Lebih Tahu Thanos daripada Wolter Mongisidi, Susah Gampang Kenalkan Pancasila
Bukan hal mudah menumbuhkan nasionalisme di kalangan siswa dan mahasiswa.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Alexander Pattyranie
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Bukan hal mudah menumbuhkan nasionalisme di kalangan siswa dan mahasiswa.
Para guru berhadapan dengan sikap skeptis siswanya.
"Waktu kurikulum K13 pertama diterapkan, harus menyanyikan lagu nasional di awal kegiatan, banyak siswa yang masih bermain main, seperti tidak menghayati," kata Altje Lele, guru SD Inpres 6/80, Bitung, Sulawesi Utara (Sulut).
Sebut Lele, pada akhirnya para siswa terbiasa menyanyikan lagu nasional dengan penghayatan yang baik.
Hal itu terwujud lewat kerja keras para guru.
"Kami sedapat mungkin memberikan pemahaman tentang nasionalisme dan Pancasila lewat kisah kisah perjuangan yang membuat siswa tergugah," beber dia.
Kini, kata Lele, para siswanya sudah menguasai lagu Pancasila rumah kita.
Ia berharap nilai dalam lagu itu diterjemahkan dalam perilaku sehari hari.
Di kalangan mahasiswa, persoalan kurang lebih sama.
Umumnya mahasiswa skeptis dan masa bodoh.
Seperti tampak dalam Enterpreneur Talk Show 2018 bertema Lets Gets Rich yang diselenggarakan Himaju Akuntansi Universitas Sam Ratulangi (Unsrat), Manado, Sulut, Kamis (31/5/2018) di auditorium Unsrat dengan pembicara Kaesang Pangarep, putra Presiden Jokowi.
Acara di buka dengan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya.
Kaesang lantas menaruh tangan kanan di dada, tanda penghormatan.
MC pun meminta mahasiswa menirukan Kaesang.
Namun beberapa di antaranya yang malah senyum-senyum, bingung, tidak memberi respon.