Mustafa Ataturk Vs Boris Yeltsin: Pemimpin yang Lahir di Akhir Rezim Ottoman dan Soviet
Mustafa Kemal Ataturk adalah seorang pejabat militer yang kemudian mendirikan Republik Turki
Sebagai presiden, Mustafa Kemal memulai program revolusioner di bidang sosial dan reformasi politik untuk memodernisasi Turki, termasuk emansipasi untuk perempuan dan penghapusan institusi Islam, serta pengenalan hukum dan budaya barat.
Pada tahun 1935, Mustafa Kemal mendapat nama Ataturk di belakang namanya yang berarti "Bapak negara Turki".
Akhir Kehidupan
Mustafa Kemal meninggal dunia pada 10 November 1938 di usia 57 tahun yang disebabkan kelelahan serta komplikasi dari penyakit sirosis hati yang dideritanya sejak lama.
Meski telah meninggal dunia, penerusnya Ismet Inonu semakin memperkuat sosok Ataturk dengan gambar dan nama dirinya terpampang di hampir bangunan publik di Turki.
Nama Ataturk juga diabadikan ke dalam bangunan penting di seluruh Turki, seperti bandara internasional Ataturk di Istanbul, jembatan, bendungan serta stadion Ataturk.

Boris Yeltsin, Presiden Terpilih Pertama Rusia
Perjalanan karier politiknya sempat terpuruk, namun hal itu tetap tak menghalangi Boris Yeltsin untuk meraih ambisinya hingga terpilih menjadi pemimpin negara Rusia.
Yeltsin bahkan sampai dua kali memenangkan pemilu presiden sebelum akhirnya memutuskan untuk mundur dari jabatannya pada 1999 setelah didesak dan diancam dengan tuduhan terlibat dalam perpecahan Uni Soviet.
Awal Kehidupan dan Karier Politik
Boris Nikolayevich Yeltsin lahir pada 1 Februari 1931 di desa Butka, sebuah desa kecil yang terletak di wilayah pegunungan Ural, Rusia. Dia lahir di keluarga biasa.
Kakeknya dipaksa bekerja di bidang pertanian dalam rangka kolektivisasi yang dijalankan pemerintahan diktator Soviet, Joseph Stalin. Sedangkan sang ayah sempat ditangkap selama masa pembersihan di era Stalin.
Di usia enam tahun, Yeltsin bersama keluarganya pindah ke kota industri di Berezniki, tempat sang ayah yang merupakan mantan tahanan Gulag mendapat pekerjaan sebagai buruh.
Sejak muda, Boris Yeltsin sudah menunjukkan jiwa pemberontak. Dia bahkan sampai kehilangan dua buah jari tangannya akibat bermain granat.
Selepas masa sekolah, Yeltsin melanjutkan pendidikan tinggi ke Institut Politeknik Ural yang ada di kota Sverdlovsk (sekarang Yekaterinburg) dan mengambil jurusan teknik sipil.