Black Widow, Barisan Janda Pembom Bunuh Diri nan Mematikan yang Penuh Dendam
Sejarah Black Widows Rusia atau yang dikenal sebagai Shahidka sendiri setelah kejadian itu menjadi marak.
Lebih dari 50 insiden Black Widow serupa kemudian menghantui Rusia.
Kondisi sosial dan perpolitikan pastinya juga mempengaruhi gerakan-gerakan ini.
Setelah runtuhnya Uni Soviet pada 1991 sekelompok pemberontak Chechnya menyatakan bahwa mereka adalah pemerintah yang sah.
Yang terjadi selanjutnya adalah gerakan separatis Chechnya yang dipimpin oleh Doku Umarov atau yang memiliki nama arab Dokka Abu Umar.
Umarov mendukung ide pan-Islamisme dan ideologi jihadis, bahkan berambisi membentuk Emirat Kaukasus Utara.
Suatu waktu, pemimpin militan Chechnya ini ingin menggagalkan Olimpiade Musim Dingin Februari 2014 di Sochi, Rusia.
Dia pun memanfaatkan sumber daya Black Widow ini.
Hal itu juga dianggap sebagai memaksimalkan kekuatan.
Sifat dan kekuatan yang tepat dari pengaruh Umarov khususnya terhadap para jihadis perempuan tidak diketahui.
Namun, para pejuangnya mungkin berjumlah ribuan, menurut Rajan Menon, seorang rekan senior di lembaga Dewan Atlantik yang bermarkas di Washington.
"Dia mungkin memiliki beberapa ribu pejuang di pembuangannya, tapi keliru melihatnya sebagai kepala gerakan perlawanan yang bersatu dan terpusat," kata Menon sebagaimana dilansir dalam english.alarabiya.net.
Sebagian besar pembom bunuh diri perempuan itu memang dimotivasi balas dendam atas kematian orang yang dicintai yang dibunuh oleh tentara Rusia.
Hal itu terjadi tidak lain karena untuk membendung pemberontakan.
Jaringan misterius
Rasa sakit kehilangan dari para perempuan yang ditinggal oleh suami mereka yang seorang jihadis ini memudahkan perekrutan.
Mereka mungkin direkrut oleh jaringan misterius yang menghasut untuk melakukan 'aksi kemartiran' bom bunuh diri.