Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

TOBA Targetkan Pendanaan PLTU Sulut III Tahun Ini

Menggelar diversifikasi bisnis memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Hingga kini, manajemen PT Toba Bara Sejahtra Tbk

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
Ilustrasi PLTU Sulut 2 Amurang berkapasitas 2x25 MW merupakan nadi kelistrikan di Sulut-Gorontalo 

TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Menggelar diversifikasi bisnis memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Hingga kini, manajemen PT Toba Bara Sejahtra Tbk masih mengawal proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Sulut 3 di Sulawesi Utara, menuju tahapan akhir kepastian pembiayaan atau financial close.

Emiten berkode saham TOBA di Bursa Efek Indonesia ini mematok target realisasi hingga tahun depan. "Untuk proyek listrik Sulut 3 target financial close akhir 2018 sampai awal 2019," ujar Elisabeth Novi Sagita Aruan, Sekretaris Perusahaan PT Toba Bara Sejahtra Tbk kepada KONTAN, Senin (13/8).

TOBA sudah meneken perjanjian jual-beli listrik atawa power purchase agreement (PPA) dengan PLN untuk PLTU Sulut 3 sejak April 2017. Masa kontrak PPA selama 25 tahun. Adapun PLTU Sulut 3 memiliki kapasitas setrum 2 x 50 megawatt (MW).

Proyek tersebut berjalan di bawah PT Minahasa Cahaya Lestari. Informasi dalam laporan tahunan TOBA 2017 menyebutkan, kemungkinan biaya investasinya sekitar US$ 205 juta - US$ 210 juta.

PLTU Sulut 3 adalah satu dari dua proyek setrum Toba Bara. Proyek lain yakni PLTU Sulbagut 1 berkapasitas 2 x 50 MW, sudah masuk tahap pra konstruksi. Toba Bara memiliki 80% proyek itu melalui PT Gorontalo Listrik Perdana.

Sembari mengawal proyek setrum, Toba Bara memacu bisnis batubara. Perusahaan yang tercatat dengan kode saham TOBA di Bursa Efek Indonesia (BEI) itu menargetkan produksi 5-6 juta ton batubara tahun ini. Dari Januari-Juni 2018, mereka memproduksi 2,5 juta ton batubara.

Hanya, Toba Bara tak bersedia menyebutkan realisasi volume penjualan batubara paruh pertama. Yang pasti, mereka mengandalkan kontribusi utama dari pasar ekspor. "Kami masih targetkan sebagian besar ekspor tapi juga mengupayakan untuk domestik," kata Novi.

Sejauh ini, Toba Bara belum mempublikasikan laporan keuangan untuk periode yang berakhir 30 Juni 2018. Dalam keterbukaan informasi BEI 30 Juli 2018, manajemen perusahaan menyebutkan laporan keuangan semester I-2018 masih dalam tahap penelaahan terbatas.

Sementara per 31 Maret 2018, Toba Bara mencetak kenaikan pendapatan 72,86% year on year (yoy) menjadi US$ 108,35 juta. Lalu, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk atawa laba bersih tumbuh dua kali lipat lebih menjadi US$ 13,98 juta.

Biaya Eksplorasi PT Toba Bara Sejahtra Tbk

Juli 2018
Ytd

Anggaran
Realisasi
Anggaran
Realisasi

PT Trisensa Mineral Utama
4. 039
1. 381
4. 039
1. 381

PT Indomining
79,16
(-)
474,99
(-)

PT Adimitra Baratama Nusantara
1.837
541,37
1.837
541,37

Keterangan: Rp juta
Sumber: Bursa Efek Indonesia

Bali Towerindo Realisasikan 400 Menara Baru

Manajemen PT Bali Towerindo Sentra Tbk mengklaim telah membangun 400 menara baru sepanjang semester I 2018. Ekspansi menara tersebut setara 40% dari total target penambahan menara sepanjang tahun ini yang mencapai 1.000 menara. Mayoritas jenis menara yang mereka bangun berupa microcell pole (MCP).

Manajemen Bali Towerindo menyatakan, tambahan menara baru sudah berdampak pada pertumbuhan kinerja semester I-2018. "Kelihatan naik, dari tower semua naik," kata Lily Hidayat, Wakil Direktur Utama PT Bali Towerindo Sentra Tbk kepada KONTAN, Senin (13/8).

Asal tahu, sepanjang paruh pertama tahun ini, Bali Towerindo membukukan pendapatan Rp 203,03 miliar. Catatan pendapatan tersebut tumbuh 33,03% ketimbang periode yang sama tahun lalu.

Pelanggan besar dengan nilai transaksi lebih dari 10% terhadap total pendapatan, meliputi PT Smartfren Telecom Tbk, PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk, PT XL Axiata Tbk dan PT Jelajah Data Semesta.

Sementara laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk atawa laba bersih semester I-2018 tumbuh lebih tinggi ketimbang pendapatan. Laba bersih sebesar Rp 27,17 miliar setara dengan pertumbuhan 45,68% year on year (yoy).

Asal tahu, tahun ini Bali Towerindo mengubah kebijakan ekspansi bisnis. Perusahaan yang tercatat dengan kode saham BALI di Bursa Efek Indonesia itu, hanya akan membangun menara yang sudah jelas dipesan oleh pelanggan. Tujuannya untuk meminimalisasi menara nganggur padahal sudah dibangun.

Ilustrasi
Ilustrasi (SHUTTERSTOCK)

Multifinance Gaet Pinjaman Baru di GIIAS

Penyaluran kredit multifinance selama event Gaikindo Indonesia Internasional Auto Show (GIIAS) 2018 melampaui target. GIIAS, yang merupakan pameran otomotif terbesar di negeri ini, merupakan event para perusahaan multifinance mengejar target pembiayaan.

Astra Financial, misalnya, mendapat 4.611 aplikasi pembiayaan setara dengan Rp 1 triliun di acara yang berlangsung pada 2-12 Agustus 2018.

"Meskipun GIIAS ini dominan pameran mobil baru, motor juga menghasilkan 237 aplikasi pembiayaan," ujar Suparno Djasmin (yang akrab dipanggil Abong), Director in Charge Astra Financial dalam rilis Senin (13/8).

Salah satu unit yang menjadi bagian dari Astra Financial, PT Federal International Finance (FIF) Group mencatat pembiayaan 224 kendaraan bermotor di acara tersebut.

Direktur FIF Group Antony Sastro Jopoetro mengatakan, rata-rata pembiayaan selama pameran itu Rp 15,9 juta per unit. Ini artinya selama GIIAS FIF Group membukukan booking sebesar Rp 3,56 miliar.

"Jenis kendaraan yang paling diminati selama pameran kemarin ialah Beat, PCX dan Scoopy," kata Antony kepada KONTAN, kemarin.
Hingga Juli 2018, total pembiayaan yang telah disalurkan FIF Group sebesar Rp 19,59 triliun dari target sampai akhir tahun sebesar Rp 38 triliun.

Untuk mengejar target, FIF Group akan kembali menggelar event pameran otomotif. Antony bilang, pada Oktober 2018 FIF Group menjadi sponsor utama ajang Indonesia Motorcycle Show (IMOS).

Astra Financial juga akan menggenjot pembiayaan dengan mengikuti GIIAS Makassar pada 21-26 Agustus dan GIIAS Surabaya pada 15-23 September.

Event lain

Hasil pembiayaan yang memuaskan juga didapat PT Mandiri Tunas Finance (MTF). Sebelumnya, MTF memproyeksi pada pameran otomotif kali ini mendapat 1.500 aplikasi senilai Rp 300 miliar.

Tapi nyatanya, menurut Direktur MTF Harjanto Tjitohardjojo, perusahaan ini membukukan pembiayaan Rp 380 miliar dengan 1.901 aplikasi. Dari jumlah aplikasi tersebut, merek Toyota paling digandrungi konsumen.

Jika dirinci, 129 aplikasi berasal dari paket syariah BSM Oto, 15 aplikasi online dari Carmudi, Tokopedia dan Bidbox. Lalu 248 aplikasi dari nasabah Mandiri dan sisanya ritel dari agen pemegang merek (APM) di GIIAS 2018.

Untuk mengejar target pembiayaan hingga akhir 2018, MTF akan kembali mengikuti pameran otomotif lainnya. "Seperti, IIMS di Surabaya dan IIMS Makassar,MTF Autofiesta Palembang dan pameran lainnya," kata Harjanto.

PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk juga menuai berkah dari event GIIAS. Perusahaan ini mendapat 270 surat pemesanan kendaraan (SPK), naik dari tahun lalu 50 SPK.

Direktur Utama Adira Finance Hafid Hadeli mengatakan, jenis mobil yang paling diminati adalah small Multi Purpose Vehicle (MPV). Tahun ini, Adira Finance menargetkan pembiayaan naik 5%-10% dari realisasi 2017, yang sebesar Rp 32,7 triliun menjadi Rp 35,97 triliun. Di semester I-2018, perusahaan menyalurkan Rp 18,4 triliun, naik 17% year on year.  (Harry Muthahhari/Umi Kulsum/Avanty N/Ridwan Mulyana)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved