Sinyal Bunga The Fed sesuai Ekspektasi: Rupiah Menguat, Begini Prediksi ke Depan
Hari ini rupiah berhasil unggul di hadapan dollar Amerika Serikat (AS). Kepastian mengenai jumlah kenaikan suku bunga
TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Hari ini rupiah berhasil unggul di hadapan dollar Amerika Serikat (AS). Kepastian mengenai jumlah kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserves yang hanya tiga kali tahun ini memberi angin segar bagi mata uang Garuda.
Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah, pada penutupan perdagangan Kamis (22/3) menguat 0,04% ke level Rp 13.755 per dollar AS. Kurs tengah Bank Indonesia mencatat rupiah menguat 0,16% ke level Rp 13.737 per dollar AS.
Sementara, indeks dollar AS melemah 0,3% ke level 89,516. Analis Pasar Uang Bank Mandiri Reny Eka Putri menilai, penguatan rupiah hari ini terjadi sesuai ekspektasi.

"Pasar mulai tenang karena hasil pertemuan FOMC. Nada hawkish Powell selama ini tidak berlanjut seperti yang dibayangkan sebelumnya," ujar Reny.
Menurutnya, The Fed memang belum memiliki alasan kuat untuk mengerek suku bunga hingga empat kali dalam tahun ini. Sebab, tingkat inflasi AS masih melambat secara bulanan.
Februari lalu, inflasi AS tercatat turun dari 0,5% menjadi 0,2%.
Andri Hardianto juga berpendapat, rupiah berpeluang makin kuat jika situasi perang dagang global AS kembali memanas.
"Pasar masih menanti perkembangan kebijakan dagang AS terhadap China. Kalau hasilnya negatif, pasar akan kembali khawatir dan dollar akan tertekan," ujar analis Asia Tradepoint Futures ini (22/3).
Untuk besok, Jumat (23/3), hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia hari ini akan menjadi sentimen.
Menurut Reny, meski hampir dipastikan tidak ada kenaikan suku bunga acuan, pasar tetap menanti pernyataan-pernyataan dalam rapat tersebut.
Dari AS, rilis data klaim pengangguran nanti malam akan memengaruhi gerak rupiah. Angka pengangguran diproyeksi turun 1.000 menjadi 225.000.
Meski begitu, Reny memproyeksi besok rupiah tetap akan lanjut menguat. Ia memperkirakan rupiah bergerak dalam rentang Rp 13.730 - Rp 13.780 per dollar AS.
Sementara, Andri memprediksi rupiah berada di kisaran Rp 13.720 - Rp 13.760 per dollar AS.
Jika bunga acuan BI tak naik, rupiah akan melemah
Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve pada Kamis dini hari tadi (22/3) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin. Tahun ini, Gubernur The Fed Jerome Powell diperkirakan pasar akan menaikkan bunga acuannya sampai tiga sampai empat kali.
Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja memproyeksikan, tahun ini akan ada empat kali kenaikan suku bunga The Fed.

Menurut dia, suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) mau tidak mau harus mengalami kenaikan. Jika tidak, maka nilai tukar rupiah terhadap dollar akan semakin melemah.
Sekadar mengingatkan, sejak krisis finansial, The Fed sudah enam kali menaikkan bunga dan kini berada di range 1,5%-1,75%.
Sedangkan acuan BI, 7-day reverse repo rate bertahan di level 4,25% dalam enam bulan terakhir atau sejak September 2017.
Dengan asumsi BI akan menjaga kurs rupiah terhadap dollar AS, Jahja bilang, cadangan devisa akan terus tergerus.
Akhir Februari 2018, cadangan devisa sudah tergerus 3% menjadi US$ 128 miliar, dari akhir Januari yang sebesar US$ 132 miliar.
Sementara pada periode itu, rupiah melemah 0,97% menjadi Rp 13.751 per dollar AS dari Rp 13.618.
Rupiah terus melemah sejak pasar menantikan kenaikan bunga The Fed lantaran investor mengakumulasi dollar AS.
Tren pelemahan rupiah masih berlangsung sampai 8 Maret lalu sempat menyentuh Rp 13.816 per dollar AS.
Jelang sore ini, pukul 14:41 WIB, rate dollar AS/rupiah di level 13.744.
Rupiah menguat di tengah kenaikan suku bunga AS
Rupiah bergerak mengungguli dollar AS pada perdagangan Kamis (22/3) pagi. Mata uang Garuda menguat meski The Federal Reserves memutuskan menaikkan suku bunga acuan.
Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah menguat 20 poin atau setara 0,15% ke level Rp 13.741 per dollar AS pukul 09.26 WIB.
Sejak awal pekan, rupiah bergerak volatil lantaran mengantisipasi hasil pertemuan pejabat The Fed yang membahas suku bunga. Namun, di sisi lain, otot dollar AS juga mengendur, karena ada kekhawatiran terkait potensi perang dagang.

Hari ini, indeks dollar spot bahkan diperdagangkan turun ke level 89,51 dari posisi kemarin di 89,78.
Mata uang Paman Sam melemah, meski bank sentral AS menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada Rabu waktu setempat.
Dugaan pasar akan adanya kenaikan bunga yang agresif kini sirna, setelah pejabat The Fed menyatakan tahun ini hanya akan terjadi tiga kali kenaikan suku bunga.
Penguatan rupiah seirama dengan mayoritas mata uang kawasan Asia. Won Korea, ringgit Malaysia, yen Jepang, dollar Taiwan, hingga dollar Singapura berhasil mengungguli greenback.
Hanya, dollar Filipina, rupee India, dan baht Thailand yang melemah terhadap mata uang Paman Sam.
Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Ahmad Mikail memprediksi, penguatan rupiah bisa berlanjut hingga penutupan hari ini.
Penyebabnya, dollar AS diperkirakan akan melemah terhadap sejumlah mata uang utama dunia, lantaran The Fed tidak akan menaikkan suku bunga sebanyak empat kali pada tahun ini.
Rupiah juga menguat seiring terbatasnya kenaikan yield US Treasury pasca-kenaikan tingkat suku bunga AS. Hal ini menunjukkan bahwa investor melihat peluang kenaikan tingkat suku bunga hanya sebesar tiga kali di tahun ini sudah cukup besar.
"Kemungkinan masuknya kembali investor asing ke pasar obligasi cukup besar dan bisa mendorong penguatan rupiah," kata Ahmad dalam riset, hari ini.
Ahmad memproyeksikan rupiah hari ini bergerak di rentang Rp 13.700 per dollar AS hingga Rp 13.750 per dollar AS.
Volatilitas rupiah teredam
Sesuai ekspetasi, suku bunga bank sentral Amerika Serikat dikerek sebesar 25 basis poin (bps) pada Rabu (21/3) kemarin.
Selain itu, The Fed juga mengeluarkan dot plot yang menunjukkan ekspektasi Fed terhadap arah suku bunga pada tahun ini dan tahun depan.
“Melihat dari dot plot yang dirilis Fed, sebagian besar anggota FOMC tetap memperkirakan bahwa kenaikan suku bunga AS tahun ini sebesar 75 bps,” ujar pengamat ekonomi Bank Permata Joshua Pardede saat di hubungi Kontan.co.id, Kamis (22/3).
Joshua menilai, dot plot yang dirilis The Fed akan menyebabkan volatilias pada rupiah akan menurun. Sebab, tingkat ketidakpastian di pasar juga menurun.
Menurut catatannya, rupiah pada pembukaan perdagangan hari ini cenderung menguat ke level Rp 13.735 per dollar di tengah pelemahan indeks dollar yang menunjukkan kinerja dollar AS terhadap mata uang utama pasca keputusan Fed.
“Penguatan rupiah pada hari ini juga ditopang oleh ekspektasi suku bunga acuan BI yang diperkirakan akan dipertahankan di level 4,25% merespon keputusan Fed,” tambahnya. *