POPULER! Ustad Felix Bongkar Sosok Bahagia Saat Bom Surabaya Hingga Teman Pelaku Ungkap Hal Ini
Bagi yang belum tahu atau mengenalnya, Felix Siauw adalah seorang ustad beretnis Tionghoa-Indonesia.....
TRIBUNMANADO.CO.ID-Indonesia kembali berduka.
Setelah kabar duka menyelimuti semua masyarakat Indonesia atas kejadian mengerikan di tiga gereja serta rusun Sidoarjo disebut didalangi oleh jaringan teroris yang sama, yakni Jemaah Ansharut Daulah (JAD).
Pagi ini Mapolrestabes Surabaya juga dihujani oleh teror bom bunuh diri.
Bom bunuh diri Surabaya (kolasesripoku.com)
Bahkan dalam aksinya yang menggunakan sepeda motor, terduga pelaku membonceng seorang wanita dan anak kecil.
Sungguh ironis.
Menyayat hati serta menjadi sorotan dari seluruh kalangan.
Baca: Abu Bakar Baasyir Mantan Pemimpin JAT Kecam Aksi Teror Bom di Surabaya, Ini Katanya!
Kejadian ini tentu menarik perhatian berbagai pihak.
Salah satunya Ustadz Felix Siauw.
Setelah menuliskan tulisan cinta untuk Surabaya kemarin yang diunggahnya pada akun pribadinya, atau bisa lihat di sini :
Sore ini, tepatnya satu jam yang lalu, Ustad felix Siauw kembali mengunggah tulisan sedihnya, sebagai ungkapan empatinya terhadap kejadian teror bom yang belakangan seperti menghantui masyarakat indonesia.
Bagi yang belum tahu atau mengenalnya, Felix Siauw adalah seorang ustad beretnis Tionghoa-Indonesia.
Ia menjadi seorang mualaf semenjak masa kuliah dan bergabung menjadi salah satu aktivis gerakan Islam, Hizbut Tahrir Indonesia.
Dalam akun Instagram pribadinya yang saat ini memiliki pengikut 1.9 juta, Ustad Felix menuliskan sebuah tulisan mengenai siapa dalang dibalik kejadian teror bom yang menjadi srorotan masyarakat saat ini.
Begini tulisannya :
Tak Punya Hati
Sementara orang berduka sebab korban-korban yang berjatuhan di sana-sini.
Mereka malah seolah girang sebab mendapatkan sebuah momen, untuk menyerang Islam dan kaum Muslim
Saat orang mengutuk tindak keji dan biadab teror bom.
Fokus mereka beda, yang penting bagi mereka orang lebih membenci cadar dan kerudung dibanding teror bom, lebih takut kepada HTI, FPI, PKS, ketimbang teroris
Ketika tiap pemuka agama menyampaikan bahwa teror itu tidak ada kaitan dengan agama.
Mereka sebar pandangan, bahwa aksi teror ini dimulai dari masjid, dari rohis, dari kajian-kajian di mushala, tak cukup sampai disitu mereka ingin tampil sebagai pahlawan dengan menjadi juri, siapa ustadz yang radikal, siapa yang tidak
Kala pihak berwenang bersusah menyelidiki siapa yang menjadi dalang semua ini.
Mereka sudah sibuk menyebar nama siapa yang harus dihabisi, siapa yang pantas dicurigai, mereka pun sebar hoax agar masyarakat semakin takut
Sepertinya, mereka inilah yang paling sibuk setelah kasus teror bom 2 hari ini, dengan akun-akun palsu atau akun-akun minim follow dan posting, berusaha mencipta opini negatif, framing dan setting hal yang buruk
Siapa mereka ini? Saya pun tak tahu dan tak paham.
Yang saya tahu, mereka sangat tega dan tak punya hati sekali.
Memanfaatkan momen untuk kepentingan pribadi mereka.
Duhai Allah, semoga engkau jaga negeri kami ini
Sontak unggahan tersebut, mendapatkan banyak komentar dari para netter :
ghifaar_corner Duhai Allah semoga Engkau jaga negeri kami..., kuat kami Yaa Rabb, jauhkan kami dari fitnah dan org org dzolim...
emma_purwoko Betul sekali. Setiap kejadian selalu atas nama agama? Kenapa?? Sekarang orang bukan waspada dengan teroris.tp lebih memfokuskan pada mereka yg terlihat spt teroris (cadar)
aisumi311 Seandainya kalian para teroris itu merasa hebat'..knpa kalian tdk pergi melawan kaum Yahudi Israel...yg smena" terhadap kaum muslimin d Palestina ..knpa kalian malah bunuh org" yg tak berdosa..yg lebih keji lagi kalian mengkambing hitamkan atas nama Islam,,yg justru malah kalian itu menginjak" ajaran Islam itu sendiri...semoga Allah selalu menjaga dan melindungi NKRI..dari org" yg mau memecah belah persatuan & kesatuan..
kang.habibi Hasbunalloh wa ni'mal wakil...
myboyym_95 Lindungi Negara kami dan Kaum muslim ya robb
Ungkap Asal Mula Paham Radikal Masuk ke Diri Pelaku Bom Surabaya
Satu demi satu fakta Dita Supriyanto, pelaku bom bunuh diri yang menyerang tiga gereja di Surabaya, Minggu (13/5/2018), terungkap.
Tak sendiri, aksi tersebut juga dilakukan Dita dengan istri dan empat anaknya. Mereka adalah Puji Kuswati (43) istri Dita, dan empat anak mereka yakni Yusuf Fadhil (18), Firman Halim (16), Fadhila Sari (12) serta Famela Rizqita (9).
Dita dan keluarga tinggal di kawasan Wonorejo, Rungkut, Surabaya.
Terkait sosok Dita, seorang netizen dengan akun Facebook, Ahmad Faiz Zainuddin, mengungkap siapa Dita Supriyanto.
Ahmad Faiz Zainuddin yang mengaku sebagai adik kelas Dita semasa sekolah SMA. Menurut kesaksianya, bibit radikalisme sudah tersemai sejak 30 tahun lalu.
Berikut kesaksian lengkap Zainuddin yang ditulis di akun facebooknya:
"Dari Islam Muram dan Seram, Menuju Islam Cinta nan Ramah
Dita Soepriarto adalah Kakak kelas saya di SMA 5 Surabaya Lulusan ‘91. Dia bersama-sama istri dan 4 orang anaknya berbagi tugas meledakkan diri di 3 gereja di surabaya.
Keluarga yg nampak baik2 dan normal seperti keluarga muslim yg lain, seperti juga keluarga saya dan anda ini ternyata dibenaknya telah tertanam paham radikal ekstrim.
Dan akhirnya kekhawatiran saya sejak 25 tahun lalu benar2 terjadi saat ini.
Saat saya SMA dulu, saya suka belajar dari satu pengajian ke pengajian, mencoba menyelami pemikiran dan suasana batin dari satu kelompok aktivis islam ke kelompok aktivis islam yg lain.
Beberapa menentramkan saya, seperti pengajian “Cinta dan Tauhid” Alhikam, beberapa menggerakkan rasa kepedulian sosial seperti pengajian Padhang Mbulan Cak Nun. Yg lain menambah wawasan saya tentang warna warni pola pemahaman Islam dan pergerakannya.
Diantaranya ada juga pengajian yg isinya menyemai benih2 ekstrimisme radikalisme. Acara rihlah (rekreasinya) saja ada simulasi game perang2an. Acara renungan malamnya diisi indoktrinasi islam garis keras.
Pernah di satu pengajian saat saya kuliah di UNAIR, saya harus ditutup matanya untuk menuju lokasi.
Sesampai di sana ternyata peserta pengajian di-brainwash tentang pentingnya menegakkan Negara Islam Indonesia. Dan unt menegakkan ini kita perlu dana besar.
Dan untuk itu kalau perlu kita ambil uang (mencuri) dari orang tua kita unt disetor ke mereka.
Bahkan ketua Rohis saya di buku Agendanya menyebut profesi dirinya bukan pelajar SMA, tapi Mujahid.
Karena memang saat itu majalah Sabili sangat laris di sekolah kami.
Isinya banyak menampilkan secara Vulgar pembantaian etnis muslim Bosnia oleh Serbia.
Dan ini dijadikan pembakar semangat anak2 muda jaman saya waktu itu untuk menjadi “mujahid2 pembela islam”, beberapa akhirnya berangkat beneran ke medan perang.
Dari pengalaman menjelajah berbagai versi pemikiran dan aktivis islam dari yg paling radikal sampai liberal itu, dari sunni, sufi, wahabi, syiah, NII, dll itu, saya menyadari walaupun Islam ini mestinya satu, tapi ada banyak versi cara orang memahaminya, sehingga melahirkan banyak versi ekspresi keislaman dan pola tindakan.
Dan dari semua versi tadi, yg paling saya khawatirkan adalah versi kakak kelas saya mendiang Dita Supriyanto yg jadi ketua Anshorut Daulah cabang Surabaya ini. Saya sedih sekali akhirnya ini benar2 terjadi, tapi saya sebenarnya tidak terlalu kaget ketika akhirnya dia meledakkan diri bersama keluarganya sebagai puncak “jihad” dia, karena benih2 ekstrimisme itu telah ditanam sejak 30 tahun lalu.
Dia mengingatkan saya pada kakak kelas lain, ketua rohis SMA 5 Surabaya waktu itu, yg menolak ikut upacara bendera karena menganggap hormat bendera adalah syirik, ikut bernyanyi lagu kebangsaan adalah bid’ah dan pemerintah Indonesia ini adalah thoghut.
Waktu itu sepertinya pihak sekolah tidak menganggap terlalu serius. Karena memang belum ada bom2 teroris seperti sekarang. semua sekedar “gerakan pemikiran”. Memang dia dipanggil guru Bimbingan Konseling (BK) unt diajak diskusi, tapi kalau sebuah ideologi sudah tertancap kuat, seribu nasehat ndak akan masuk ke hati. Dan Akhirnya pihak sekolah menyerah, toh dia tidak bertindak anarkis, bahkan terkenal cerdas, lemah lembut dan baik hati.
Akhirnya Ketua rohis saya ini tiap upacara bendera i’tikaf di mushola sekolah. Btw kadang saya kalau lagi males upacara, ikut menemani dia di mushola dan ikut mendegarkan siraman rohaninya. Dan yg seperti ketua rohis saya ini tidak hanya di SMA 5, tapi yg saya tahu ada di hampir semua SMA dan kampus di surabaya atau bahkan di seluruh Indonesia.
Yg ingin saya katakan, Terorisme dan budaya kekerasan yg kita alami saat ini adalah panen raya dari benih2 ekstrimisme-radikalisme yg telah ditanam sejak 30-an tahun yg lalu di sekolah2 dan kampus2. Saya tidak tahu kondisi sekolah dan kampus saat ini, tapi itulah yg saya rasakan jaman saya SMA dan kuliah dulu.
Mohon jangan salah paham, main stream-nya pergerakan islam di sekolah dan kampus ini tidak se-ekstrim kakak kelas saya tersebut. Tapi ada cukup banyak yg sifatnya sembunyi2 dimana saya waktu itu ikut merasakan ngaji bersama mereka.
Serangkaian bom di tanah kelahiran saya dng tempat2 yg sangat akrab di telinga dengan segala kenangan masa kecil, plus pelaku utama yg terasa begitu dekat dengan memori masa2 SMA-Kuliah dulu ini membuat saya tersentak bahwa Ekstrimisme, Radikalisme, bahkan Terorisme ini sudah menjadi “Clear and Present Danger”. Ini tidak lagi sebuah film di bioskop atau berita koran yg terjadi nun jauh di negeri seberang. Ini sudah terjadi disini dan saat ini disekitar kita.
Maka kita harus menetralisir kegilaan ini sampai ke akar2nya. Tidak ada gunanya kita melakukan penyangkalan (denial) bahwa ini cuman rekayasa, pelakunya ndak paham islam, ini bukan bagian dari ajaran islam, ini pasti cuman adu domba, dll.
Nyatanya pelakunya masih sholat subuh berjamaah di mushola, lalu satu keluarga berpelukan sebelum mereka menyebar ke 3 gereja unt meledakkan diri.
Nyatanya memang ada saudara2 kita yg memahami islam versi garis keras yg hobinya mengutip mentah2 ayat2 perang dan melupakan substansi “cinta dan kasih sayang” sebagai inti ajaran Islam.
Nyatanya memang benih2 radikalisme, ekstrimisme ini telah ditabur 30 tahun terakhir di pikiran anak2 muda kita, di sekolah2 terbaik dan dikampus2 top di Indonesia. Dan kalau akhirnya mewujud menjadi tindakan nyata terorisme, mestinya tidak mengagetkan kita.
Kalau kita masih saja melakukan penyangkalan, maka kita ndak akan pernah berbenah diri. Tapi kalau kita insyaf bersama, Kalau kita dengan gentle mengakui - bahwa IYA memang kita sedang sakit, bahwa memang ada banyak diantara kita, dan saudara2 kita yg memahami islam versi garis keras, yg merasa bahwa islam harus diperjuangkan dengan kekerasan - maka kita bisa mulai mengambil langkah2 solutif.
Dan langkah2 solutif nyata yg bisa kita lakukan diantaranya adalah:
1. Mulai menetralisir alias melunakkan paham islam garis keras dan mulai menyebar luaskan paham islam moderat (washothiyah).
2. SMA2 dan Kampus2 harus disterilkan dari gerakn2 bawah tanah islam garis keras, diganti dengan kemeriahan dan kegembiraan aktivitas islam yg menebarkan “cinta dan welas asih” pada sesama manusia.
3. Sosial media harus dipenuhi kampanye “islam yg ramah dan penuh kasih sayang”. Bukan islam yg keras, penuh umpatan, dan kata2 kasar, apalagi hoax dan berdarah2.
4. Pertarungan politik mohon jangan lagi menggunakan isu SARA sebagai komoditas rebutan kekuasaan. Apalagi disertai kampanye hitam saling menghujat yg membuat bahkan setelah selesai Pilkada/Pilpres-nya masyarakat jadi terbelah saling bermusuhan.
5. Mawas diri dan sama2 menahan diri dalam menyikapi perbedaan2 dalam penafsiran Islam. Islamnya satu dan sumbernya sama, tapi nyatanya cara kita memahaminya bisa macem2. Dan ini fenomena psikologi yg wajar. Ayo tebarkan sikap saling memahami dan berempati, bukannnya saling curiga dan menyalahkan. Islam harus dipulihkan reputasinya dari wajah muram penuh kekerasan menjadi wajah ramah penuh Cinta pada sesama manusia.
Benar kata Muhammad Abduh, cendekiawan muslim abad 20, “Al-islamu Mahjubun bil muslimin”, Keindahan Islam ini terhijab/tertutupi oleh akhlak buruk sebagian umat islam sendiri”. Jadi mari kita yg akan bersama2 memulihkan wajah Indah Islam.
Terakhir, mari kita dengar seruan seorang remaja islam peraih Nobel Perdamaian, Malala Yousafzai:
“Peluru hanya bisa menewaskan teroris, tapi hanya PENDIDIKAN-lah yg bisa melenyapkan paham terorisme (sampai akar2nya: radikalisme, ekstrimisme)”
Stay Save.. Keep Optimism.. Spread Love & Compassion..
And for my beloved Christian brothers & sisters.. my deep condolence for all of you.. from the bottom of my heart, I am really sorry..
Love & Peace for all of us..
Saya yg sedang berduka,
Ahmad Faiz Zainuddin
Alumni SMA 5 Surabaya Lulusan 1995," tulisnya.