Ekspor Pakai Kapal Roro Mahal!
‑Kehadiran Kapal Rol On Rol Off (Roro) dengan rute Manado, Davao, General Santos yang pengoperasiannya oleh Presiden Joko Widodo dan Presiden Filipina
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Andrew_Pattymahu
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO ‑Kehadiran Kapal Rol On Rol Off (Roro) dengan rute Manado, Davao, General Santos yang pengoperasiannya oleh Presiden Joko Widodo dan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte belum menarik pengusaha Sulawesi Utara (Sulut) untuk memanfaatkan dengan melakukan ekspor ke Filipina bagian selatan.
Imbasnya kapal berkapasitas 500 kontainer ini belum merapat kembali ke Pelabuhan Samudera Bitung.
Ivanry Mattu, Wakil Ketua Kadin Sulawesi Utara (Sulut) mengaku, pihaknya belum pernah melakukan ekspor karena biayanya cukup mahal."Kalau tidak salah saya dapat info sekitaran 800-1000 dollar AS per kontainer," ujarnya, Minggu, (17/9).
Ivanry menegaskan, dengan harga itu pembayarannya sudah sama dengan ke Surabaya atau Jakarta. Padahal keberadaan Kapal Roro ini bertujuan memotong jalur distribusi (sistem logistik) yang cukup tinggi di Indonesia."Sebagai pengusaha wajar ada kalkulasi ekonomi untung rugi,'' ujarnya.
Selain itu, menurut dia pelaku industri di Bitung pun masih berhitung jika menggunakan Kapal Roro.
Diakuinya, harusnya keberadaan kapal ini menguntungkan Sulut.Karena harusnya ini menguntungkan Sulut Karena untuk ekspor ke Jepang dan Tiongkok tidak perlu lagi ke Surabaya atau Jakarta, tapi bisa pakai jalur Davao."Selain waktu lebih pendek, harusnya biaya lebih kecil," ujarnya.
Hanya memang dengan berhentinya Kapal Roro beroperasi merupakan kerugian bagi Sulut. Karena membuka rute Kapal Roro yang melayani Davao-Bitung tidak mudah. Prosesnya sudah lama dan baru terealisasi tahun ini.
"Kami memberikan apresiaisi kepada Presiden, seharusnya ini menjadi peluang juga bagi UKM untuk ekspor, selain pelaku industri ekspor yang memanfaatkan jalur ini, '' ujarnya.
Berlanjutnya jalur ini nanti butuh keseriusan pemerintah melalui instansi terkait, TNI, Polri, bea cukai dan privat sector.
Selain itu, perlu ada kajian secara komprhensif tentang pembukaan jalur ini jangan sampai juga Sulut yang dirugikan. "Saya berharap pembukaan jalur ini menguntungkan semua pihak baik antar negara tetapi yang utama harus masyarakat Sulut," katanya.
Belajar dari Batam‑Singapura yang menjadi jalur ekonomi Asia‑Eropa, seharusnya Sulut‑Davao ini menjadi lintas ekonomi untuk area Asia‑Pasifik hingga Amerika.
Selain itu, satu di antara kendala adalah beban operational Roro tidak seimbang, pengeluaran terlalu besar, karena kapal yang dipakai terlalu besar, seharusnya di awal jangan dulu pakai yang besar. Sulut belum bisa penuhi kapasitas tersebut, sebaliknya justru jangan‑jangan kita akan dibanjiri produk impor, ini juga perlu diwaspadai.
Kendala yang lain soal keamanan perbatasan yang diduga akan menjadi jalur oknum pelaku terorisme, seharusnya ini tidak perlu dihkawatirkan yg penting pengawasan diperketat, para Petugas harus punya integritas dan berkompeten."Jadi Roro yang dipakai jangan hanya untuk kontainer tapi pakai juga passenger," katanya.
Kapal Barang Sandar
Meski pengoperasian Kapal Roro masih tersendat, ini tak menyurutkan Gubernur Sulut, Olly Dondokambey untuk membuka celah masuknya kapal barang ke Pelabuhan Samudera Bitung.