Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Pengakuan ‘Gadis TKB Jual Diri': Sambung Hidup hingga Biayai Pacar

‘Terlalu cantik untuk bekerja’. Klaim Lijiang (30), wanita dari Provinsi Yunnan, Cina sempat heboh pada pertengahan

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
Foto Ilustrasi 

Ia dan pacarnya, yang juga anggota kelompok tak punya uang untuk bayar rumah sakit di RSUP Kandou Malalayang. Titin dan pacarnya belum menikah, tapi terlanjur hamil, namun pada akhirnya keguguran.

Titin memperlihatkan tagihan rumah sakit sebesar Rp 515 ribu. Atas dasar satu rasa, satu hati, anggota kelompok ini menjalankan kartu sumbangan demi memenuhi tagihan rumah sakit.

Namun Titin tak bisa menjelaskan kenapa ia sudah keluar rumah sakit, sementara tagihan belum bayar. Dan ia pun masih terengah-engah berjalan. "Katanya pacar saya akan ditahan, kalau belum bayar," ujar dia waktu itu.

Titin adalah warga Poigar, Minahasa Selatan. Sudah beberapa bulan terakhir ia jadi anggota kelompok dan hanya tidur di emperan toko di Pasar 45. Ia rela meninggalkan keluarganya demi hidup di Manado bersama kelompok ini.

"Dia sudah baikan tapi masih pemulihan kondisi," ujar Indi saat tribunmanado.co.id menanyakan kondisi Titin sekarang.
Opo, pemimpin kelompok Amitater mengatakan sudah beberapa waktu ia mengumpulkan anggotanya Amitater. Anggota kelompok ini datang dari berbagai daerah seperti Minahasa, Bolmong, Bitung dan daerah lainnya.

Opo mengaku menerima siapa saja yang mau bergabung dengan kelompok mereka. Opo mengaku adalah korban kapal pamboat yang hilang, lalu akhirnya berhasil diselamatkan. Ia memutuskan tak lagi melaut, dan hidup bergelandangan di Manado.

Ilustrasi pelajar jual diri.
Ilustrasi pelajar jual diri. (SHUTTERSTOCK)

Beberapa dari anggota kelompok laki-laki mengaku menjadi tukang parkir untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Biasanya jadi tukang di Pasar 45. Mereka sering berkumpul berkelompok di Tugu Lilin.

Sementara dari penelusuran tribunmanado.co.id, pada malam hari para anggota kelompok perempuan menjadi PSK, seperti Indi. Uang yang didapat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam kelompok ini rata-rata saling berpasangan. 

Kapolresta: Kami Tangani Masalah Hukumnya

Kapolres Manado Kombes Pol FX Surya Kumara menegaskan, pihaknya siap menindaklanjuti jika ada masalah hukum yang dilakukan oleh para pekerja seks komersial (PSK) yang biasanya nongkrong di Taman Kesatuan Bangsa (TKB).

Penegasan itu diungkapkannya ketika dihubungi tribunmanado.co.id, Selasa (1/5/2018) malam. "Kalau ada permasalahan hukum pasti kami tangani, cuma sampai sekarang belum ada yang mengadu tentang keberadaan mereka," kata dia.

Perwira tiga bunga ini menambahkan, pihaknya juga sering berkoordinasi dengan Dinas Sosial terkait permasalahan ini.

"Mereka ini kan kebanyakan orang-orang yang tidak punya pekerjaan. Nah, itu tugas pemerintah untuk memberi mereka pekerjaan. Kami hanya menangani masalah hukumnya," kata dia.

Mantan Kapolres Minahasa Selatan ini juga meminta masyarakat tidak enggan melaporkan jika ada masalah hukum yang ditemukan oleh kehadiran mereka. "Jika memang meresahkan silahkan dilaporkan," tandasnya. 

Dinsos ‘Menyerah’ Hadapi Gelandangan

Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved