Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Gempa Lombok

Inilah 5 Fakta Terbaru Gempa Lombok, Hoaks Gempa Besar

BMKG pun mengimbau masyarakat, khususnya korban gempa, untuk tidak mempercayai kabar bohong yang meresahkan tersebut.

Editor: Aldi Ponge
Warga memeriksa rumah mereka yang roboh di desa Sembalun, pulau Lombok pada 20 Agustus 2018 setelah serangkaian gempa bumi dicatat oleh seismolog sepanjang 19 Agustus. Menurut laporan pihak berwenang pada Senin (20/8/2018), setidaknya 10 orang tewas setelah serangkaian gempa kuat mengguncang pulau Lombok. Ini merupakan gempa baru yang berbeda dari gempa berkekuatan M 7,0 pada Minggu (5/8/2018) yang telah menewaskan ratusan nyawa dan ribuan orang kehilangan tempat tinggal. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Isu hoaks terkait gempa masih saja muncul. BMKG pun mengimbau masyarakat, khususnya korban gempa, untuk tidak mempercayai kabar bohong yang meresahkan tersebut.

Selain masalah kabar hoaks, fakta tentang kekurangan pasokan terpal untuk tenda bagi para pengungsi mulai muncul.

Berikut sejumlah fakta-fakta terbaru tentang bencana gempa bumi di Lombok:

1. Dua ibu korban gempa berebut terpal

Salah satu tenda pengungsian korban gempa di Gunung Sari, Lombok. Foto diambil pada Senin (20/8/2018).
 

Dua ibu di Dusun Senaru, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, terlibat adu mulut untuk memperebutkan sebuah terpal sumbangan, pada hari Kamis (23/8/2018).

Terpal tersebut hendak digunakan kedua ibu itu sebagai tenda darurat di depan rumah mereka. Keduanya sama-sama menjadi korban gempa 6,4 SR tiga pekan lalu.

"Ini milik saya buat tenda, ibu yang satu lagi keras juga. Lama mereka adu mulutnya," kata Nur, salah satu warga kepada Antara.

Menurut Nur, pertikaian kedua ibu tersebut cukup lama dan di hadapan para donatur. Seperti diketahui, para korban gempa harus merogoh kocek dalam-dalam untuk membeli terpal yang harganya mencapai 1 juta rupiah.

2. Korban gempa terpaksa mengungsi lagi

 Izhar dan istrinya, Ernawati, saat dikunjungi rekan-rekannya yang datang melayat. Putrinya mereka, Eza Elina, meninggal dunia setelah sakit di tenda pengungsian di Lombok Utara, NTB.

Setelah sempat kembali ke rumah masing-masing pada hari Jumat (17/8/2018), warga Mandayin, Lombok Timur, harus kembali ke tenda pengungsian usai gempa 6,9 Skala Rochert pada hari Minggu (19/8/2018).

Dilansir dari Antara, sebagain besar warga Mandayin sudah mengungsi lagi karena trauma.

"Datang lagi gempa, sekarang warga dusun sebelah juga sudah mengungsi ke posko Mandayin," kata Hafsal, salah satu warga Mandayin.

3. Jalur pendakian di Rinjani longsor pasca gempa

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved