Pemakai Uang Elektronik Bertambah
Pengguna uang elektronik di Indonesia semakin meningkat di Indonesia. Beberapa pelaku akan meningkatkan layanan.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Pengguna uang elektronik di Indonesia semakin meningkat di Indonesia. Beberapa pelaku akan meningkatkan layanan untuk menggaet pengguna baru.
Layanan uang elektronik T-Cash misalnya, mulai Juli 2018 bisa dimiliki operator selain Telkomsel alias agnostik. Hingga Juli, T-Cash telah menggaet 25 juta orang, naik 400% dibandingkan tahun lalu.
T-Cash awalnya menargetkan meraih 40 juta pengguna sampai akhir 2018. Jumlah itu ditambah 20% setelah agnostik. Jadi sekitar 8 juta berasal dari operator lain.
Memperbanyak jaringan adalah strategi T-Cash guna memperluas basis pelanggan. Hingga Juli 2018, perusahaan ini menjalin kemitraan dengan 52.000 merchant.
T-Cash menargetkan menjalin kerjasama dengan 125.000 merchant hingga akhir tahun. Merchant T-Cash adalah PDAM, BPJS, PLN, provider internet dan transportasi (tiket kereta bandara Soekarno-Hatta, Kualanamu Medan, BRT Semarang dan taksi Bluebird), pembelian asuransi mikro Sun Life dan transaksi BBMP ertamina. T-Cash juga menjadi alat pembayaran di Pasar Mayestik dan Pasar Modern Bintaro.
Ke depan, T-Cash juga akan menyalurkan kredit. T-Cash bekerjasama dengan Bank DBS menyalurkan kredit tanpa agunan. Lalu dengan Bank Tabungan Negara (BTN), T-Cash akan menjadi pipa penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR). Paling erat adalah kerjasama penyaluran kredit mikro dengan Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN)
T-Cash akan bermitra dengan BRI untuk menyalurkan kredit usaha rakyat (KUR). "Kerjasama penyaluran KUR masih rencana, kami ingin kesepakatan selesai tahun ini," kata CEO T-Cash Danu Wicaksana, pekan lalu .

Pengguna bertambah
Paytren juga mencatatkan peningkatan pengguna 81,8% secara tahunan menjadi 4,62 juta orang. Produk yang dikelola PT Veritra Sentosa Internasional (Treni) menargetkan meraih 10 juta pengguna hingga akhir 2018. Saat ini rata-rata transaksi Rp 7 miliar-
Rp 8 miliar per hari. Menurut CEO Treni Hari Prabowo, pengguna aktif hingga Juli 2018 sebanyak 1,64 juta.
Paytren juga bakal merilis layanan pembayaran Quick Response (QR) Code. "Kami sudah menerapkan di BelanjaQu.co.id dan untuk merchant masih menunggu standardisasi Bank Indonesia," kata dia. Pengguna Paytren mayoritas di Hong Kong, Taiwan, Malaysia, Singapura, Timur Tengah dan Korea Selatan. Sisanya, di Amerika Serikat, Brunei, Jepang, Jerman, Belanda dan Qatar.
PT Solusi Pasti Indonesia (PayPro) mengatakan jumlah pengguna naik 14,24% year on year (yoy) menjadi 8 juta pada Juli 2018. CFO PayPro David Santoso mengatakan, dari jumlah tersebut 715.000 adalah pengguna aktif dan ditargetkan bisa mencapai 1 juta.
Untuk menambah pengguna, PayPro menggandeng mitra seperti MasterCard, Alfamart dan Indomaret.

Memilih Saham Cantik di Tahun Politik
Dua pasangan calon presiden dan wakil presiden sudah siap bertarung di Pemilu 2019. Petahana Joko Widodo menggandeng Ketua MUI Ma'ruf Amin, sedang Prabowo Subianto berduet dengan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno.
Perhelatan demokrasi ini tentu akan memengaruhi sentimen di pasar modal. Sejumlah saham disinyalir berpeluang diuntungkan. William Hartanto, analis Panin Sekuritas, menyebut, sektor konsumer, media dan telekomunikasi diunggulkan saat pemilu.
Menurut dia, saham telekomunikasi dan media berpeluang terdongkrak karena publik akan lebih giat mengakses situs online dan siaran televisi untuk mengetahui perkembangan politik.
Kepala Riset Narada Aset Manajemen Kiswoyo Adi Joe sependapat. "Dengan banyak kegiatan kampanye, permintaan terhadap produk konsumer, termasuk rokok, akan meningkat," kata dia, Minggu (12/8).
Begitu pula kebutuhan telekomunikasi dan akses media massa. Di sektor media, Kiswoyo merekomendasikan MNCN dan SCMA. Pada sektor konsumer yang menarik, seperti UNVR, INDF, ICBP, MYOR dan ROTI. Lalu, saham rokok yang menarik adalah HMSP dan GGRM.
Kiswoyo memperkirakan, harga saham-saham itu bisa naik 10%-20% hingga pilpres tahun depan, "Semua saham-saham itu bisa dibeli, masih murah," saran dia.
Sedangkan, Hartanto merekomendasikan SCMA dan VIVA. Target harga akhir tahun SCMA di Rp 2.500 dan VIVA Rp 300.
Analis Paramitra Alfa Sekuritas William Siregar menambahkan, secara historikal, saham sektor ritel juga naik signifikan saat pilpres. Selain itu, sektor-sektor yang terkait dengan program yang diusung capres juga berpeluang menguat.
Contohnya, kebijakan pemanfaatan energi biodesel yang digagas Jokowi dan program pembangunan infrastruktur akan berdampak positif pada saham CPO dan konstruksi. "Terlebih jika publik dominan terhadap pasangan calon tersebut,"
papar dia.
William Hartanto merekomendasikan beli saham TBLA dan WSKT. Target harga jangka panjang TBLA di level Rp 1.700 per saham dan target WSKT di level Rp 4.000 per saham.

Hanya Efek Jangka Pendek
sejumlah saham di bursa domestik berkorelasi dengan kontestan pilpres 2019. Sebut saja, Sandiaga memiliki saham SRTG, MPMX, DGIK, ADRO, dan NRCA. Adapun petahana Joko Widodo identik dengan saham konstruksi dan infrastruktur karena terkait dengan program kerjanya.
Menurut William Hartanto, analis Panin Sekuritas, mengacu pada kemenangan Sandiaga pada pilgub 2017, saham-saham yang terkait dengannya hanya menguat sepekan. "Jadi, dampak kali ini tidak besar, apalagi posisinya sebagai cawapres," kata dia.
Saham yang identik dengan Jokowi juga akan berefek jangka pendek. Sebab, masih ada pekerjaan rumah terkait penyelesaian pembangunan dan cash flow BUMN konstruksi yang negatif.
Hartanto merekomendasikan wait and see saham-saham terkait Sandiaga. Sedangkan, jangka pendek masih bisa trading saham-saham konstruksi BUMN karena sudah masuk uptrend.
Analis Paramitra Alfa Sekuritas William Siregar menyarankan investor perlu mencermati fundamental, bukan sekadar efek pilpres. Jika saham naik, namun fundamentalnya tidak kuat, maka tidak akan berpengaruh signifikan. Jangan pula tergesa-gesa masuk, karena arah politik belum stabil. (Willem Kurniawan Lombu, Krisantus de Rosari Binsasi/Ferrika Sari)