Parlemen Eropa Kritik Makan Daging Anjing, DPRD Sulut: Kita Tak Protes Fertival Telanjang di Pantai
Pasar Beriman Kota Tomohon jadi kontroversi dunia! Parlemen Uni Eropa (UE) asal Jerman mengkritisi perdagangan anjing.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, TOMOHON - Pasar Beriman Kota Tomohon jadi kontroversi dunia! Parlemen Uni Eropa (UE) asal Jerman mengkritisi perdagangan anjing di pasar ekstrem ini. Pemerintah Kota Tomohon berjanji akan menata ulang tapi kukuh mempertahankan kearifan lokal.
Jerman menyoalkan cara menyembelih anjing dan kucing di Pasar Beriman. Cara itu dianggap melanggar prinsip kesejahteraan hewan.
“Secara umum ada latar belakang tradisi budaya yang berbeda antara warga Eropa (UE) dan Minahasa manakala menyikapi persoalan pasar ekstrem yang menjajakan hewan anjing untuk kebutuhan konsumsi”.
Demikian disampaikan Sekretaris Komisi IV DPRD Sulut, Fanny Legoh kepada tribunmanado.co.id, Jumat (20/4/2018).
"Berasal latar belakangan dari kebudayaan masing masing, dari segi moralitas dianggapnya kurang beradab hal sepeti itu, (konsumsi daging anjing)," kata dia.
Tapi tak sepenuhnya bisa dianggap demikian, kata Fanny, tergantung sudut pandang. Orang timur pun akan berpandangan sebaliknya menyikapi hal yang mungkin dianggap biasa di barat. "Sisi pandang setiap orang berbeda. Sebaliknya ada hal negatif lain yang kita pandang dikebudayaan barat," kata dia.
"Apa kita bisa menerima kebiasaan orang barat saat menghadiri festival bertalanjang di pantai," kata dia.
Dari situ, apa kemudian orang timur akan melancarkan protes untuk menghentikan aktivitas semacam itu. "Tentu saja tidak bisa," kata Fanny.
Jika manakala masalah ini kemudian akan mempengaruhi kunjungan pariwisata, Fanny justru tak sependapat. Kunjungan wisata terjadi karena wisatawan menemukan sesuatu yang unik untuk memenuhi rasa penasaran. Hal ini pun dimiliki pasar ekstrem.
"Jangankan pasar ekstrem, saya contohkan di Brazil, pemukiman kumuh pun bisa jadi objek wisata, wisatawan bisa menyaksikan potret kemiskinan dari lokasi itu," ujarnya.
Cap Gomeh pun mempertontonkan kengerian ketika Tang Sin memotong bagian tubuhnya, namun itulah budaya yang ternyata mengundang ketertarikan dari sisi pariwisata. "Sebab itu ini ada sudut pandang yang berbeda, karena perbedaan tradisi budaya," kata dia.
Di Sulut pun tak semua orang suka mengonsumsi daging anjing. Banyak pertimbangan yang membuat orang suka maupun yang tidak suka mengonsumsi.
Wali Kota Tomohon Jimmy Eman melalui Sekretaris Kota Tomohon Harold Lolowang mengatakan, Pemkot Tomohon akan berusaha sebijaksana mungkin untuk menyikapi kritikan Parlemen UE. Namun Lolowang tetap memperhatikan kearifan lokal di Tomohon.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Tomohon Ladys Turang mengatakan, sesuai visi misi dari Wali Kota Jimmy Eman dan Wakil Wali Kota Syerly Adelyn Sompotan, menjadikan Tomohon sebagai kota wisata dunia.
"Kalau saya pribadi melihat ini kayak buah si malakama.
Antara kebiasaan masyarakat Minahasa yang mengonsumsi daging anjing yang sering dipermasalahkan oleh wisatawan,” kata dia. “Kalau kita mau jadi kota wisata dunia memang mungkin ada baiknya diatur lagi," katanya.
Lanjut dia, mungkin yang dipermasalahkan turis soal menyembelih (dipukul) anjing di depan umum. Sebaiknya pedagang menyembelih anjing secara tersembunyi.
"Harus dibicarakan oleh lintas sektor. Kalau larang masyarakat mengonsumsi anjing memang agak tidak mudah dan berat. Harus ditata lebih baik karena Kota Tomohon merupakan kota wisata,” katanya.
Lanjut Turang, jangan sampai turis menilai Tomohon tidak layak dikunjungi lantaran masalah ini. “Agak sedikit antara dua sisi yang sama-sama sulit untuk dipilih," pungkasnya.
Perdagangan daging anjing di pasar ekstrim Tomohon menarik perhatian Parlemen Uni Eropa yang bermarkas di Brussel, Belgia. Anggota Parlemen asal Jerman Stefan Bernhard Eck MEP mengutus Direktur Kesejahteraan Hewan Jerman Sabastian Margenfeld ke Tomohon, Sulawesi Utara pada tanggal 18 hingga 19 April.
Kedatangan Sabastian untuk menyaksikan langsung kondisi pasar ekstrim Tomohon, pasar yang terkenal di Eropa. Hasil amatannya selama dua hari di Tomohon akan ia sampaikan ke parlemen yang mengutusnya.
Sabastian menemukan tiga permasalahan. Pertama soal prinsip kesejahteraan hewan. Kata dia, terjadi penyiksaan anjing dan kucing di pasar ini sebelum mereka dibunuh. Apalagi hewan domestik ini melewati perjalanan panjang yang menyiksa sebelum tiba di pasar.

Selanjutnya permasalahan kesehatan masyarakat, terutama yang berkaitan dengan rabies. Proses transportasi anjing dari satu provinsi ke provinsi lain rawan terjadi penyebaran rabies. Tak ada yang bisa menjadi anjing di pasar ini bebas rabies.
Permasalahan ketiga soal anggapan Tomohon sebagai kota wisata akan tercoreng. Apalagi, menurutnya, di Jerman dan Eropa pada umumnya, keberadaan pasar ekstrim berpengaruh pada pandangan turis. "Apalagi melihat kondisi di mana anjing dan kucing dibiarkan tetap hidup di pasar tersebut," ujarnya.
Sabastian bersama rekannya, didampingi Manajer Program Animal Friends Manado Indonesia Frank Delano Manus bertemu Sekkot Lolowang bersama Kepala Dinas Pariwisata dan Dirut PD Pasar.
Pada pertemuan itu, Sabastian menyampaikan beberapa kemungkin yang bisa menjadi solusi. Pemkot lebih memerhatikan prinsip kesejahteraan hewan.
Kemudian sebisa mungkin tak ada transportasi masuk anjing, kucing dan semua hewan dari daerah lain ke Sulut maupun Tomohon.
Sabastian juga berharap ada kampanye publik agar lebih aware dengan rabies. "Menurut saya itu adalah diskusi yang positif dengan mereka. Mereka terbuka dan memberi perhatian atas apa yang saya sampaikan. Mereka berkata akan menyelesaikan permasalahan itu," ujarnya.
Supit mengapresiasi Pemkot yang sudah ada upaya untuk memperjuangkan prinsip kesejahteraan hewan, yang menjadi kampanye organisasi pecinta hewan dunia, termasuk AFMI.
"Saya sangat mengapresiasi Pemkot Tomohon yang sudah menaruh perhatian soal isu animal welfare ini. Penanganan rabies di Tomohon pun saya kira sudah paling baik untuk Sulut. Vaksin tersedia dan itu gratis," ucapnya.
Sekkot dan Utusan Parlemen UE ke Pasar Beriman
Pemkot Tomohon memberikan perhatian pada isu prinsip kesejahteraan hewan (animal welfare). Apalagi kota ini memiliki pasar ekstrim yang begitu terkenal di dalam maupun luar negeri.
Sekkot Lolowang mengatakan, pemerintah akan memberi edukasi kepada masyarakat soal konsumsi anjing dan kucing, hewan domestik.
Dalam penegasannya, pemerintah bukan melarang penjualan daging anjing di pasar, tapi mengedukasi masyarakat untuk tak memakan hewan peliharaan ini.
Perlahan tapi pasti, Pemkot Tomohon yakin masyarakat akan teredukasi untuk tak mengonsumsi anjing dan kucing.
Pemkot akan merangkul semua pemangku kepentingan agar bersama-sama secara bertahap mengurangi perdagangan daging anjing dalam tempo empat tahun ke depan.
Perwakilan Parlemen Jerman, Sabastian Margenfeld saat pertemuan dengan Pemkot meminta konfirmasi soal penjagalan sadis anjing dan kucing di pasar. Parlemen Jerman menilai penjagalan tersebut terlalu sadis.
"Jadi ada video penjagalan anjing yang begitu sadis di Pasar Tomohon. Kami lalu mengonfirmasi kepada penjual anjing di video tersebut, katanya waktu itu ia dibayar untuk mematikan anjing dengan cara begitu dan si turis merekamnya. Itu yang beredar di luar negeri," ujar Harold, Jumat (20/4/2018).
Pemkot membantah jika pedagang menjagal anjing dengan terlalu sadis seperti di video yang dimaksud. Pemkot pun menata perdagangan anjing di pasar ini. Akan ada pendampingan pada para pedagang untuk menyembelih hewan sesuai aturan yang berlaku.
"Ada aturan bagaimana penjagalan hewan di Pasar Tomohon agar tak melanggar prinsip kesejahteraan hewan. Ada cara yang benar bagaimana menyembelih hewan, termasuk kucing dan anjing," ucap Harold.
Isu rabies juga menjadi konsentrasi Pemkot. Akan ada pengawasan ketat bagi lalu lintas hewan hingga tiba di Pasar Tomohon. Apalagi anjing-anjing yang dijual umumnya dipasok dari luar Sulut.
"Kami akan melakukan upaya koordinasi dengan Pemerintah Provinsi untuk memperketat pengawasan jalur perdagangan anjing yang berasal dari luar Sulut. Di pasar sendiri, ada security, sebagai bagian dari pencegahan penyebaran rabies," ujarnya.
Tomohon telah memiliki Peraturan Daerah Tentang Pengendalian dan Penanggulangan Rabies di Kota Tomohon Nomor 01 Tahun 2017.
Perda ini membahas perdagangan anjing yang merupakan salah satu faktor penyebab penyebaran rabies, serta proses dalam kegiatan perdagangan anjing yang bertentangan dengan ketentuan hukum dalam KUHP Pasal 302.
"Pemkot Tomohon sudah punya Perda Rabies. Di situ juga disentil soal perdagangan daging anjing. Kami dalam upaya agat bagaimana perda ini berjalan sebagaimana mestinya," jelas Harold.
‘Makanan Ekstrem’ sebagai Pelengkap Pertemuan
Prof Dr Ferdinand Kerebungu MSi, Sosiologi FIS Unima menjelaskan, setiap perkumpulan masyarakat Minahasa, ada cerita hangat bahkan, lelucon yang memecah tawa. Di tengah tawa yang membuncah, ada mulut yang tengah mengunyah makanan.
Masyarakat lokal menyebut itu ‘tola-tola’ atau makanan dan minuman pelengkap di setiap kali terjadi pertemuan. Makin banyak ‘tola-tola’, akan makin panjang cerita warga yang biasanya berkumpul itu.
Fenomena itu menjelaskan bagaimana makanan begitu erat dengan sikap kekerabatan warga Minahasa.
Makanan punya daya untuk menarik cerita makin lama. Makan pelan-pelan, kebersamaan akan lebih lama. Makanan ini juga biasanya adalah makanan ekstrem.
Minahasa juga punya budaya berpesta. Masyarakat mengonsumsi segala jenis daging hewan yang dinilai tak lazim bagi masyarakat umumnya. Termasuk anjing, kucing, piton, tikus hutan, kelelawar dan jenis daging lainnya.
Namun hal ini tak terjadi setiap saat. Tak setiap hari orang Minahasa makan daging ekstrem. Tergantung kondisi, namun paling sering jika ada pesta. Itu artinya bukan berarti Minahasa pemakan segalanya.
Bukan, karena hanya pada event tertentu. Terbatas jumlahnya. Bisa disimpulkan kebersamaan dan persaudaraan yang kuat, menyebabkan ketika tak ada pilihan lain untuk dimakan, masyarakat terpaksa memakan itu.
Sekarang masyarakat mulai kurang mengonsumsi daging anjing, kucing dan daging-daging lainnya. Kebiasaan yang mulai berubah, tak seekstrem dulu.
Karena orang mulai sadar dengan kesehatan. Ke depan ketika masyarakat makin menjaga kesehatan, konsumsi makanan jenis ini perlahan hilang. Mungkin nanti masih tertinggal, tapi akan sangat sedikit.
Tinggal warga yang berumur di atas 30 tahun yang masih banyak mengonsumsi daging ekstrem. Warga di bawah 30 tahun mulai berkurang. Selain karena kesadaran akan kesehatan, juga karena menjamurnya tempat makan.
Sekarang banyak tempat nongkrong, banyak kafe. Semua dialihkan ke sana. Minum kopi, makan kue. Makin banyak jenis makanan dari luar. Ini yang membuat kebiasaan makan anjing, kucing dan daging lainnya mulai berkurang.
Melihat perkembangan sosial masyarakat tersebut, tak menutup kemungkinan kebiasaan makan daging tak lazim masyarakat Minahasa nantinya akan hilang. Gejala tersebut mulai terlihat saat ini. (fer/fin/ryo)