Black Widow, Barisan Janda Pembom Bunuh Diri nan Mematikan yang Penuh Dendam
Sejarah Black Widows Rusia atau yang dikenal sebagai Shahidka sendiri setelah kejadian itu menjadi marak.
TRIBUNMANADO.CO.ID --Sebagian besar pembom bunuh diri perempuan dimotivasi oleh semangat balas dendam atas kematian orang yang dicintai (suaminya).
Dalam beberapa kasus, bagi mereka kematian suaminya adalah bentuk balasan terhadap dosa yang mereka (janda-janda) lakukan sebelumnya.
Sehingga, menjadi martir bom bunuh diri adalah jalan paling realistis yang akan ditempuhnya.
Namun lebih jauh, ada kekuatan lain dari perempuan yang membuatnya menarik untuk melakukan bom bunuh diri.
Kekuatan itu ialah aura feminin yang mereka miliki.
Perempuan tidak digunakan untuk bom bunuh diri hanya karena semangat keagamaan atau keinginan mereka untuk balas dendam.
Aura feminin yang mereka miliki dan oleh karenanya berpenampila sederhana, memungkinkan mereka untuk menyelinap ke area strategis tertentu tanpa kecurigaan.
Tampilan perempuan yang seringkali dipahami sebagai kurang mengancam adalah alasan yang sangat masuk akal.
Sehingga serangan-serangan pada akhirnya juga menggunakan perempuan.
Terlebih dalam berbagai budaya, menggeledah wanita adalah hal yang tak dapat diterima.
Hal itu mendapat celah bagi lengahnya pihak keamanan yang tak berpikir bahwa perangkat bom bunuh diri dapat diselundupkan pada tubuh perempuan.
Dengan terbunuhnya sang suami tercinta, perempuan ini otomatis menjadi janda.
Tidak sembarang janda lemah, mereka kemudian menjelma kuat dan muncullah fenomena Black Widow (janda hitam).
Contoh aksi Black Widow ini adalah pada 2000 ketika Khava Barayeva dan Luiza Magomadova meledakkan diri di pangkalan Angkatan Darat Rusia di wilayah Kaukasus Utara Chechnya.
Sejarah Black Widows Rusia atau yang dikenal sebagai Shahidka sendiri setelah kejadian itu menjadi marak.