Rupiah di Bawah Tekanan Eksternal
Rupiah mengawali bulan September dengan pelemahan. Bahkan mata uang Garuda tersebut harus kembali mencatatkan rekor
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Rupiah mengawali bulan September dengan pelemahan. Bahkan mata uang Garuda tersebut harus kembali mencatatkan rekor terburuknya sejak Juli 1998 karena berada di level Rp 14.815 per dollar Amerika Serikat pada penutupan kemarin.
Ini membuat rupiah terkoreksi 0,71% dibandingkan Jumat (31/8). Serupa, rupiah pada kurs tengah Bank Indonesia (BI) pun terkikis sebanyak 0,38% menjadi Rp 14.767 per dollar AS.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, pelemahan rupiah kali masih disebabkan sentimen eksternal. Terlebih di Senin pertama bulan September, pasar AS libur merayakan Labor Day.
"Sehingga investor asing masih terpapar rencana AS yang mengenakan tarif impor produk China sebesar US$ 200 miliar," kata dia, Senin (3/9).
Dengan pelemahan yang sudah mencapai level resisten psikologisnya, analis Asia Trade Point Futures Andri Hardianto memprediksi, rupiah hari ini berpotensi rebound. "Kemungkinan akan ada sedikit penguatan meski tidak banyak," kata dia.
Andri memproyeksi rupiah besok akan berada di kisaran yang sempit yakni Rp 14.730-Rp 14.750 per dollar AS. Sedangkan, Josua masih memberikan rentang lebar pada pergerakan rupiah lantaran sentimen eksternal masih mendominasi.
Namun dia memprediksi, mata uang Garuda punya peluang rebound dengan peringkat utang Indonesia yang masih BBB dengan outlook stabil dari Fitch. Josua melihat, rupiah bergulir di kisaran Rp 14.650-Rp 14.850 per dollar AS.

Terjegal Rupiah
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belum mampu rebound. Kemarin (3/9), indeks saham acuan terpangkas 0,85% ke level 5.967,58. Investor asing kembali mencatatkan penjualan bersih alias net sell sebesar Rp 305,91 miliar.
Analis Lotus Andalan Sekuritas Krishna Setiawan mengatakan, koreksi indeks disebabkan nilai tukar rupiah keok. Kemarin, rupiah spot kian melemah hingga menembus level Rp 14.800 per dollar AS. Padahal, Bank Indonesia (BI) melakukan intervensi besar-besaran di pasar.
William Hartanto, analis Panin Sekuritas sependapat, pelemahan kurs rupiah membebani IHSG, sebab semakin mendekati level Rp 15.000 per dollar AS. "Namun penururan indeks masih terbatas. Dari aspek teknikal, support 5.950 masih bertahan," papar dia, Senin (3/9).
Perkiraan William, koreksi IHSG akan berlanjut pada perdagangan Selasa (4/9). Belum ada katalis dari domestik yang mampu menopang indeks. Prediksi dia, level support 5.950 dan resistance 6.030.
Krishna juga menduga, IHSG akan lanjut turun dengan posisi support 5.930 dan resistance 5.980. "Pelemahan rupiah masih menyulitkan indeks untuk bangkit," ujar dia.

WOOD Ambil Untung dari Lemahnya Rupiah
Pelemahan nilai tukar rupiah tak selalu berdampak buruk. Bagi perusahaan yang berorientasi ekspor, pelemahan rupiah jelas menjadi sentimen positif karena pendapatan yang diterima bakal jauh lebih besar.
Salah satu perusahaan yang mendulang untung dari pelemahan rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) adalah PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD). Seiring kenaikan dollar AS, pendapatan WOOD bakal meroket.
Direktur Keuangan WOOD, Wang Sutrisno mengungkapkan, penguatan dollar AS otomatis akan menjadi sentimen positif bagi kinerja WOOD. Sebab, lebih dari 70% pendapatan WOOD berbentuk mata uang dollar AS. "Menguntungkan tentu, karena stream revenue WOOD sebagai perusahaan orientasi ekspor dalam dollar AS," ujar Wang kepada KONTAN Senin (3/9).
Wang menjelaskan, dari total pendapatan semester I/2018 sebesar Rp 905,71 miliar, kontribusi ekspor WOOD mencapai sekitar 74,51%. Ekspor perusahaan terbesar adalah ke AS dengan porsi 48%, diikuti oleh Eropa dan Asia non-Indonesia dengan porsi masing-masing 17% dan 10%.
Secara nominal, pencapaian ekspor WOOD semester I/2018 tercatat sebesar Rp 674,9 miliar, turun tipis 0,2% dibanding semester I/2017 yang tercatat sebesar Rp 676,29 miliar. Keseluruhan ekspor WOOD adalah produk manufaktur.
Terkait dengan selisih kurs, Wang menyampaikan pelemahan rupiah terhadap dollar AS membawa keuntungan tersendiri.
Pasalnya dengan patokan kurs yang ditetapkan oleh manajemen tahun ini sebesar Rp 14.000 per dollar AS, maka selisih kurs yang lebih tinggi akan dicatat menjadi laba selisih kurs. Keuntungan dari selisih kurs ini dirasakan betul oleh WOOD.
Pada semester I/2018 WOOD memperoleh laba selisih kurs sebesar Rp 5,41 miliar, melonjak 177,03% dibandingkan semester I/2017 yang sebesar Rp 1,95 miliar.
Berkat keuntungan ini, meski pendapatan hanya naik 6,9%, perusahaan berhasil mencatatkan laba besar. Laba bersih WOOD semester I/2018 tercatat sebesar Rp 113 miliar, tumbuh 25% dibanding periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 90 miliar.
(Jane Aprilyani/Anna Maria Anggita Risang/Grace Olivia Sihombing/Anna Suci Perwitasari)
INDEKS SAHAM
Nama Indeks %
KOMPAS100 1,213.53 -1.07
IHSG 5,967.58 -0.85
DOW JONES* 25,964.82 -0.09
SSEC (Shanghai) 2,720.73 -0.17
NIKKEI 225 22,707.38 -0.69
FTSE STRAITS TIMES 3,207.20 -0.20
HANG SENG 27,712.54 -0.63
KOSPI 2,307.03 -0.68
Sumber: Bloomberg, BEI per 03/09/2018
Catatan: * per 31/08/2018
KURS RUPIAH
Mata Uang Kurs ^% Kemarin Jual Beli
USD 14,767.00 -0.38 14,711.00 12274 105.01 12841.39 14,841.00 14,693.00
SGD 10,765.09 -0.05 10,759.56 119.81 10,821.00 10,709.18
JPY 133.13 -0.43 132.56 107.3884 133.80 132.45
EUR 17,131.21 0.15 17,157.46 14638 17,218.53 17,043.88
GBP 19,090.79 0.27 19,141.98 2837.13 19,189.41 18,992.17
MYR 3,579.46 0.01 3,579.76 3,599.56 3,559.35
Sumber: Kurs Tengah BI (03/09/2018)