Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kapal Roro Bitung-General Santos-Davao Tak Muncul Lagi, Pengusaha Kecewa

Baru beberapa bulan lalu Presiden Filipina Rodrigo Duterte didampingi Presiden Jokowi meresmikan Pelayaran Perdana Kapal Roll on roll off

Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Andrew_Pattymahu
TRIBUNMANADO/CHRISTIAN WAYONGKERE
Peluncuran Kapal RoRo beberapa waktu lalu 

 

TRIBUNMANADO.CO.ID, BITUNG‑Baru beberapa bulan lalu Presiden Filipina Rodrigo Duterte didampingi Presiden Jokowi meresmikan Pelayaran Perdana Kapal Roll on roll off (Roro) menghubungkan Bitung‑General Santos‑Davao, tepatnya 30 April 2017 lalu.

Kapal milik Asian Transport Marine Corporation  yang digadang-gadang menjadi kapal ekspor berbagai komoditi Indonesia--khususnya Sulut-- ke Filipina cuma tinggal cerita. Kapal yang direncanakan akan beroperasi dua kali dalam sebulan itu hanya beroperasi satu kali dan saat ini terhenti.

Saat pelayaran perdana 2 Mei 2017 lalu, kapal MV Super Shutle Ro‑Ro 12 itu tiba di Sulut dan  disambut bak raja di Pelabuhan Bitung. Namun setelah itu, kapal yang mampu mengangkut 500 kontaner tersebut tak pernah muncul lagi sejak 2 Mei.

Padahal, kapal direncanakan sandar dua bulan sekali.

Kontras dengan segala kemeriahan itu, lima bulan kemudian, tepatnya pertengahan September, terlihat ratusan kontainer Kapal Roro malah teronggok di Pelabuhan Bitung.

Kontainer berwarna biru bertuliskan super shuttle itu parkir di sisi kiri terminal kapal penumpang.

Dari tampilannya, ratusan kontainer itu masih baru. Warnanya mengkilap. Beberapa kontainer terlihat mulai berkarat.

Terhentinya operasi Roro tersebut berdampak terhadap pengusaha di Sulut. Sebelumnya dikabarkan sejumlah komoditi seperti kelapa dan lainnya siap diekspor ke Filipina  melalui rute cepat Bitung-General Santos-Davao.

"Wah sudah berpikir ekspansi ke Filipina tapi ternyata kapalnya belum jalan," kata Ray seorang pengusaha rumah adat.

Kegagalan itu membuat Ray batal ekspansi ke Filipina.

Ia pun saat ini terpaksa hanya mengandalkan ekspor ke eropa yang memakan banyak biaya.

"Padahal Filipina adalah peluang baru, lebih dekat, lebih murah ke sana hingga biaya operasional tak terlalu tinggi," kata dia.

Sementara itu Syam Panai, Ketua Asosiasi Logistik Forwarder Sulut (ALFI) mengungkapkan,  belum terhentinya operasi Roro Davao - Genaral Santos ‑Bitung membuat pengusaha terpaksa memilih rute lama Bitung ‑Jakarta ‑Filipina untuk membawa produknya ke Filipina.

"Mereka kecewa karena dibilang rute harapan, hanya tiga hari dari Davao ke Bitung, tapi nyatanya pengusaha tetap pada rute

Halaman
12
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved