Puluhan Wanita Bercadar Gelar Sosial Eksperimen di Bitung, Banyak Warga Memeluk dan Menangis
Puluhan perempuan bercadar hitam berkumpul di pusat Kota Bitung, Sulawesi Utara, Sabtu (26/5/2018).
Penulis: Alpen_Martinus | Editor: Alexander Pattyranie
TRIBUNMANADO.CO.ID, BITUNG - Puluhan perempuan bercadar hitam berkumpul di pusat Kota Bitung, Sulawesi Utara, Sabtu (26/5/2018).
Mereka berbaris rapi memanjang, ada yang memegang tulisan namun ada juga yang tidak.
Selain perempuan ada juga beberapa pria yang menggunakan serban, dengan mata tertutup dan membuka tangan seakan meminta dipeluk.
Beberapa warga yang melintas atau sengaja ingin melihat nampak memeluk beberapa perempuan, perempuan di peluk perempuan, dan pria dipeluk oleh pria.
Tak jarang saat memeluk ada yang mengeluarkan air mata.
Tak hanya orang tua dan anak muda, anak kecil bercadar juga ikut mengampanyekan bercadar bukan teroris.
Di tangan mereka yang kertas bertuliskan beberapa pesan di antaranya Bitung Kota Toleransi, peluk kami jika anda merasa aman dengan kami, Islam cinta damai Bitung kota damai, kami bukan teroris, ingin kami memeluk korban bom Surabaya tapi apa daya tangan tak sampai.
Banyak warga berbondong datang melihat kegiatan mereka tersebut, sehingga jalanan menjadi sedikit terganggu, namun ada petugas dari Polres Bitung dan Polsek Maesa yang datang untuk mengamankan.
"Ini Ihwan dan ahwan dari Bitung, Minut, Manado, dan beberapa tempat lain melakukan sosial eksperimen dan bagi takjil," jelas Ahlan.
Ia menambahkan, ini dilakukan terkait tragedi bom Surabaya yang menimbulkan pemikiran masyarakat bahwa wanita yang bercadar dan pria yang berjenggot dan bercelana jingkrak adalah teroris, padahal tidak seperti itu.
"Ternyata bukan, sebab Islam adalah agama damai kita cinta damai, dan kami buka teroris, dan kita buat tulisan peluk saya jika anda merasa nyaman, dan tadi laki-laki dipeluk laki-laki, dan perempuan dipeluk oleh perempuan," jelasnya.
Melalui eksperimen sosial ini, ia berharap agar masyarakat kota Bitung membuka pemikiran bahwa Islam dan wanita bercadar bukan teroris.
"Kita menghilangkan phobia Islam, dan sangat berharap agar masyarakat menerima wanita bercadar dan pria berjenggot dan bercelana jinggrak, sebab kami bukan teroris," jelasnya.
Risna Montu warga yang ikut memeluk bahkan berfoto dengan perempuan bercadar mengatakan bahwa hal itu saya fat bagus dan perlu dipertahankan.
"Walaupun kami tidak bercadar, namun kami sangat mendukung, sebab yang mereka sebutkan bawa perempuan bercadar adalah teroris, itu fitnah," jelasnya. (Tribun Manado/Alpen Martinus)