Sinyal Bunga The Fed sesuai Ekspektasi: Rupiah Menguat, Begini Prediksi ke Depan
Hari ini rupiah berhasil unggul di hadapan dollar Amerika Serikat (AS). Kepastian mengenai jumlah kenaikan suku bunga
Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja memproyeksikan, tahun ini akan ada empat kali kenaikan suku bunga The Fed.

Menurut dia, suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) mau tidak mau harus mengalami kenaikan. Jika tidak, maka nilai tukar rupiah terhadap dollar akan semakin melemah.
Sekadar mengingatkan, sejak krisis finansial, The Fed sudah enam kali menaikkan bunga dan kini berada di range 1,5%-1,75%.
Sedangkan acuan BI, 7-day reverse repo rate bertahan di level 4,25% dalam enam bulan terakhir atau sejak September 2017.
Dengan asumsi BI akan menjaga kurs rupiah terhadap dollar AS, Jahja bilang, cadangan devisa akan terus tergerus.
Akhir Februari 2018, cadangan devisa sudah tergerus 3% menjadi US$ 128 miliar, dari akhir Januari yang sebesar US$ 132 miliar.
Sementara pada periode itu, rupiah melemah 0,97% menjadi Rp 13.751 per dollar AS dari Rp 13.618.
Rupiah terus melemah sejak pasar menantikan kenaikan bunga The Fed lantaran investor mengakumulasi dollar AS.
Tren pelemahan rupiah masih berlangsung sampai 8 Maret lalu sempat menyentuh Rp 13.816 per dollar AS.
Jelang sore ini, pukul 14:41 WIB, rate dollar AS/rupiah di level 13.744.
Rupiah menguat di tengah kenaikan suku bunga AS
Rupiah bergerak mengungguli dollar AS pada perdagangan Kamis (22/3) pagi. Mata uang Garuda menguat meski The Federal Reserves memutuskan menaikkan suku bunga acuan.
Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah menguat 20 poin atau setara 0,15% ke level Rp 13.741 per dollar AS pukul 09.26 WIB.
Sejak awal pekan, rupiah bergerak volatil lantaran mengantisipasi hasil pertemuan pejabat The Fed yang membahas suku bunga. Namun, di sisi lain, otot dollar AS juga mengendur, karena ada kekhawatiran terkait potensi perang dagang.

Hari ini, indeks dollar spot bahkan diperdagangkan turun ke level 89,51 dari posisi kemarin di 89,78.