Beri Pelayan Restoran Tip $ 2 Ribu, Ada Alasan Inspiratif Ini Dibalik Aksinya
Seorang ibu tunggal dari dua anak, XYW menangis saat shift malam di sebuah restoran baru-baru ini.
Penulis: | Editor:
TRIBUNMANADO.CO.ID - Seorang ibu tunggal dari dua anak, XYW menangis saat shift malam di sebuah restoran baru-baru ini.
Hal ini menari kembali menarik perhatian warganet.
Wanita kelahiran Penang ini tiba di Singapura 10 tahun yang lalu dan telah berjuang untuk memenuhi kebutuhan sejak perceraiannya di tahun 2012.
"Mantan suami saya, seorang warga Singapura, meninggalkan saya untuk wanita dari Cina," kata wanita ini seperti dikutip dari laman Stomp.
Wanita berusia 37 tahun ini melakukan pekerjaan serabutan seperti membersihkan rumah, mencuci pakaian di siang hari, sementara malam-malamnya dihabiskan untuk bekerja keras sebagai pegawai full time di sebuah restoran steamboat di Katong.
Wanita ini menolak untuk diidentifikasi karena kekhawatiran kehilangan pekerjaannya.
"Karena saya adalah residen tetap, saya mendapat sedikit subsidi. Gaji saya dari restoran $700 , sementara saya mendapat $50 untuk setiap rumah yang saya bersihkan. Terkadang, saya harus membersihkan 20 rumah sebulan," tuturnya.
Terlepas dari kerja kerasnya, XYW telah mengalami kesulitan sangat parah karena biaya sekolah anak-anaknya sudah terlambat dan dia kekurangan dana.
Tapi tip uang tunai sebesar $ 2 ribu dari pelanggan biasa membantunya mengatasi krisis.
XYW awalnya mengira uang ekstra itu adalah 'kesalahan' karena tagihan pelanggan hanya $66, tapi menangis karena menyadai kebenarannya.
Pelanggan yang memberikan tip itu diketahui bernama Atwell Tay.
Ketika diwawancarai media, Atwell Tay mengatakan , yang dilakukannya adalah sebuah keharusan, karena keluarganya juga ada dalam bisnis kuliner.
"Jadi saya tahu betapa sulitnya industri ini, setelah membanty ayah saya di dapur sebelumnya. Ini membutuhkan banyak energi dan bisa menjadi sangat menengangkan," kta dia.
Tay mengatakan, wanita yang dibantunya tersebut seorang yang pekerja keras, dan ini adalah kualitas yang sulit ditemukan di Singapura saat ini.
"Saya menghargai dan terkesan oleh orang-orang yang bekerja keras daripada mengulurkan tangan mereka untuk meminta uang," ujar pria 32 tahun ini.