Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Mertolulut Sang Algojo Pada Masa Keraton Mataram, Begini Kisahnya

Seorang anggota komunitas Kerabat Keliling Jogja (KKJ) pekan lalu memposting foto sangat lawas, sebuah adegan di lingkungan dalam tembok Keraton Yogya

Editor: Andrew_Pattymahu
ist/ Kasian Cephas
Sosok yang diyakini sebagai Mertolulut (lingkaran merah) 

Lokasi tugas Mertolulut dan Singonegoro itu masih bisa disaksikan hingga hari ini. Ada dua rumah kecil dilengkapi dua patung manusia mengenakan pakaian adat Jawa untuk golongan abdi dalem.

Kedua patung hampir seukuran manusia sungguhan itu mencitrakan sosok Mertolulut dan Singonegoro. Satu berkumis agak bapang ini Mertolulut, satunya klimis itulah citra Singonegoro.

Setiap pemandu wisata yang bertugas akan mengajak para pengunjung yang dibimbingnya berhenti di lokasi ini, dan menceritakan pada mereka siapa Mertolulut dan Singonegoro, dua algojo kerajaan ini.

Kraton_0208 (Tribun Jogja/ Setya Krisna Sumargo)
Sedangkan lokasi eksekusi menurut Daliman, dulu dilakukan di Alun-alun Utara Keraton Yogyakarta. Biasanya di antara dua pohon beringin yang ada di tengah lapangan luas itu.

"Kalau pengadilannya ya di Bangsal Ponconiti di Kemandungan Lor," imbuh Daliman. Dinamai Ponconiti karena maknanya ponco itu lima, niti itu hal atau masalah.

Jadi umumnya ada lima hal atau perkara yang biasanya diselesaikan proses hukumnya di bangsal ini. Lima hal itu menyangkut pelanggaran mabuk, madat, madon,  mencuri, dan membunuh.

Sesudah hukuman dijatuhkan pengadilan, Mertolulut dan Singonegoro dipanggil untuk mengeksekusi hukumannya atas perintah raja.

"Prosedurnya para algojo ini ya ditutup wajahnya, kemudian eksekusi disaksikan banyak orang," ujar Mada Karisma menggambarkan proses eksekusi pada masa silam.

Kadang terhukum dipamerkan beberapa lama di ruang terbuka agar selain publik mengetahui, juga supaya efek takut dan patuh terbangun sesudahnya.

Supriyanto, pemandu turis yang biasa bertugas di Pagelaran dan Sitihinggil mengaku hapal dengan versi cerita sejarah Mertolulut dan Singonegoro. "Ini potongan cerita yang wajib disampaikan ke turis sebelum naik Sitihinggil," katanya.

Mertolutut 3 (Tribun Jogja/ Setya Krisna Sumargo)
Postingan Mada Karisma di akun FB komunitas KKJ memantik rasa ingin tahu sejumlah warganet. Sebagian takjub atas cerita singkat itu dan ingin mendapatkan kisahnya lebih lengkap.

Ada juga yang menginformasikan, para algojo Yang dijuluki Mertolulut dan Singonegoro itu dulu ditempatkan di wilayah khusus bersama keluarganya di luar tembok keraton.

Sekarang jejak Mertolulut memang diyakni masih terangkai dengan keberadaan Kampung Mertolulutan di Kecamatan Ngampilan. Warga sekitar umumnya menyebut Kampung Merto saja.

Kampung Mertolulutan ini terletak dekat sentra Bakpia Pathuk. Di utara berbatasan dengan Kampung Notoyudan dan Sanggrahan. Di barat ada di sepanjang Jalan Letjen Suprapto mulai pertigaan Pathuk ke utara.

Warga kampung padat ini sudah tidak banyak tahu kisah sejarah Mertolulutan. Namun cerita turun temurun hanya menyebut kampung ini dihuni anak keturunan abdi dalem Mertolulut.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved