarah" sejauh dia mengalami dan masih mengingatnya. Maka tulisan ini penting sebagai kesaksian yang ditulis sendiri oleh Bapak Daniel Mandagi, orang yang berjasa mendatangkan seorang pastor ke Minahasa," tulis bertanggal Manado, 25 Agustus 1993

Ini isi surat Daniel Mandagi

"Pada tahun 1868 saya Daniel Mandagi menghadap Pendeta (Schapma) kalau anak saya dipermandikan oleh tuan pendeta, meskipun saya Agama Katolik. Tetapi tuan pendeta tidak mau mempermandikan anak saya, sebab saya orang Katolik.

Dalam hal ini saya terpaksa minta kirim sepucuk surat ke Batavia kepada SPT (Sri Paduka Tuan. Red), untuk meminta seorang tuan pastor datang ke Minahasa buat mempermandikan anak saya dan beberapa orang lain. Permintaanku dikabulkan oleh SPT uskup dan pada tanggal 18 September 1868 (kurang jelas, ada coretan) tibalah tuan Pastor tiba di Langowan. Inilah Tuan de Vries.

Di Langowan, tuan Pastor itu menumpang di rumahnya tuan Pendeta Schapman. Pada hari itu Tuan Pastor mengusahakan diri akan bertemu dengan kepala distrik yaitu tuan mayor Thomas Sigar. Dan pada hari itu juga saya dipanggil oleh tuan Pastor ke rumah tumpangannya untuk ketemu. Pertanyaan pertama, kalau betul Daniel Mandagi sudah kirim surat kepada Tuan Uskup untuk meminta seorang tuan Pastor akan datang mempermandikan anaknya.

Saya menjawab "Betul saya sudah kirim surat kepada Tuan Uskup. Dengan segera ditunjukkannya surat itu. Setelah sudah bercerita banyak tentang agama, Tuan Pastor bertanyakan kalau betul anaknya akan dipermandikan. Kata Tuan Pastor, " Besok jam 11 dibuat Korban Misa dan sesudah Misa anak boleh terima S. Permandian.... (halaman 2-3).

Jadi pada hari 19 September (1868) itu, jatuh hari yang pertama dibuat Misa di tanah Minahasa di negeri Langowan, mulai pada jam 11 tengah hari. Sesudah misa diberi Sakramen Permandian kepada anakku Daniel Agustinus Mandagi dan kepada beberapa orang. Sesudah kebaktian jatuh pada jam setengah satu kami pulanglah ke rumah. Tuan pastor katakan sebentar jam tujuh ada lagi dilakukan kumpulan akan diberi pengajaran agama oleh pastor.

Pada malam itu juga kami semua datang pula di rumah tuan Pendeta akan bersembayang menurut agama Katolik. Habis kebaktian malam diberi pengajaran agama. Tuan pastor memberi aturan bahwa kami orang Katolik mesti harus merayakan hari Maha Tuhan. Jadi tuan pastor sudah aturkan tiap-tiap hari Minggu dan hari pesta kami berkumpul di rumah saya Daniel Mandagi akan membuat kebaktian. Kami orang Katolik pada waktu itu ada 14 orang. Apabila sudah selesai kebaktian, dan semua sudah mendengar segala aturan, masing-masing pulanglah ke rumahnya. Melainkan saya ditahan Tuan Pastor. Sebab tuan Pastor suka tahu apa yang dikatakan (pertengahan halaman 5-6).

Demikian kutipan yang berharga dari "Dokumen Bersejarah" catatan tulisan tangan yang dibuat sendiri bapak Daniel Mandagi. Semoga berguna bagi kita, generasi penerus."

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved