Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Candi Borobudur Kena Abu Merapi: Waspadai Satwa Liar Turun Gunung

Imbas erupsi freatik Gunung Merapi, candi Borobudur yang terletak di Magelang, Jawa Tengah tertutup abu.

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
NET
Erupsi Merapi Jumat (11/5/2018) 

TRIBUNMANADO.CO.ID, MAGELANG - Imbas erupsi freatik Gunung Merapi, candi Borobudur yang terletak di Magelang, Jawa Tengah tertutup abu. Kepala Seksi Konservasi Balai Konservasi Borobudur (BKB), Iskandar M Siregar mengatakan abu yang menutupi candi masih relatif tipis sehingga stupa-stupa yang ada di candi belum perlu ditutup plastik terpaulin.

"Berdasarkan hasil rapat dan evaluasi, stupa belum akan ditutup, karena abu yang sampai sini (candi Borobudur) relatif tipis sekali, kalau tidak diperhatikan banget tidak kelihatan,"ujar Iskandar.

Abu vulkanik lanjut Iskandar memiliki sifat asam yang dapat mempercepat proses pelapukan batu candi tersebut, terlebih usia batu andesit candi sudah berusia ratusan tahun. "Abu vulkanik memilik keasaman tinggi, bisa mempercepat pelapukan batu. Kalau mengendap juga bisa menutup aliran air di sistem drainase di bawah candi, akibatnya bisa bocor," jelasnya.

Adapun penutupan stupa candi dengan terpaulin baru akan dilakukan jika kondisi sudah darurat, atau ketika aktivitas gunung Merapi meningkat. Penutupan pernah dilakukan ketika erupsi tahun 2010 dan erupsi gunung Kelud, Jawa Timur, 2014 silam.
"Sejauh ini kami terus melakukan koordinasi dan komunikasi dengan BPPTKG sehingga mengetahui kondisi terbaru Gunung Merapi," katanya.

Meski demikian, BKB telah melakukan antisipasi sebagai bagian dari SOP upaya mitigasi bencana, yakni dengan menyiapkan sebanyak 73 terpaulin, terdiri dari 72 terpaulin untuk stupa kecil dan 1 untuk stupa induk. Seluruhnya telah ditempatkan dekat dengan candi sehingga sewaktu-waktu dapat dipasang jika terjadi hujan abu.

Hujan Abu

Wilayah yang terguyur hujan abu dari letusan freatik Gunung Merapi di Kabupaten Magelang meluas menjadi 17 wilayah desa dan kecamatan. Warga pun diimbau untuk menggunakan masker saat beraktivitas di luar ruangan.

Berdasarkan laporan Pusdalops BPBD Kabupaten Magelang, hujan abu semula hanya turun di tujuh desa di Kecamatan Dukun yakni di Desa Keningar, Desa Sumber, Desa Ngargomulyo, Desa Ngadipuro, Desa Wates, Desa Kalibening, dan Desa Dukun.

Tetapi kemudian bertambah, hujan abu juga terjadi di Kota Mungkid, Muntilan, Sawangan, Pabelan, Tempuran, Candimulyo, Ketep, Blabak, Kalinegoro dan Salaman.
Wilayah yang paling banyak terguyur hujan abu sendiri di tujuh desa di Kecamatan Dukun tersebut. Sementara di 10 wilayah lain, hujan abu turun secara tipis, tetapi meninggalkan lapisan abu yang cukup jelas.

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang, Edi Susanto, mengatakan, pihaknya langsung melakukan antisipasi terhadap hujan abu dengan membagikan masker kepada warga terdampak hujan abu. "Sudah diantisipasi, masker sudah kami distribusikan, sehingga dapat digunakan," ujar Edi.
Masyarakat diminta untuk tidak panik dan tetap tenang, selalu wasapada dalam beraktivitas.
Warga juga diimbau menggunakan masker dan kaca mata untuk antisipasi jika beraktivitas diluar ruangan.

"Kami harapkan tenang, waspada dan selalu gunakan masker di luar ruangan dan kaca mata," katanya. Untuk diketahui, hujan abu ini dampak dari letusan freatik terjadi pukul 03.31 durasi 4 menit ketinggian 2000 meter teramati dari PGM.Jrakah dan PGM. Kaliurang. Kepulan asap menuju arah barat daya.

Candi Borobudur
Candi Borobudur (google)

Tidak Berbahaya

Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG Yogyakarta Agus Budi Santoso mengatakan letusan freatik bukan termasuk letusan yang membahayakan keselamatan manusia, selama berada di luar 3 kilometer (km) dari puncak Gunung Merapi. "Masyarakat di luar radius 3 km tetap harus menyikapi dampak letusan freatik Merapi, yakni hujan abu," kata Agus.

Menurut Agus, letusan freatik Merapi sampai dengan saat ini sulit untuk diprediksi. Bahkan perihal bagaimana memprediksi letusan freatik saat ini menjadi permasalahan di dunia. Sebagai informasi, letusan jenis freatik terjadi karena adanya pemanasan air yang terjebak di dalam gunung hingga menjadi uap panas. Akumulasi uap panas yang terus meningkat itu menekan dan menyebabkan letusan.
Satwa Liar

Pihak Taman Nasional Gunung Merapi mengimbau kepada masyarakat agar bersikap bijaksana menyikapi pergerakan satwa yang dimungkinkan melewati sawah, perkebunan maupun pemukiman. Imbauan kepada masyarakat ini disampaikan melalui surat edaran resmi yang dikeluarkan oleh Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) pada 22 Mei 2018. Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) Ammy Nurwati saat dikonfirmasi membenarkan edaran tersebut. Dia menyampaikan bahwa TNGM merupakan tempat hidup atau habitat bagi satwa dan tumbuhan yang dilindungi.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved