Rinto Taroreh Sepuluh Tahun Selamatkan Situs Minahasa Dengan Usaha Sendiri
Tonaas Rinto Taroreh, budayawan muda Minahasa yang selama ini mendedikasikan dirinya untuk penyelamatan situs bersejarah
Penulis: Finneke | Editor:
Laporan Wartawan Tribun Manado Finneke Wolajan
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Tonaas Rinto Taroreh, budayawan muda Minahasa yang selama ini mendedikasikan dirinya untuk penyelamatan situs bersejarah.
Sudah ada sepuluh tahun lebih, Rinto mengatur situs-situs berupa waruga yang telah rusak, baik sengaja maupun tak sengaja. Sebagai orang adat, ia pun rela mengeluarkan dana pribadinya untuk menyelamarkan warisan leluhur ini.
"Saya mengajak teman-teman yang umumnya anak-anak muda untuk sama-sama bergerak. Kalau bukan kita, siapa lagi," ujarnya saat diwawancarai Tribun, Minggu (4/2) malam lewat telepon genggam.
Rinto menceritakan pengalamannya, pada sekitar tahun 2014 - 2015, ia menyelamatkan waruga di Amurang. Saat itu pemerintah sendiri yang merusaknya.
"Dengan alasan jadi tempat sesat. Waruga yang dihancurkan lalu dibuang di Nonapan, Bolmong. Lalu kami ambil di sana dan sedikit bikin aksi di kantor bupati," kenangnya.
Baru-baru ini, Rinto dan rekan penggiat adat lainnya mengatur kembali situs Maklentuai di Airmadidi Bawah, Minahasa Utara. Situs ini rusak karena pembangunan tol Manado - Bitung.
"Waruga sudah hancur. Kami kumpul dan atur kembali pada tempatnya. Tidak pindah, sekalipun ada tol di pinggir situ," tuturnya.
Tahun lalu, waruga yang berada di tanah adat tersisa dua seantero Minahasa. Namun pembangunan Bendungan Kuwil telah merusaknya. Waruga Kinangkoan Kawangkoan awalnya tanah adat, tapi tiba-tiba jadi milik pribadi.
"Otomatis ada ganti rugi di situ. Tahun lalu saya tentang mati-matian itu. Karena waruga itu pada tahun 2012 saya dan petua kampung mengaturnya. Beliau sudah meninggal, almarhum Rotinsulu," ucapnya.
Tahun ini 2018 sasarannya Waruga di Pinandeyan di Kuwil Kalawat. "Saya lihat lokasi waruga sudah dianggarkan untuk pembangunan," ucapnya.
Rinto mengatakan harus bijak soal situs budaya ini. Ada yang boleh pindah ada yang tidak. Idealnya sebagai orang ada, kitalah yang paling bertanggung jawab untuk itu.
"Kalai serahkan ke pemerintah tak masuk akal. Bagaimana warisan leluhur, lalu menyuruh orang di luar kampung yang jaga," jelasnya.