Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kapolresta Ikut Misa Imlek Bersama Kapolda Sulut, Penjelasan Umat Katolik Turut Merayakannya

Kapolresta Manado Kombes Pol FX Surya Kumara mengikuti Misa Imlek yang dilaksanakan Paroki Santo Ignatius Manado, Sulawesi Utara, Sabtu (17/2/201...

Penulis: Handhika Dawangi | Editor: Alexander Pattyranie
ISTIMEWA
Misa Imlek di St Ignatius Manado. 

Ketiga, Gereja Katolik bukan hanya ikut merayakan Imlek tetapi juga mau mengangkat nilai-nilai luhur yang dikandungnya yang sejalan dengan azas ajaran kristiani.

Misalnya, perayaan syukur diangkat dalam tingkatan sakramen ekaristi yang adalah eucharestia, perayaan ucapan syukur kepada Tuhan.

Bersyukur tidak hanya di restoran, di pantai, dengan plesir dan pesta pora tetapi dalam ekaristi di gereja.

Gereja mau menanamkan pentingnya pengharapan, lewat simbol musim semi; Kristuslah musim semi Gereja dan dunia, yang membawa harapan baru; Ia adalah tunas harapan, tunas kesejahteraan dan keselamatan.

Selanjutnya, perayaan keluarga, menjadi kesempatan meningkatkan hormat dan kepatuhan kepada orang tua, saling hormat dan support satu sama lain sebagai anggota keluarga.

Berbagi berkat dan rahmat, bukan saja melalui angpau tetapi juga melalui berkat/hadiah rohani berupa pesan-pesan Kitab Suci, teladan-teladan dan keutamaan-keutamaan kehidupan yang positif, serta kesediaan berbagi berkat dengan mereka yang lebih membutuhkan.

Beberapa hal yang khas dalam misa imlek ialah, imam dan petugas-petugas liturgi menggunakan pakaian liturgis berwarna dasar merah serta aksesoris khas yang sederhana.

Bacaan Kitab Suci dibawakan dalam bahasa Mandarin dengan terjemahan bahasa Indonesia.

Lagu-lagu rohani yang bernuansa Tionghoa yang cocok dengan kaidah liturgi, bisa digunakan.

Begitu pula, hiasan panti imam dan gereja, sedikit ditandai aksesoris imlek seperti lampion, yang menjadi symbol lilin, terang dunia, dan pohon Mei Hwa sebagai pohon kehidupan, pohon pengharapan, pohon rahmat dan rejeki.

Gereja katolik berhati-hati dalam penggunaan aksesoris atau ritual imlek lainnya di dalam gereja, seperti penggunaan tarian Liong dan Barongsai, sebab dalam liturgi, di dalam misa, umat datang menghadap Tuhan, bukan untuk menikmati show atau pertunjukan.

Liturgi bukanlah tontonan atau pertunjukan, melainkan ibadah.

Kekhususan yang unik adalah pemberkatan jeruk yang kemudian dibagi-bagikan kepada umat di akhir misa, disertai ‘angpau Sabda’ di mana di setiap amplop merah diselipkan 1 ayat dari Kitab Suci yang kiranya menjadi ‘santapan rohani’ atau kiranya menjadi ‘bekal’ tahun baru bagi yang mendapatkannya.

Misa Imlek 2018 di Gereja St Ignatius Manado dipersembahkan untuk umat katolik keturunan Tionghoa maupun bagi siapa saja yang ingin merayakannya tanpa kecuali.

Bahkan, terbuka juga bagi saudara-saudari lain yang tidak beragama katolik, yang ingin merayakan syukur dan permohonan berkat mereka.

Sumber: Tribun Manado
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved