Uskup Rolly Canangkan 150 Tahun Masuknya Kembali Gereja Katolik di Wilayah Keuskupan Manado
Pemukulan Tetengkoren dan pelepasan 63 balon ke udara lambang 63 paroki di Keuskupan Manado menjadi bagian dicanangkannya perayaan 150 tahun masuknya
Penulis: | Editor: Andrew_Pattymahu
TRIBUNMANADO.CO.ID-Pemukulan Tetengkoren dan pelepasan 63 balon ke udara lambang 63 paroki di Keuskupan Manado menjadi bagian dicanangkannya perayaan 150 tahun masuknya kembali Gereja Katolik di Keuskupan Manado.
Uskup Manado, Mgr. Benedictus Estephanus Rolly Untu MSC yang melakukan pemukulan Tetengkoren dan pelepasan balon itu.
Pencanangan yang ditandai juga pembukaan selubung baliho pencanangan itu membuat suasana pagi Rabu (14/9) bertepatan dengan Pesta Salib Suci dalam Gereja Katolik itu sangat meriah karena dibuat di Tugu pembabtisan 66 orang oleh Pastor De Vries SJ di Stasi Santo Fransiskus Xaverius Kema Paroki Santo Paulus Lembean 149 tahun lalu di tanggal yang sama.
Mulanya Gereja Katolik sudah hadir tahun 1500-an sebagai Gereja Kristiani mula-mula di wilayah yang sekarang masuk Keuskupan Manado ini.
Yang paling terkenal ialah pembabtisan oleh Pater Diogo de Magelhaes (1563). VOC lalu datang menghambat, mengusir para misionaris dan Katolik hilang jejaknya semenjak hadirnya Benteng Amsterdam tahun 1666. Lalu Gereja Katolik masuk kembali 149 tahun lalu.
Pemukulan Tetengkoren dan pelepasan balon ini merupakan bagian akhir dari rangkaian acara dari pukul 05.30 pagi.
Mulai pagi umat berjalan kaki dari dua arah yaitu dari Stasi Lansot di Selatan dan Tontalete di Barat. Umat Tontalete mendapatkan kehormatan membawa salib yang dipakai napak tilas pada perayaan 125 tahun masuknya kembali Gereja Katolik di Keuskupan Manado walau kedua rombongan umat membawa salib dan obor.
Uskup Rolly tiba sebelum salib tiba di Kema. Setelah tiba diadakan doa dan penghormatan salib. Uskup mengatakan dengan Salib Suci umat diharapkan mampu memikul salib dalam hidup sehari-hari. Saat itu, ia mengajak semuanya bersyukur atas Pesta Salib Suci dan masuknya kembali Gereja Katolik melalui stasi Kema.
Camat Kema Alprest Pusungla'la mengatakan kegiatan ini baik di tengah banyaknya berita hoax dan kelompok pemecah belah seperti Saracen. Ia ingin umat Katolik dapat bekerjasama dengan baik menyukseskan acara pemerintah.
Uskup Rolly dalam sambutannya mengatakan salib yang dipakai berarak ialah salib yang dipakai 25 tahun lalu. Saat itu ada pencanangan 125 tahun masuknya kembali Gereja Katolik di Keuskupan Manado. Ia mengulang kata-kata Uskup emeritus Suwatan 25 tahun lalu.
"Ini bagus untuk agionarmento (perubahan) untuk melihat sejarah, mawas diri untuk melihat masa kini dan menata diri untuk masa depan," katanya.
Uskup Rolly mengatakan peristiwa ini sudah diikuti tiga peristiwa penting. Pertama, musyawarah pastoral tahun 1993 yaitu 6 September sampai 11 September 1993. Kedua, Sinode Keuskupan Manado tahun 2000 yaitu 17 sampai 22 Oktober 2000. Ketiga, lokakarya rencana strategis 2012 sampai 2016. Itu setelah perayaan 50 tahun hierarki Gereja Katolik Keuskupan Manado. Selain masuknya kembali, Gereja Katolik juga merayakan terbentuknya hirarki.
Hal lain yang patut direnungkan ialah pertumbuhan panggilan diosesan. Dalam 161 tahbisan uskup Suwatan ada 91 imam diosesan.
"Pemekaran paroki juga sudah banyak dibuat seiring perkembangan wilayah pemerintahan. Juga ada fungsi koordinasi dengan hadirnya kevikepan," katanya.
Uskup juga mengatakan tentang kehadiran tarekat baru. Kategorial seperti KBK, WK, OMK, remaja dan yang juga terlibat dengan rupa-rupa cara.
Indonesian Youth Day (IYD) atau Pertemuan Orang Muda Katolik se-Indonesia 1 sampai 6 Oktober 2016 juga disebutkannya. Begitu pula tahbisan uskup 8 Juli 2017 setelah tahbisan terakhir 27 tahun lalu.
"Saya ingin semua menyambung cerita ini. Menyambung kisah untuk mengenang dan merefleksikan perjalanan Gereja," ujarnya.
Setelah itu, ada pembacaan sejarah oleh ketua dewan stasi Kema Julita Juike Karuntu. Ketua dewan paroki Lembean Piet Luntungan mengucapkan terima kasih di akhir acara. (dma)