(VIDEO) Mudah Tertular Menguap Ternyata Ada Hubungannya dengan Tingkat Empati Seseorang
Menguap umumnya dipicu beberapa hal, termasuk kelelahan, demam, stres, obat-obatan dan alasan sosial hingga psikologis.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Menguap merupakan fisiologis ketika tingkat kewaspadaan diri sedang melawan rasa kantuk yang berat.
Menguap umumnya dipicu beberapa hal, termasuk kelelahan, demam, stres, obat-obatan dan alasan sosial hingga psikologis.
Dikutip Tribun-Video.com dari Kompas.com, kerentanan seseorang tertular menguap berhubungan dengan tingkat empati seseorang.
Teori tersebut sangat unik, seorang penderita autisme kecil kemungkinannya untuk tertular menguap, begitu pula dengan orang yang memiliki kecenderungan psikopat yang tinggi.
Sebuah penelitian yang mengamati otak orang yang rentan tertular menguap menemukan aktivitas di daerah ventromedial prefrontal cortex otak.
Bagian otak ini dikaitkan dengan kegiatan pengambilan keputusan.
Jika bagian otak tersebut rusak, maka orang tersebut akan kehilangan rasa empatinya.
Beberapa teori menjelaskan bahwa alasan orang menguap yakni meningkatkan kewaspadaan dan mendinginkan otak.
Meningkatkan kewaspadaan dipicu oleh meningkatnya aktivitas dan gerakan saat kita menguap.
Otot-otot tertentu di telinga diaktifkan selama menguap.
Hal tersebut memicu gerakan dan sensitivitas gendang telinga serta pendengaran.
Sehingga dapat meningkatkan kemampuan kita untuk waspada terhadap sekitar, setelah mungkin kehilangan kesadaran sebelum menguap.
Selain itu, saat menguap biasanya bola mata akan melakukan gerakan dan pembilasan lensa mata mungkin akan menyebabkan peningkatan kewaspadaan secara visual.
Teori lain menyebutkan, mengapa kita menguap adalah hipotesis termoregulasi yang menunjukkan bahwa menguap akan mendinginkan otak.
Saat menguap, kita akan menarik udara dingin ke dalam mulut, kemudian mendinginkan darah menuju otak.