Banyak di Indonesia, Siapa Sangka Harga Daun Pisang di Jepang Semahal ini, Bisa Kaya Mendadak
Untuk itu kita perlu berbangga hati dan bergembira bisa mendapatkan daun pisang dengan cuma-cuma.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Di Indonesia, daun pisang sangat mudah ditemukan.
Untuk itu, banyak kuliner Nusantara yang menggunakan daun pisang sebagai pembungkusnya.
Bukan hanya itu, daun pisang juga bisa digunakan sebagai pengganti piring untuk makan.
Katanya, makanan akan jadi lebih enak karena aroma daun pisang yang sedap.
Untuk itu kita perlu berbangga hati dan bergembira bisa mendapatkan daun pisang dengan cuma-cuma.
Coba bayangkan kalau kita tinggal di Jepang.
Pasalnya, selembar daun pisang di Jepang bisa mencapai angka ratusan ribu rupiah!

Wah, mahal banget, ya?
Memangnya apa keistimewaan daun pisang tersebut?
Hanya Tumbuh di Wilayah Okinawa
Adalah Ryuuka Shoji, sang penjual daun pisang yang menjualnya di situs jual beli Amazon.
Layaknya benda, Ryuuka menulis lengkap detail daun pisang mulai dari harga sampai panjang daunnya.
Satu lembar daun pisang dijualnya dengan harga 2.280 yen atau setara dengan Rp 273.000!
Tapi kalau membeli dalam jumlah banyak, Ryuuka akan memberikan diskon.
3 lembar daun pisang harganya adalah 3.700 yen atau sekitar Rp 444.000 dan 5 lembar daun pisang dihargai 5.700 yen atau Rp 684.000.
Berita ini sebelumnya telah dipublikasikan di Sajian Sedap dengan judul Di Jepang, Daun Pisang Dijual Seharga Rp 273 Ribu, Apa Istimewanya?
Jepang terkenal sebagai negara yang cerdas teknologi dan memiliki basis pengguna smartphone yang besar.
Namun menariknya, kebiasaan orang Jepang saat menggunakan smartphone sangat berbeda bila dibandingkan dengan negara lainnya.
Sebab, negara yang dijuluki Matahari Terbit ini masih sangat memegang teguh budayanya.
Inilah 3 kebiasaan mengejutkan orang Jepang saat gunakan smartphone dilansir dari jpninfo.com.
1. Tidak menerima panggilan ketika berada di angkutan umum
Jika Anda baru pertama kali mengujungi Jepang atau pengunjung tidak mengenal sistem transportasi di sini, maka mungkin Anda akan terkejut dengan fakta bahwa orang Jepang menghindari menerima panggilan telepon di kereta, bus, dan sarana transportasi lainnya.
Mereka lebih memilih memperhatikan lingkungan sekitar dan berhati-hati untuk menimbulkan ketidaknyamanan bagi orang lain dengan cara apapun.
Mereka sangat ingin menjaga kesopanan, etiket, dan privasi di Jepang.
2. Menggunakan earphone atau headphone saat berada di tempat umum
Jika Anda pergi ke negara lain di Asia atau Amerika, Anda akan melihat orang-orang berbicara menggunakan smartphone dengan suara tanpa earphone atau headphone.
Tapi jika Anda berjalan menyusuri jalan-jalan di Jepang, Anda akan jarang melihat seseorang tanpa earphone atau headphone.
Hanya saja hal ini juga jarang dilakukan sebab sebagian besar pengguna smartphone Jepang menahan diri untuk tidak menggunakan smartphone saat sedang berjalan.
3. Tidak menggunakan smartphone di kantor
Seperti yang mungkin sudah Anda ketahui, perusahaan Jepang sangat mementingkan etika kerja seperti ketekunan.
Jadi mereka tidak seharusnya membuang waktu dengan bermain smartphone dan hanya melakukan tugas yang ditugaskan dengan kerja keras dan semangat.
Namun, jika Anda ingin menggunakan telepon Anda, Anda bisa meminta izin ke luar sebentar. (*)
(Intisari.grid.id/Mentari Desiani Pramudita)
Pertama dalam Sejarah, Coca-Cola Bakal Meluncurkan Coke Beralkohol
Lupakan tentang memesan rum dan coke, karena sebentar lagi kamu bisa memesan minuman beralkohol dari Coca-Cola.
Dilansir Tribunmanado.co.id dari laman Metro.co.uk, Kamis (8/3/2018), belum yakin apakah pada umumnya ada permintaan yang besar untuk itu, namun perusahaan minuman ringan tersebut menganggap ini adalah saat yang tepat untuk berpisah dari tradisi 125 tahunnya untuk memasok barang-barang berkarbonasi.
Ini akan menjadi pertama kalinya merek tersebut bereksperimen dengan minuman dewasa dan mengikuti popularitas alcopops Jepang (minuman beraroma dengan kandungan alkohol rendah).
Dikenal sebagai Chu-Hi, minuman beralkohol rendah sangat populer di Jepang dan tersedia di mesin penjual otomatis, yang bisa menjelaskan mengapa Coca-Cola mencoba masuk ke pasaran.
Rencana tersebut diungkapkan oleh Jorge Garduno, presiden Coca-Cola di Jepang tersebut, di situs web tersebut.
"Kami belum pernah bereksperimen dalam kategori rendah alkohol, tapi ini adalah contoh bagaimana kami terus mengeksplorasi peluang di luar area inti kami. Coca-Cola selalu berfokus sepenuhnya pada minuman no-alkohol, dan ini adalah eksperimen sederhana untuk sepotong pasar kami yang spesifik," katanya.
Kaleng Chu-Hi biasanya dengan spirit putih suling yang dicampur dengan air berkarbonasi dan penyedap rasa, mengandung antara 3% dan 8% volume alkohol.
Mereka sudah tersedia dalam berbagai rasa buah termasuk apel hijau, lemon-lim, dan peach, serta plum.
Tapi karena mereka mendapatkan yang terbaik, coke alkoholtidak mungkin tersedia di luar Jepang. (metro.co.uk)