Bukit Dekat Pinasungkulan Dibom, Anak-anak Menangis Ketakutan
Tak hanya warga Marawi selatan Filipina atau Mosul Irak yang ketakutan dengan bom, masyarakat di Pinasungkulan.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, BITUNG - Tak hanya warga Marawi selatan Filipina atau Mosul Irak yang ketakutan dengan bom, masyarakat di Kelurahan Pinasungkulan Tinerungan, Kecamatan Ranowulu, Kota Bitung merasakan hal serupa.
Ledakan keras mengguncang kampung itu saban hari. Bunyi ledakan memekakkan telinga.
Bumi berguncang hebat.
Dinding, lantai serta atap rumah bergetar.
Warga kampung pun bergegas keluar rumah, membawa anak atau barang yang bisa disambar.
Tempat yang dituju adalah jalan raya yang dianggap aman dari bahaya longsor.
Meski begitu mereka harus menutup hidung karena debu tebal dipicu ledakan itu serta bau belerang.
Bunyi ledakan itu berasal dari sebuah bukit berjarak hanya sekira 200 meter dari kampung.
Di sana, sejumlah petugas dari PT MSM dan TTN tengah meledakkan bukit untuk mencari emas.
Anak-anak terutama balita mengalami ketakutan. Alfian Sumolang seorang warga menyatakan, anaknya Maichelangelo yang masih berusia 2 tahun dilanda trauma akibat keseringan mendengar bunyi ledakan.
"Setiap ledakan ia menjerit histeris, berusaha mencari perlindungan," kata dia. Sebut Alfian, trauma anak ini bermula dari suatu ledakan keras beberapa bulan lalu.
Kala itu ledakan terjadi bersamaan dengan bunyi sirene. "Dia berlari ketakutan seperti orang kehilangan jiwa saja, untung saya cepat turun dari lantai atas, kalau tidak ia bisa celaka," kata dia. Untuk memastikan ledakan sebagai penyebab trauma si anak, ia memutuskan merekam perilaku si anak kala ledakan bom. Ponsel sudah disediakan, namun bom tidak berbunyi sesuai jadwal pukul 12.00 Wita.
"Saya matikan ponsel lalu tiba tiba terdengar bunyi bom, saya buru buru pasang ponsel dan merekam, ia sangat ketakutan, menjerit, menangis sambil berlari kesana kemari," kata dia.
Alfian menakutkan sang anak terkena penyakit jantung karena keseringan mendengar bom.
Sebut Alfian, anak anak lain juga tersiksa dengan bunyi ledakan.
Seorang anak, kata dia, sampai mengalami sakit panas tinggi. "Ia sangat ketakutan hingga memicu demam," kata dia.
Lina warga lainnya menyebut anak balitanya selalu menangis tiap pukul 12.00. Si anak rupanya telah hafal waktu ledakan. "Dia selalu katakan Mama se pahit jo tu bom, pahit itu adalah ucapannya jika hendak menyebut sesuatu yang harus dilawan," kata dia.
Selain anak anak, bunyi ledakan juga mengancam orang tua serta berpenyakitan jantung.
Alfian membeber, seorang nenek pernah tewas diduga karena mendengar bunyi ledakan keras. "Ia memang sedang sakit, kala makan bunyi bom terdengar dan ia langsung tewas," kata dia. Memang belum dipastikan apakah nenek itu meninggal karena bunyi ledakan. Namun yang pasti, kata dia, perusahaan memberikan santunan sebesar Rp 5 juta. "Biasanya hanya 500 ribu," kata dia.
Bunyi ledakan juga menyebabkan dinding rumah warga retak.
Penelusuran Tribun Manado, keretakan terjadi di hampir semua rumah berikut gereja serta kantor Lurah di Tinerungan.
Judy Sekeon Pendeta GMIM Sion Tinerungan menyatakan, dinding gereja serta pastori retak.
"Ini sudah sangat retak hingga air sering menetes," kata dia menunjuk retakan di dinding atas pintu gereja.
Sebut dia, retak terbanyak terjadi dalam dinding bagian dalam gereja. Sejumlah keretakan sudah ditambal namun entah bagaimana justru memicu keretakan baru.
"Saya juga takut jika fondasi gereja ini ternyata sudah hancur, bisa -bisa Gereja ini runtuh," kata dia.
Ketakutan itu, ujar dia, beralasan karena tanggul sebelah kiri gereja roboh beberapa waktu lalu.
"Tanggul ini sudah diperbaiki namun saya tidak terlalu yakin karena waktu dibuat pengeboman terus saja terjadi hingga bisa saja strukturnya tidak kokoh," beber dia.
Abraham Gembala GPDI Tinerungan mengatakan, tehel Gereja yang baru dipasang akhir tahun lalu sudah retak. "Ada sekira tujuh tehel yang retak belum lagi dinding," kata dia. Sebut Abraham, jemaat beribadah
dalam suasana ketakutan Gereja itu bakalan roboh.