Uang Ekspor Tambang Harus Balik ke RI, Jokowi: Faktor Eksternal Bertubi-tubi
Nilai tukar rupaiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kian mendekati Rp 15 ribu per dolar. Namun Presiden Joko Widodo
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
"Karena ada kebocoran, ekonomi kita tidak terjadi reformasi struktural yang tepat, biaya-biaya akan meningkat secara tajam dan hasil ekspor tetap di dolar AS, tidak dikonversi ke rupiah, dan sebagainya," katanya. Pertemuan akan dilakukan setelah Prabowo mengunjungi korban gempa Lombok, NTB, dan bersilaturahmi ke Jawa Timur.

Wiranto Tetap Optimistis
Wiranto, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), berang karena pemerintah terus didesak-desak dan disudutkan terkait melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
"Ya pemerintah nggak usah didesak-desak ya, pemerintah itu tahu apa yang dihadapi. Kami juga tahu apa yang seharusnya dilakukan," ujar Wiranto di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (5/9).
Wiranto mengatakan dalam sidang kabinet terbatas, masalah dan kemampuan ekonomi Indonesia selalu dibahas. Begitu pula bagaimana cara mengatasi masalah-masalah ekonomi, terutama yang besentuhan langsung dengan masyarakat.
"Walau memang tidak bisa kita pungkiri pengaruh ekonomi global sangat kuat sekali. Tapi tentunya pemerintah selalu ingin kita mampu mengatasi masalah-masalah yang diakibatkan ekonomi global itu," katanya.
Wiranto mengatakan saat ini kondisi ekonomi global kondisinya tidak menguntungkan Indonesia. Namun, Wiranto enggan memaparkan lebih lanjut, karena hal itu merupakan ranahnya para menteri bidang perekonomian.
Ia meyakini Indonesia mampu menghadapi kondisi itu. "Saya selalu optimis kita mampu mengatasi berbagai masalah ekonomi dalam negeri," ucapnya.
Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Syarief Hasan mengaku prihatin terus melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. "Sangat prihatin. Sangat-sangat prihatin," ujar Syarief di Kompleks Parlemen, Senayan.
Menurut Syarief bila rupiah terus melemah dan tidak terkendali, akan terjadi krisis ekonomi. "Kalau ini berkelanjutan akan terjadi lagi krisis yang parah terhadap ekonomi kita," katanya.
Ia mengingatkan bahwa krisis ekonomi akan berdampak langsung kepada masyarakat, karena harga harga kebutuhan pokok melonjak. "Kalau itu terjadi, dapat dipastikan daya beli rakyat semakin tergerus. Iflasi semakin tinggi dan harga-harga semakin melonjak," katanya. (tribunnetwork/fik)
(tribunnetwork/fia/fik)